Senin, 28 November 2011

6th earthquake in 4 days recorded in Oklahoma


6th earthquake in 4 days recorded in Oklahoma

SPARKS, Okla. (AP) — Another small earthquake has been reported in Oklahoma.
The U.S. Geological Survey says a 3.2 magnitude quake struck just before 6 a.m. Sunday about 27 miles northeast of Oklahoma City. The Logan County Sheriff's Office says no damage was reported
On Saturday, a 2.4 magnitude tremor was recorded at about 7 a.m. about 50 miles northeast of Oklahoma City near Sparks.
Sunday's earthquake is the sixth in the area since Thursday, when a 3.7 magnitude quake was recorded near Prague. Three more were recorded Friday.
A 5.6 magnitude quake, the strongest ever recorded in Oklahoma, shook the state Nov. 5. That quake damaged dozens of homes, buckled a highway and caused other damage.
Geologists say earthquakes with magnitudes of 2.5 to 3.0 are generally the smallest felt by humans.

Sumbawa Besar Diguncang Gempa 5,9 SR


http://fokus.vivanews.com/news/read/259602-pakar-gempa-kuak-misteri-patahan-lSumbawa Besar Diguncang Gempa 5,9 SR

Namun, gempa ini tidak dirasakan oleh sebagian besar warga.

SENIN, 28 NOVEMBER 2011, 17:50 WIB
Eko Huda S
VIVAnews - Gempa berkekuatan 5,9 skala richter terjadi di 7.43 lintangselatan - 17.09 bujur timur atau 124 kilometer barat laut Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, Senin 28 November 2011 sekitar pukul 17.13 Wita. Namun, gempa dengan kedalaman itu tak menimbulkan kerusakan.

Warga Mataram, NTB, nyaris tak merasakan gempa dengan kedalaman 628 meter ini. Mereka tampak beraktivitas seperti biasa. Sebuah pengajian di sejumlah tempat seperti di Pondok Pesantren Tarbiyatul Ummah, Karang Bedil Mataram berjalan seperti biasa. Bahkan sejumlah peserta pengajian mengaku tidak merasakan adanya gempa.

"Saya tidak merasakan gempa itu saat ikut pengajian," kata Romilah seorang peserta pengajian di Mataram Senin 28 November 2011.

Sementara itu, Fajar, warga yang berdomisili di Kabupaten Sumbawa mengatakan hingga saat ini aktivitas warga di daerahnya juga berjalan biasa-biasa saja dan tidak terganggu gempa itu. "Tidak terasa ada gempa, saya kan tinggal di Kota Sumbawa Besarnya. Kalau ada gempa saya sudah lari dong," ujar Fajar yang dihubungi VIVAnews.com dari Mataram.

Wilayah Nusa Tenggara Barat dalam beberapa bulan terakhir memang kerap dilanda gempa bumi. Bahkan gempa yang terjadi di Nusa Dua Bali beberapa waktu lalu juga terasa di Mataram. Tidak heran jika warga Mataram cukup waspada jika sewaktu-waktu terjadi gempa.

Gempa terakhir yang terasa hingga Mataram adalah berkekuatan 5,2 skala richter pada kedalaman 70 kilometer di lokasi 9.18 LS-115.69 BT dan 67 kilometer tenggara Nusa Dua, Bali yang terjadi pada Jum'at 4 November 2011 lalu. Bahkan sebelumnya pada Kamis 13 Oktober 2011, gempa pertama berkekuatan 6.8 skala richter mengguncang Bali sekitar pukul 11.16 Wita juga terasa di NTB. Selang beberapa jam terjadi gempa susulan dengan kekuatan 5,6 skala richter. (eh)

Laporan: Edy Gustan l Mataram
• VIVAnews





BNPB Minta Audit Teknologi Jembatan Kutai


BNPB Minta Audit Teknologi Jembatan Kutai

Dengan demikian bisa diketahui secara detail faktor penyebab ambruknya jembatan.

MINGGU, 27 NOVEMBER 2011, 06:10 WIB
Maya Sofia
VIVAnews – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan audit teknologi terkait ambruknya Jembatan Tenggarong yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sekitar pukul 17.30 WITA atau 16.30 WIB, Sabtu, 26 November 2011. Dengan demikian faktor penyebab ambruknya jembatan bisa diketahui secara detail.
“BNPB telah meminta BPPT untuk melakukan audit teknologi secepatnya terkait dengan runtuhnya jembatan, sehingga diketahui secara detail faktor penyebab runtuhnya dan rekomendasi teknis lainnya,” ujar Juru Bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam pesan yang diterima VIVAnews, Sabtu, 26 November 2011.
Sutopo juga mengungkapkan, setidaknya ada empat korban jiwa dalam musibah tersebut, yakni Alifah (6 bulan), Agus, Mat (nama panggilan), dan satu orang yang belum teridentifikasi.
Selain memakan korban jiwa, ambruknya jembatan Kutai Kartanegara ini juga mengakibatkan 19 orang mengalami luka-luka.
“14 laki-laki dan lima wanita. Ada 5 mobil dan 10 sepeda motor hanyut. 10 orang luka masih rawat inap dan 9 orang luka sudah pulang ke rumah,” ujar Sutopo.
Ia juga menjelaskan, penyebab ambruknya jembatan Tenggarong masih dalam proses penyelidikan Polda Kutai Kartanegara. (art)
• VIVAnews

Minggu, 27 November 2011

Banjir Bandang di Riau, Versi Polisi 3 Warga Hilang

Minggu, 27/11/2011 13:05 WIB 

Banjir Bandang di Riau, Versi Polisi 3 Warga Hilang

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews

Jakarta - Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Kampar, Riau, dipastikan 1 tewas, 3 warga dinyatakan hilang.

Demikian disampaikan Wakapolres Kampar, Kompol Alpen kepada detikcom, Minggu (27/11/2011). Menurut Wakapolres, saat ini banjir terjadi di 2 Kecamatan yakni Kampar Kiri dan Kampar Kiri Hulu.

"Kondisi banjir ini telah memutus akses transportasi di wilayah itu," kata Alpen.

Sampai saat ini tim SAR dan relawan, masih terus berusaha membantu masyarakat desa. Tim mencoba mengirimkan bantuan sembako ke desa yang kini kondisinya terisolir.

"Akses menuju pemukiman penduduk saat ini sangat sulit. Untuk menuju ke lokasi itu harus menggunakan sampan," terang Alpen.

(cha/gun)

Masyarakat Belum Banyak Pahami Pemanasan Global


Masyarakat Belum Banyak Pahami Pemanasan Global

Masyarakat Belum Banyak Pahami Pemanasan Global
Meski ancaman dari pemanasan global sudah nyata terasa, namun masalah pemanasan global ini belum menjadi perhatian banyak orang. - straitstimes.com
Oleh: Hanhan Husna
Jabar - Kamis, 24 November 2011 | 17:02 WIB

INILAH.COM, Bandung - Meski ancaman dari pemanasan global sudah nyata terasa, namun masalah pemanasan global ini belum menjadi perhatian banyak orang.
Karena itu, forum peduli lingkungan Green Inisiative Forum menggelar kampanye peduli lingkungan hidup di Monumen Perjuangan Jawa Barat bertajuk 'Green Festival 2011'.

"Masalah pemanasan global sebenarnya sudah riil. Tahun lalu sebuah gunung es yang sangat besar mencair dan menyebabkan kenaikan permukaan air laut," ujar ketua Green Festival 2011 Nugroho F Yudho kepada INILAH.COM di Monumen Perjuangan Jawa Barat, Kamis (24/11/2011).

Dia mengatakan, meski dampak pemanasan global sudah sangat terasa, namun belum ada kesadaran dari sebagian besar masyarakat. Malah masih banyak yang tidak paham mengenai pemanasan global.

"Selain itu banyak yang merasa jika pemanasan global itu bukan masalah dirinya. Karena itu kita mencoba menggelar kampanye agar masalah ini dapat lebih mudah dipahami," jelas Nugroho.

Dari pantauan INILAH.COM, kegiatan 'Green Festival 2011' mulai banyak diserbu pengunjung, terutama dari kalangan pelajar. Mereka tampak antusias mendengarkan paparan mengenai lingkungan.[ang]

Sabtu, 26 November 2011

Angin Putar di Gowa, Ratusan Rumah Hancur, 15 Orang Terluka




Angin Putar di Gowa, Ratusan Rumah Hancur, 15 Orang Terluka

Sabtu, 26 November 2011 21:22 wibSalah satu rumah korban puting beliung (foto: Baharudin/Koran Sindo)
Salah satu rumah korban puting beliung (foto: Baharudin/Koran Sindo)
SUNGGUMINASA - Puting beliung melanda di Kabupaten Gowa mengakibatkan ratusan rumah hancur serta 15 warga terluka di dua kelurahan di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, sekitar pukul 14.00 wita. 


Kerusakan parah berada di Kelurahan  Tombolo, rumah di wilayah ini bahkan ada yang rata dengan tanah, Seperti rumah Dg Nai, dan Nurdin, kemudian di Kelurahan Pa'cinongan, sebagian besar rumah yang di terjang puting beliung ini rusak di bagian atap. Angin disertai hujan deras ini bukan hanya menyapu pemukiman, tetapi puluhan mohon yang ada di halaman rumah warga ikut tumbang.


Dari kejadian ini sekitar 15 orang warga terluka di bagian kepala akibat terbentur runtuhan atap, para warga yang terluka langsung si larikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syekh Yusuf untuk mendapat perawatan, sebagian warga terluka sudah pulang, sebagian lainnya masih di rawat karena luka di kepala cukup serius.


Salah seorang korban masih berada di RSUD Jufri,20. Korban mendapat sepuluh jahitan di kepala akibat terkena atap seng rumahnya. "Korban terkena atap karena saat atap rumah runtuh berada di dalam rumah, beruntung bisa diselamatkan oleh warga lainnya," kata Paseng (50 tahun), ayah korban saat ditemui di UGD.


Salah seorang warga lainya bernama Herman,23, hingga belum sadarkan diri, informasi warga setempat warga tersebut tidak dasar karena terkena puting beliung dan dikagetkan banyak rumah yang hancur.  Informasi diperoleh di lokasi menyebutkan, puting beliung disertai hujan deras itu menyapu pemukiman warga terjadi sekitar pukul 14.00  wita, saat warga panik dan spontan berhamburan keluar rumah. 


Para hanya menyaksikan rumah mereka di hantam puting beliung, yang mengakibatkan sebagian besar rumah warga rata dengan tanah.  Seperti rumah Dg Nai, dan Nurdin, warga Kelurahan Tombolo. Kedua warga itu rusak parah akibat terjangan angin puting beliung. 
Salah seorang korban, Dg Nai mengatakan, puting beliung disertai hujan deras membuat rumah panggung miliknya rusak parah. Atapnya hancur berserakan, sebagian perabot rumah itu juga rusak.


"Jika ditaksir saya mengalami kerugian hingga mencapai jutaan rupiah, karena bukan hanya atap bangunan yang hancur, tetapi sebagai perabot di atas rumah juga ikut rumah karena terbentuk material atap bangunan,' katanya. Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa Arifuddin Saeni mengatakan, Pemkab segera menurunkan tim dan Dinas Sosial (Dinsos) untuk melakukan pendataan para korban terkena puting beliung yang ada di dua Kelurahan di Kecamatan Somba Opu. "Hasil mendataan itu selanjutkan akan diserahkan ke Bupati Gowa agar mendapat bantuan sebagai korban bencana alam," kata saat dihubungi.
(Baharuddin/Koran SI/ahm

Kamis, 24 November 2011

Pemanasan Global, Makhluk Laut Terpaksa Geser


Pemanasan Global, Makhluk Laut Terpaksa Geser

Gas rumah kaca telah menghangatkan daratan hingga sekitar 1 derajat Celcius.

RABU, 9 NOVEMBER 2011, 06:22 WIB
Muhammad Firman

Jika tumbuhan dan hewan darat harus bermigrasi 2,5KM per tahun, kehidupan laut juga harus bergeser sejauh 2KM per tahun. Namun, tak banyak makhluk laut yang mampu bergerak secepat itu. (Antara/ Rosa Panggabean)
VIVAnews - Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Amerika Serikat, populasi hewan dan tumbuhan perlu bergerak pada kecepatan yang sama untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.


Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Science, diketahui bahwa gas rumah kaca telah menghangatkan daratan hingga sekitar 1 derajat Celcius sejak tahun 1960. Peningkatan temperatur ini tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan temperatur laut.


“Kenaikan temperatur memaksa populasi hewan dan tanaman liar untuk beradaptasi, terus bergerak dan terus merelokasi diri sendiri,” sebut laporan yang dipublikasikan National Science Foundation, dikutip dari United Press International, 8 November 2011.


Meski lautan mengalami peningkatan suhu yang lebih rendah, namun peneliti menyebutkan, tanaman dan hewan laut tetap perlu bergerak cepat sama halnya dengan mereka yang ada di darat agar tetap bisa bertahan hidup di kawasan yang cocok untuk menjadi habitat mereka.


Jika tumbuhan dan hewan di darat harus bermigrasi 2,5 kilometer per tahun, kehidupan laut juga harus bergeser sejauh 2 kilometer per tahun.


“Sayangnya, tidak banyak makhluk laut yang mampu bergerak secepat itu,” kata John Bruno, ekolog kelautan dari University of North Carolina yang melakukan penelitian.


“Padahal, terkurung dalam lingkungan yang menghangat bisa mengakibatkan turunnya pertumbuhan, reproduksi, dan keselamatan kehidupan laut yang sangat penting secara ekologi dan ekonomi seperti ikan, koral, dan burung-burung laut,” ucap Bruno. (umi)
• VIVAnews