Tampilkan postingan dengan label orangutan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label orangutan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Oktober 2009

Harimau Sumatera dan Orangutan Batang Toru Terancam Punah

Harimau Sumatera dan Orangutan Batang Toru Terancam Punah
SENIN, 12 OKTOBER 2009 | 20:21 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Khaerudin

MEDAN, KOMPAS.com - Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan orangutan (Pongo abelii ) yang mendiami kawasan Hutan Batang Toru di Sumatera Utara bisa punah dalam waktu dekat, jika Departemen Kehutanan tak segera menetapkan kawasan tersebut sebagai hutan lindung. Sebelumnya, tiga kabupaten, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sepakat mengajukan usulan perubahan status kawasan hutan Batang Toru menjadi hutan lindung.

Namun permintaan pemerintah daerah yang tertuang dalam usulan revisi Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44 Tahun 2005 tentang penunjukan kawasan hutan di Sumut, masih belum direspon Departemen Kehutanan. Dalam catatan kami ada 450 ekor orangutan yang mendiami hutan Batang Toru, sementara harimau tak ada catatan resminya. Tetapi satwa tersebut (harimau) dipastikan masih ada di sana. Kepunahan dua jenis satwa langka ini tinggal menunggu waktu, jika pemerintah tetap membiarkan hutan Batang Toru dirambah, ujar Asisten Direktur Divisi Pendidikan Yayasan Ekosistem Lestari Tatang Yudha Komoro, Senin (12/10).

Tatang mengungkapkan, izin prinsip Departemen Kehutanan akan perubahan status hutan Batang Toru menjadi hutan lindung dinilai belum cukup. Satu sisi Departemen Kehutanan setuju kawasan ini dijadikan hutan lindung, tetapi di sisi lain Direktorat Jendral Penataan Kawasan Hutan malah memberikan RKU (rencana kerja usaha) PT Teluk Nauli yang memegang HPH di Batang Toru pada Maret 2008. Dengan RKU ini pemegang HPH bisa menerbitkan RKT (rencana kerja tahunan) dan RKL (rencana kerja lima tahun) untuk menebang kayu di Batang Toru, katanya.

Menurut Tatang, belum ditetapkannya Batang Toru sebagai hutan lindung membuat kawasan ini aman dari perambahan dan terbuka bagi eksploitasi oleh masyarakat. Kondisi ini yang menyebabkan, habitat harimau sumatera dan orangutan terus berkurang di Batang Toru. Padahal kawasan ini menjadi satu-satunya habitat harimau sumatera di Sumut, selain di Taman Nasional Batang Gadis (Mandailing Natal), katanya.

Tatang juga menuturkan, orangutan yang mendiami hutan Batang Toru juga diduga merupakan spesies yang berbeda dibanding hewan sejenis yang mendiami kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh dan sebagian Sumut). Orangutan Batang Toru sedikit lebih cerdas dibanding orangutan di TNGL. Orangutan di Batang Toru sudah menggunakan alat seperti kayu untuk mencari makanannya, kata Tatang yang bersama lembaganya memang mengkhususkan pada konservasi orangutan sumatera ini.

Selain mengancam keberadaan harimau sumatera dan orangutan, belum ditetapkannya Batang Toru sebagai hutan lindung juga mengancam daerah tangkapan air di blok barat kawasan tersebut. Tatang menjelaskan, blok barat kawasan hutan Batang Toru merupakan daerah tangkapan air untuk PLTA Sipan Sihaporas yang berkapasitas 60 megawatts.

PLTA ini dibangun dengan biaya sebesar Rp 2,4 triliun uang pinjaman dari Jepang. Debit air PLTA Sipan Sihaporas sangat tergantung pada keberadaan daerah tangkapan air di blok barat hutan Batang Toru. Padahal wilayah ini terus menerus mengalami ancaman perambahan, katanya.

Beberapa waktu lalu Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumut JB Siringoringo mengatakan, usulan revisi SK Menhut No.44/2005 tinggal menunggu presentasi Gubernur Sumut Syamsul Arifin di hadapan Menteri Kehutanan.

Editor: Abd

http://sains.kompas.com/read/xml/2009/10/12/20210755/harimau.sumatera.dan.orangutan.batang.toru.terancam.punah.

Minggu, 23 Agustus 2009

Populasi OrangUtan

Populasi Orangutan Terancam
Sangat Serius
MINGGU, 23 AGUSTUS 2009 | 20:37 WIB

JAMBI, KOMPAS.com - Populasi orangutan Sumatra (Pongo abelii) di Jambi dalam ancaman serius seiring rencana pembukaan hutan tanaman industri (HTI) seluas lebih dari 30.000 hektare di areal eks hutan produksi (HP) PT Dalek Hutani Esa, di Dusun Semarantihan, Desa Suo-suo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi.

Pimpinan Program Frankfurt Zoological Society (FZS) Peter Pratje, Minggu (23/8), mengatakan, lokasi pembukaan HTI itu sangat dekat dengan stasiun reintroduksi orangutan Sumatra yang telah merehabilitasi 20-an ekor orangutan per tahunnya.

"Pembukaan HTI secara langsung akan menghilangkan seluruh potensi sumber daya alam yang ada. Langkah untuk melestarikan kembali populasi orangutan Sumatra yang terus berkembang dalam delapan tahun ini juga akan sia-sia," kata Peter.

Selama ini pihaknya telah melepasliarkan 108 orangutan di areal pelepasan seluas 200 hektare pada pinggiran Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), namun, karena daerah TNBT curam, orangutan lebih memilih untuk tinggal di areal eks hutan produksi.

Hutan produksi juga memiliki banyak tanaman buah-buahan yang menjadi sumber makanan utama orangutan Sumatera. Tanaman buah ini kemungkinan sengaja tidak ditebang karena pengelola hutan produksi hanya mengambil jenis pohon-pohon keras.

FZS juga memantau setidaknya ada tiga ekor bayi orangutan yang dilahirkan oleh induk yang telah dilepasliarkan, ini menandakan hutan produksi tersebut merupakan lokasi yang cocok bagi primata endemik Sumatera ini.

Orangutan juga termasuk dalam hewan yang mempunyai kemampuan reproduksi rendah. Orangutan betina hanya mampu melahirkan tiga ekor anak selama masa hidupnya.

Peter menegaskan, pembukaan HTI tidak hanya mengancam keberadaan orangutan Sumatera tetapi juga TNBT secara langsung, sebab perambahan, pemanfaatan kayu, serta sumber makanan bagi satwa liar banyak berada di areal hutan produksi.

"Komunitas suku terasing seperti warga Talang Mamak dan Suku Anak Dalam juga akan pindah ke TNBT bila hutan produksi ini dialihfungsikan menjadi HTI," kata Peter.

Manajer Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatra, Julius Paolo Siregar mengatakan, orangutan Sumatra termasuk dalam kategori satwa yang terancam punah, diperkirakan jumlah orangutan Sumatera saat ini antara 6.000-7.000 ekor saja.

"Dibandingkan dengan orangutan Kalimantan, orangutan Sumatra lebih rentan hidupnya. Bukan saja jumlahnya yang sedikit tetapi luas wilayah habitatnya juga sangat sedikit," ujar Julius.

Rencananya FZS akan kembali melepasliarkan sekitar 10 orangutan pada Oktober 2009, dan pada bulan ini hingga Januari 2010 diperkirakan sumber makanan dalam hutan sudah cukup seiring masa musim buah.


BNJ
Sumber : ANT

http://sains.kompas.com/read/xml/2009/08/23/20371491/Populasi.Orangutan.Terancam.Sangat.Serius