Minggu, 22 April 2012

Mystery surrounds deaths of 877 dolphins washed ashore in Peru


Mystery surrounds deaths of 877 dolphins washed ashore in Peru

By Marilia Brocchetto, CNN
April 22, 2012 -- Updated 1103 GMT (1903 HKT)
Experts measure a dead dolphin on the northern coast of Peru, some 750 km north of Lima, on April 11.
Experts measure a dead dolphin on the northern coast of Peru, some 750 km north of Lima, on April 11.
STORY HIGHLIGHTS
  • Official: The dolphins were found over a 220-kilometer (137-mile) area of coastal Peru this year
  • Report: Most of the dolphins were found in an advanced state of decomposition
  • The dolphins were not caused by starvation or poisoning with pesticides, officials say
  • Dozens of dolphins have also washed up in the United States and Brazil this year
(CNN) -- Environmental authorities are investigating the deaths of more than 800 dolphins that have washed up on the northern coast of Peru this year.
The dolphins may have died from an outbreak of Morbillivirus or Brucella bacteria, said Peruvian Deputy Environment Minister Gabriel Quijandria, according to Peru's state-run Andina news agency.
Quijandria said Thursday that 877 dolphins have washed up in a 220-kilometer (137-mile) area from Punta Aguja to Lambayeque, in the north of the country.
More than 80% of those dolphins were found in an advanced state of decomposition, making it difficult to study their deaths, according to Andina.
Earlier last week, the Peruvian government put together a panel from different ministries to analyze a report by the Peruvian Sea Institute (IMARPE).
Officials have been able to conclude that the dolphins' deaths were not due to lack of food, interaction with fisheries, poisoning with pesticides, biotoxin poisoning or contamination by heavy metals.
The results of a histopathological analysis -- which would indicate possible contamination by a virus -- are expected to be ready in the coming days.
The dolphin deaths in Peru are just the latest in a worldwide trend.
In February, 179 dolphins --108 of which were dead -- washed ashore in Cape Cod, in eastern United States, according to the International Fund for Animal Welfare. Marine biologists are still trying to determine the cause of those deaths.
In early March, amateur video taken from a beach in Rio de Janeiro, Brazil, showed more than 30 dolphins on shore. In that instance, all dolphins were safely returned to the sea.

Tanah Ambles di Gunungkidul, Ini Penjelasan Ahli UGM


Tanah Ambles di Gunungkidul, Ini Penjelasan Ahli UGM

Senin, 16 Januari 2012 17:23 wib
Salah satu lokasi tanah ambles di Gunungkidul (Foto: Sindo Radio/Markus Y)
Salah satu lokasi tanah ambles di Gunungkidul (Foto: Sindo Radio/Markus Y)
GUNUNGKIDUL - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, melibatkan ahli geologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meneliti fenomena tanah ambles.

Tim menggunakan georadar untuk mengetahui kondisi dan struktur tanah di sekitar lubang atau sinkhole di Dusun Tirisan, Desa Karangwuni, Kecamatan Rongkop.

Fenemena alam ini sudah berlangsung selama sebulan terakhir dan mengkhawatirkan warga. Pasalnya lokasi tanah yang ambles berada di pekarangan rumah warga dan semakin melebar.

Lubang bagian dalam di Dusun Tirisan tepatnya di pekarangan rumah Satino yang awalnya berdiameter lima meter, kini melebar hingga delapan meter. Akibatnya, Satino dan lima anggota keluarganya terpaksa mengungsi.

Saptono, salah seorang anggota tim geologi UGM, Senin (16/1/2012), mengatakan berdasarkan pendeteksian georadar, meski tidak ditemukan rongga lain di sekeliling lubang, namun amblesan tanah berpotensi terus melebar. Terutama, jika air hujan terus menggerus dinding lubang.

Dia menjelaskan, tanah ambles dan membentuk lubang besar menganga karena Dusun Tirisan terletak di daerah rendah dan menjadi titik temu air hujan dari sejumlah bukit di sekelilingnya.

Selain itu fenomena tanah ambles terjadi karena di bawah Dusun Tirisan terdapat aliran sungai bawah tanah.

Saptono menambahkan, meski penelitian struktur tanah sudah menggunakan georadar, namun untuk memastikan keamanan para warga, pihaknya masih harus melakukan penelitian lanjutan menggunakan geolistrik.

Sementara itu Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengaku sampai saat ini belum ada rencana merelokasi warga.

Dalam sebulan terakhir terjadi tiga kali kasus tanah ambles di Gunungkidul. Satu di antaranya yang menghebohkan warga terjadi di Telaga Motoendro, Kecamatan Panggang. Air telaga tiba-tiba raib dalam semalam. Keesokan harinya ditemukan lubang menganga dengan diameter enam meter.

(Lukas Didit/Sindo TV/ton)


Air Telaga Raib, Lubang di Telaga Semakin Besar


Air Telaga Raib, Lubang di Telaga Semakin Besar

Selasa, 10 Januari 2012 14:58 wib
Lubang di Telaga Motoendro semakin besar (Foto: Sindo Radio/Markus Y)
Lubang di Telaga Motoendro semakin besar (Foto: Sindo Radio/Markus Y)
GUNUNGKIDUL - Lokasi Telaga Motoendro di Dusun Temuireng, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, yang ambles dan airnya raib dalam semalam, masih dibiarkan begitu saja.

Padahal air di telaga menjadi tumpuan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan lubang di dasar telaga semakin membesar.

Salah seorang warga Temuireng, Sugirin, Selasa (10/1/2012), mengatakan amblesan bertambah semakin lebar. “Lebar amblesan semakin melebar 6 meter dari sebelumnya hanya 5 meter,” ungkap Sugirin.

Dia menambahkan, warga berinisiatif memasang rambu di lokasi amblesan. Secara sederhana, mereka memasang tali plastik berwarna merah putih dan patok bambu.

Jika tidak segera ditangani, telaga seluas 30x15 meter yang airnya biasa digunakan 300 kepala keluarga untuk kebutuhan sehari-hari itu terancam tidak bisa digunakan kembali.

“Belum ada tanggapan dan penanganan dari pemerintah. Padahal di musim kemarau masyarakat bertopang dengan air di telaga tersebut,” ujarnya.

Amblesnya tanah juga terjadi di beberapa dusun seperti di Tiritisan. Dukuh Tiritisan, Mugi Basuki, mengatakan mulanya lebar diameter tanah yang ambles hanya 1,5 meter namun melebar menjadi 3 meter. Bahkan saat hujan deras semalam diameter tanah ambles bertambah lagi menjadi 3,5 meter.

“Sejak semalam amblesnya melebar akibat hujan, namun kami belum tahu apakah kedalamannya bertambah,” kata Mugi.

Dijelaskannya, masyarakat tidak bisa berbuat banyak karena takut terjadi ambles susulan. Dikhawatirkan, tanah yang ambles akan memutus jalan penghubung antarkampung.

“Kami takut amblesan semakin lebar dan mengenai jalan penghubung antardusun yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil pertanian,” imbuhnya.

Mugi mengatakan, sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari pemerintah mengenai kejelasan penanganan amblesan yang berada di tengah permukiman warga ini.

“Kami mohon segera ada tanggapan dari pemerintah untuk menangani masalah ini agar masyarakat tidak resah,” ujarnya.

Secara swadaya, masyarakat menutup lubang dengan menggunakan kayu dan terpal untuk mengantisipasi agar warga tidak terperosok.

(Markus Yuwono/Sindoradio/ton)

Ini Penyebab Air Telaga di Gunungkidul Susut dalam Semalam


Ini Penyebab Air Telaga di Gunungkidul Susut dalam Semalam

Iman Herdiana - Okezone
Selasa, 10 Januari 2012 16:22 wib
Telaga yang airnya hilang di Gunungkidul (Foto: Yuwono/Sindo Radio)
Telaga yang airnya hilang di Gunungkidul (Foto: Yuwono/Sindo Radio)
BANDUNG - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono menyebutkan, hilangnya air Telaga Motoendro di kecamatan Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta, disebabkan tanah dasar telaga ambles.

Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini, tanah telaga yang ambles menghubungkannya ke rongga-rongga tanah di bagian bawahnya. Selanjutnya air telaga pindah ke rongga tersebut dan bisa jadi bergabung dengan air sungai bawah tanah yang ada di bawah telaga. Surono menyebutkan, sebelum terjadi tanah ambles biasanya terjadi dentuman keras.

“Air telaga bisa saja habis karena tanah ambles, lalu ada rongga dan airnya lari ke sana,” jelasnya kepada okezone saat ditemui di sela simposium tentang gempa di Kampus ITB, Bandung, Selasa (10/1/2012).

Surono menegaskan, tidak mungkin air lenyap begitu saja. Dan secara hukum alam, air akan pindah ke tempat yang lebih rendah. Nah, tempat yang lebih rendah itu adalah melalui rongga dan menuju sungai bawah tanah. “Tidak mungkin airnya tidak lari ke sana (rongga sungai bawah tanah),” tegasnya.

Surono mengingatkan, warga Gunungkidul dan sekitarnya agar tidak panik karena hal tersebut merupakan fenomena biasa. Selain itu struktur tanah di Gunungkidul sifatnya mempunyai banyak rongga. Gunungkidul dan Wonosari juga merupakan daerah tanah kapur. “Jadi jangan heran apalagi panik, wajar saja di tanah kapur dan berongga ada fenomena tanah ambles,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, fenomena alam tanah ambles terjadi di Telaga Motoendro Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta. Di telaga yang memiliki panjang 30 meter dan lebar 15 meter itu sebelum mengalami ambles, airnya penuh. Setelah ambles, air telaga lenyap dalam semalam.

(ded)

Sabtu, 21 April 2012

Giliran Manokwari yang Diguncang Gempa 6,8 SR


Giliran Manokwari yang Diguncang Gempa 6,8 SR

Ray Jordan - detikNews
Sabtu, 21/04/2012 08:53 WIB
Jakarta Gempa masih terus saja melanda Indonesia. Setelah kawasan Aceh yang terus dilanda gempa sejak malam tadi, kali ini giliran Manokwari, Papua Barat.

Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom melalui BMKG, Sabtu (21/4/2012), gempa ini berkekuatan 6,8 SR. Terjadi pada pukul 08.16 WIB dengan lokasi di 88 km sebelah tenggara Manokwari, Papua Barat. Pusat kedalaman gempa sedalam 10 km.

Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana hingga saat ini masih mendata mengenai korban dan kerusakan yang timbul akibat gempa ini. "Dampak gempa masih dikonfirmasi posko BNPB," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Di tempat lain, juga terjadi gempa. Di kawasan Teluk Bintuni, gempa berkekuatan 5,7 SR juga terjadi.

(mok/mok)

Diguncang Gempa 6,8 SR, Warga Manokwari Berhamburan ke Luar Rumah


Diguncang Gempa 6,8 SR, Warga Manokwari Berhamburan ke Luar Rumah

Ferdinan - detikNews
Sabtu, 21/04/2012 09:42 WIB
Jakarta Gempa berkekuatan 6,8 skala richter (SR) membuat warga Manokwari, Papua Barat panik dan berhamburan ke luar rumah. Hingga saat ini belum diketahui adanya korban jiwa atau kerusakan bangunan akibat guncangan gempa. 

"Posko BNPB telah mengkonfirmasi di daerah, gempa dirasakan cukup kuat selama 3 detik. Warga berhamburan ke luar rumah dan gedung," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (21/4/2012).

Gempa Manokwari terjadi pukul 08.16 WIB dengan pusat gempa 1.58 LS - 134.41 BT. Posisi gempa berada di 88 kilometer tenggara Manokwari dengan kedalaman 10 kilometer dan tidak berpotensi tsunami.

Mengutip analisis pakar gempa ITB, Irwan Meilano, Sutopo mengatakan gempa kemungkinan terjadi pada sesar aktif Ransiki atau aktif folding di Teluk Bintuni.

"Sesar Ransiki memiliki laju geser 8.5 mm per tahun. Gempa ini menyadarkan kita untuk kembali mewaspadai potensi gempa di Papua di antaranya berasal dari sesar daratan di Sorong-Yapen, Tarera Aiduna serta subduksi di utara Papua," jelas Sutopo.

(fdn/mok)

Minggu, 15 April 2012

Penyelamat Nyawa Saat Gempa, Padang Vs Jepang

Penyelamat Nyawa Saat Gempa, Padang Vs Jepang

Lemahnya sistem informasi membuat warga bergerak sendiri dan terjebak di titik yang sama.

JUM'AT, 13 APRIL 2012, 05:20 WIB
Elin Yunita Kristanti, Eri Naldi (Padang)
VIVAnews - Ini yang terjadi pada Rabu 11 April 2012 di Padang paska gempa pertama berkekuatan 8,5 Skala Richter mengguncang Aceh: sirine peringatan dini tsunami di Komplek GOR H Agus Salim meraung-raung, 30 menit setelah guncangan terjadi.

Sebanyak 920 ribu warga Padang serempak dilanda panik. Tanpa komando, mereka langsung mengevakuasi diri ke lokasi yang lebih tinggi.

Keinginan menyelamatkan nyawa menimbulkan kemacetan hebat di sejumlah titik menuju jalan By Pass, sekitar 7 kilometer dari bibir pantai. Wajah-wajah tegang makin frustrasi menyaksikan lalu lintas yang sedemikian semrawut. Deru sepeda motor berpenumpang sampai empat orang dipacu cepat, membuat warga makin khawatir.

"Pikiran kami saat itu hanya menjauh dari pantai," ujar Ria, mahasiswi semester akhir Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang, menceritakan apa yang ia rasakan Rabu lalu kepada VIVAnews.com. Bagaimana tidak, rumah kos yang ia tempati hanya berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai. 

Menyambar tas berisi laptop berisi data skripsi, ia dan rekan-rekannya memacu sepeda motor, di antara warga nelayan yang berlarian menjauhi pantai. Menuju arah By Pass. "Di simpang tunggul hitam mulai terjebak macet, suasana semakin kacau,” kata dia.

Butuh satu jam lebih untuk dia dan satu orang temannya mencapai Lubuk Lintah, Kecamatan Kuranji, Padang yang berjarak sekitar 9 kilometer dari rumah kosnya. “Itu pun karena Ria lari begitu usai gempa, kalau telat sedikit saja pasti sudah terjebak macet panjang,” ujarnya.

Padahal, di kawasan kampus Universitas Negeri Padang, yang lebih dekat, telah disiapkan sedikitnya tiga gedung yang  berfungsi sebagai tempat evakuasi tsunami atau shelter. Shelter ini berada di Masjid Al Azhar depan  kampus,  gedung FE UNP, dan gedung MKU. Tapi, menurut  Ria, tak banyak dari warga setempat yang memanfaatkannya. Mereka lebih memilih untuk menjauhi pantai.

Itu kepanikan yang tak seharusnya terjadi. Manajer Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana Sumbar Ade Edward mengakui lemahnya informasi publik jadi pokok permasalahan.

"Ini karena tidak ada komando yang mengarahkan warga ke mana mesti melakukan evakuasi sehingga menyebabkan kemacetan di jalur evakuasi,” kata Ade Edward.

Menurut Ade, lemahnya informasi publik membuat warga bergerak sendiri dan terjebak di titik yang sama. Tak terbayang jika tsunami benar-benar terjadi kala itu. "Masih banyak yang harus kita siapkan seperti fasilitas jalur evakuasi, shelter, dan fasilitas informasi publik," ujarnya.

Ade mengakui, pihaknya mendapat laporan dari BMKG pusat bahwa daerah awas pasca gempa Aceh kemarin adalah Siberut dan Mentawai. Sedangkan daratan pesisir Sumbar hanya berstatus waspada dan siaga. “'Waspada' dan 'siaga' itu dalam SoP tidak perlu evakuasi, 'awas' yang harus evakuasi, ini yang perlu kita perbaiki ke depan,” ujarnya.
Informasi ini yang menurutnya tidak sepenuhnya diterima masyarakat dengan baik sehingga menimbulkan kepanikan. Sementara soal sirine yang terlambat berbunyi, Ade mengatakan itu sepenuhnya di luar jangkauannya.
Sejak dinonaktifkan beberapa waktu lalu, kendali aktivitas Indonesia EarlyWarning System (INA TEWS) dipegang BMKG Pusat dan Padang Panjang. Keterlambatan ini yang ditengarai memberikan informasi simpang siur pada masyarakat di pantai barat Sumbar. Padahal, dari pantauan warga, air laut tidak mengalami penyurutan.

Pekerjaan rumah untuk Padang masih banyak, di tengah ancaman bencana. Para ahli gempa telah memperingatkan potensi gempa dan tsunami jika megathrust Mentawai melepaskan energinya, kekuatan sampai 8,9 skala Richter.

Bandingkan dengan Jepang
Semua orang tahu, soal peringatan dini bencana, Jepang belum tertandingi. Tapi toh Negeri Sakura terpukul dengan musibah gempa dan tsunami 11 Maret 2012. Sebanyak 20.000 orang tewas, Jepang menghadapi krisis nuklir terparah sejak bom atom jatuh di Hiroshima dan Nagasaki.

Namun, seandainya bukan di Jepang, untuk bencana sedahsyat itu, jumlah yang tewas bisa berkali lipat. Patrick Corcoran, ilmuwan dari Oregon State University memperkirakan, jika terjadi di tempat lain, korban gempa berkekuatan 9,0 Skala Richter yang disusul tsunami bisa mencapai 200 ribu orang.
Rahasia Jepang menyelamatkan ribuan nyawa ada pada peringatan dini. Di Tokyo, tayangan siaran langsung dari gedung parlemen tiba-tiba berganti menjadi siaran peringatan dini, bahwa tanah yang mereka injak akan segera berguncang hebat.

Beberapa menit sebelum guncangan besar terjadi, sistem peringatan mengirimkan jutaan pesan pendek langsung ke ponsel warga. Stasiun kereta dan pabrik sontak menghentikan operasi dan melakukan tindakan pengamanan, setelah menerima surat elektronik berisi peringatan.

"Bahkan satu menit, bisa menentukan," kata Dr. Tom Jordan, Kepala Pusat Gempa Bumi California Selatan, seperti dimuat situs 10 News. "Bayangkan, jika Anda dokter yang sedang melakukan operasi, atau ketika Anda berada di lift. Kesempatan menit, atau detik, bisa jadi penyelamat."

Dia menerangkan, gempa bumi sejatinya mengirimkan dua gelombang energi. Yang pertama, gelombang P, getarannya lemah namun menjalar sangat cepat. Gelombang ini akan mengaktifkan seismometer di seluruh wilayah dan mengirimkan sinyal peringatan bahwa gelombang yang lebih kuat, disebut gelombang S, akan segera datang.

Sementara seperti dimuat VOA News, pemerintah Jepang mengirimkan peringatan tsunami tiga menit setelah gempa terjadi 11 Maret 2011 lalu.

Jepang menginvestasikan uangnya untuk membangun lebih dari empat ribu alat pengukur seismik yang tersebar di seluruh negeri. Juga membangun benteng beton tebal yang memagari wilayah pesisir.

Dan yang tak kalah penting, masyarakat Jepang tahu persis apa yang harus mereka lakukan saat bencana terjadi.

Baca juga: Ini Cara Orang Jepang Selamat dari Gempa


• VIVAnews

Misteri Danau Toba Bergolak Saat Gempa Aceh


Misteri Danau Toba Bergolak Saat Gempa Aceh

Tak semua orang tahu peristiwa 70.000 tahun lalu di wilayah yang kini menjadi Danau Toba.

JUM'AT, 13 APRIL 2012, 06:05 WIB
Elin Yunita Kristanti, Harry Ondo Saragih (Medan)
VIVAnews -- Gempa 8,5 Skala Richter yang mengguncang Aceh, Rabu 11 April 2012 dirasakan hampir di semua wilayah Sumatera. Tak terkecuali warga yang tinggal di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara, danau vulkanik terbesar di dunia.

Selama sekitar lima menit, bumi berguncang cukup kuat. Warga Parapat dan Pulau Samosir berhamburan ke luar rumah. Mereka yang kebetulan berada di tepi danau menjadi saksi dari peristiwa yang tak biasa.

Air Danau Toba yang biasanya tenang membentuk pusaran, laiknya air sungai deras. Meski tak mungkin terjadi, tak sedikit warga menduga, bakal ada tsunami dari tengah danau. Lihat videonya di tautan ini.

Apa yang membuat air Toba bergolak?

Saat dihubungi, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG kelas I Polonia, Hartanto mengaku belum mengetahui soal fenomena aneh itu. "Kami baru mendengarnya sekarang. Secara teori, bisa jadi itu disebabkan oleh guncangan gempa kuat yang melanda wilayah Aceh," kata dia kepadaVIVAnews.com, Kamis 12 April 2012 malam.

Dia menambahkan, lindu Rabu lalu memang terasa sangat kuat di wilayah Sumatera Utara, dengan durasi lumayan panjang, hampir lima menit. "Ibarat air di dalam ember, kalau kita guncang dia akan bergerak," tambah dia.

Bagaimana dengan dugaan bergolaknya air terkait aktivitas gunung api di dasar Danau Toba? Hartanto tak memberi jawaban. "Silakan hubungi BBMKG Wilayah 1 Medan, mereka lebih pas memberikan informasi mengenai ini," ujar dia.

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wil I Medan, Hendra Suwarta mengatakan pergolakan air di Danau Toba bisa saja terjadi karena episentrum gempa tak jauh dari wilayah Sumatera Utara. Hingga getaran terasa kuat. Sementara, soal gunung di dasar Toba, "gempa tersebut belum akan menggangu aktivitas magma di dasar Danau Toba."

Hendra menerangkan, lapisan batuan yang menutupi magma Danau Toba tebalnya berkisar antara 30 sampai 40 kilometer. "Ini merupakan lapisan batu yang paling tebal di Indonesia. Umurnya ratusan ribu tahun. Tidak ada masalah mengenai itu," kata dia.

Ia juga mengaku baru mendengar kabar bergolaknya air Danau Toba. "Kami akan langsung kordinasi dengan BMKG diwilayah Parapat (Danau Toba), kami punya kantor juga di sana," tambah Hendra.
Kisah letusan Gunung Toba
Tak semua orang tahu peristiwa sekitar 70.000 tahun lalu di wilayah yang kini menjadi Danau Toba. Kala itu, terjadi letusan dahsyat gunung api purba, yang diyakini terbesar dalam kurun waktu 2 juta tahun terakhir. Toba sebelumnya adalah gunung purba.

Seperti dimuat situs Badan Antariksa AS, NASA, dalam waktu sekitar dua minggu, ribuan kilometer kubik puing dimuntahkan dari Kaldera Toba di Sumatera Utara. Aliran piroklastik--awan yang merupakan campuran gas panas, serpihan batu, dan abu--mengubur wilayah sekitar 20.000 kilometer persegi di sekitar kaldera.

Di Pulau Samosir, tebal lapisan abu bahkan mencapai 600 meter. Abu Toba juga menyebar ke seluruh dunia. Di India misalnya, ketebalan abu sampai 6 meter.

Pasca letusan, Gunung Toba kolaps, meninggalkan kaldera modern yang dipenuhi air--menjadi Danau Toba. Sementara, Pulau Samosir terangkat oleh magma di bawah tanah yang tidak meletus. Gunung Pusuk Buhit di dekat danau itu juga terbentuk pasca letusan.

Awalnya ilmuwan menduga, letusan Toba menyebabkan penurunan suhu global hingga 10 derajat Celcius selama hampir satu dekade dan membinasakan sebagian besar umat manusia. Meski penelitian terbaru menyebut, efek cuaca yang disebabkan letusan Toba tak sedahsyat itu. Baca selengkapnya di tautan ini.

Gempa di Aceh dan Amerika Utara Berkaitan?


Gempa di Aceh dan Amerika Utara Berkaitan?

Gempa bumi bisa mengirimkan gelombang permukan jarak jauh.

JUM'AT, 13 APRIL 2012, 09:50 WIB
Ita Lismawati F. Malau
VIVAnews - Gempa berkekutan 8,5 Skala Richter (SR) yang mengguncang Aceh, Rabu lalu disusul beberapa gempa kuat di pantai barat Amerika Utara. Tapi, peneliti belum bisa memastikan apakah semua gempa ini berkaitan satu sama lain.

Mungkin, kata ahli geofisika, gempa yang menguncang lepas pantai Oregon, Michoacan, Meksiko, dan Teluk California ada hubungan dengan gempa kuat yang menghantam Indonesia. Adapun gempa yang menguncang empat daerah di atas berkekuatan 5,9 sampai 6,9 SR.

"Bumi kita dalam kondisi bergerak secara konstan," kata Aaron Velasco, pakar geofisika di University of Texas, El Paso. "Saya tidak mengatakan gempa ini tidak biasa. Tapi, kami akan mempelajari gempa-gempa ini, untuk melihat apakah ada hubungan di antara mereka."

Tak disangkal, satu gempa bumi dapat memicu gempa bumi lain dalam waktu berdekatan. Ini dikenal dengan fenomena gempa susulan.

Menurut ahli gempa dari University of Washington, John Vidale, gempa dapat memicu gempa lain dengan dua cara. Pertama, mereka menekan formasi terdekat sehingga mendeformasi kerak dan membuat runtuhan lain. Mekanisme ini terisolasi di sekitar gempa utama.

Kedua, gempa bumi pun bisa mengirimkan gelombang permukan jarak jauh. Misalnya, goyangan dari gempa di Indonesia, Rabu lalu, terdeteksi di stasiun pemantauan seismik di Amerika Serikat. Getaran gempa itu mungkin tidak merusak kerak, tapi peneliti masih membuka kemungkinan bahwa itu masih bisa memicu gempa kecil.

"Perkiraan sata, goncangan gempa Aceh cukup kuat untuk memicu sedikit aktivitas," kata Vidale kepada LiveScience.
Tapi, jika aktivitas di pantai barat Amerika Utara itu terkait gempa Sumetara, imbuhnya, itu bukan sesuatu yang luar biasa. Velasco mengakui pembuktian keterkaitan dua gempa dengan jarak jauh dengan selang waktu hitungan jam, merupakan tantangan terberat ilmuwan.

Data rekaman gempa bumi yang ada belum memungkinkan ilmuwan menemukan pola pasti. "Kami tak cukup data untuk mengatakan: Iya, berhubungan. Tapi, kami pun tak cukup bukti untuk mengatakan sebaliknya.
"