Tampilkan postingan dengan label BMKG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BMKG. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Desember 2011

BMKG: Cuaca Buruk Dipicu Badai Tropis Vince


BMKG: Cuaca Buruk Dipicu Badai Tropis Vince

Nelayan diminta waspada. Sebab La Nina juga masih mengancam.

RABU, 19 JANUARI 2011, 06:48 WIB
Ita Lismawati F. Malau
VIVAnews - Cuaca buruk berupa hujan deras, angin kencang, dan gelombang laut tinggi yang melanda sebagian besar wilayah di tanah air akhir-akhir ini harus diwaspadai.
Hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika fenomena ini menunjukkan adanya gangguan.

"Ini disebabkan oleh gangguan tropisDampak menghangatnya suhu muka laut perairan Indonesia. Disamping faktor La Nina yang masih berlangsung hingga saat ini," kata salah satu peneliti BMKG Daryono yang dilansir dari laman BMKG.

Kondisi suhu muka laut yang menghangat dan berbarengan dengan pemanasan intensif oleh matahari di belahan bumi selatan bisa menumbuhkan pusat tekanan rendah. Pada akhirnya, udara dari subtropis yang bertekanan tinggi akan mengalir masuk ke wilayah tropis. "Selain meningkatkan pasokan hujan di kawasan selatan Indonesia, hal ini juga membawa pengaruh terjadinya cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang laut tinggi."

Akumulasi energi di atas normal di atmosfer ini, menurut dia, dapat mengubah pola tekanan rendah berkembang menjadi badai tropis di perairan selatan Jawa. Ini juga mengakibatkan labilitas kondisi atmosfir hingga terjadinya cuaca buruk yang melanda di berbagai daerah.
"Munculnya aktivitas badai tropis Vince di Samudera Hindia sejak tanggal 12 Januari 2011 telah terbukti mengacaukan sistem cuaca di atmosfir kita," jelasnya.

Potensi imbas badai tropis Vince terhadap Jawa dan Bali adalah terjadinya cuaca buruk. Dampak badai tropis menjadi kian besar karena kibasan 'ekor badai' yang cenderung akan lebih panjang sebagai dampak pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir.

Hingga saat ini masih berlangsung gangguan tropis berupa pusat  tekanan rendah di selatan Jawa. Dampak gangguan tropis, hingga kini di hampir seluruh daerah di Jawa dan Bali masih dilanda hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi.

Berdasarkan prakiraan BMKG, 18 Januari 2011 menunjukkan tinggi gelombang laut di perairan selatan Jawa hingga selatan Bali masih berkisar antara 3-4 meter, sementara di perairan Laut Jawa hingga Laut Bali tinggi gelombang laut berkisar antara 2-3 meter. Gelombang laut tinggi ini cukup membahayakan aktivitas pelayaran. Dampak cuaca buruk ini telah menyebabkan para nelayan berhenti melaut karena tingginya gelombang di Laut Jawa dan Samudera Hindia.

"Cuaca akhir-akhir ini cenderung mudah berubah dengan cepat. Diimbau kepada para nelayan maupun armada pelayaran antar pulau harus meningkatkan kewaspadaan," kata dia.  Bagi armada pelayaran, selain waspada juga harus menyediakan perlengkapan keselamatan pelayaran serta mengaktifkan sarana komunikasi untuk memudahkan koordinasi jika terjadi kondisi darurat. (umi)
• VIVAnews

http://nasional.vivanews.com/news/read/199987-cuaca-buruk-dampak-gangguan-tropis-vince

Minggu, 26 Desember 2010

BMKG: Indonesia Bagian Timur Masih Berpotensi Alami Cuaca Buruk

Minggu, 26/12/2010 08:24 WIB
BMKG: Indonesia Bagian Timur Masih Berpotensi Alami Cuaca Buruk
Hery Winarno - detikNews

Jakarta - Wilayah Indonesia bagian Timur masih berpotensi mengalami cuaca buruk. Angin kencang, hujan deras disertai gelombang ombak yang tinggi berpotensi di wilayah perairan Maluku.

"Wilayah Indonesia bagian Timur, seperti Maluku, Ambon dan Tual berpotensi mengalami cuaca buruk berupa angin kencang, hujan deras dan ombak yang tinggi. Bisa sampai 3 meter ombaknya," ujar Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kukuh Ribudiyanto saat berbincang dengan detikcom, Minggu (26/12/2010).

Menurut Kukuh cuaca buruk yang terjadi terjadi di wilayah Indonesia Timur tersebut terjadi karena adanya angin barat yang kuat, sedangkan di utara Australia terjadi tekanan rendah. Hal ini menyebabkan terjadi konvergensi (pertemuan angin) yang berimbas pada cuaca buruk.

"Nah kebetulan konvergensi tersebut melewati wilayah-wilayah seperti Maluku, Ambon dan Tual makanya terjadi cuaca buruk di sana," terangnya.

Sebelumnya pembaca detikcom menginformasikan adanya cuaca buruk di wilayah Indonesia bagian Timur. Hal seperti yang ditulis oleh Nurdin Achmad yang mengabarkan cuaca buruk di Pulau Banda melalui info anda.

"Pulau Banda, Maluku Tengah semalam dihantam badai yang sangat kuat namun pagi ini cuaca sudah mulai cerah," tulis Nurdin.

Pembaca lainnya juga menginformasikan hal yang sama. Bahkan cuaca buruk tersebut sempat membuat pohon tumbang.

"Tual, Maluku badai yang sangat kuat sehingga puluhan pohon tumbang, ombak semakin kuat," tulis Ampri Loyra.

(her/her)

Jumat, 29 Oktober 2010

Gunung Anak Krakatau 'Waspada', BMKG Kirim Tim Pemantau

Jumat, 29/10/2010 10:42 WIB
Gunung Anak Krakatau 'Waspada', BMKG Kirim Tim Pemantau
Rachmadin Ismail - detikNews



dok detikcom
Jakarta - Sejumlah warga merasakan peningkatan gemuruh di sekitar gunung anak Krakatau. Tim dari BMKG sudah dikirim ke lokasi untuk terus memantau perkembangan gunung.

"Kita sudah pantau terus untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," tambahnya," kata Kepala sub Bidang Pengamatan Gunung BMKG Agus Budianto kepadadetikcom, Jumat (29/10/2010).

Menurut Agus, aktivitas anak Krakatau tidak memiliki siklus tertentu. Menurut dia, pada tahun 2001 anak Krakatau sempat meletus, lalu berlanjut pada tahun 2007.

"Tahun 2010 beraktivitas lagi. Nggak jelas siklusnya. Makanya kita monitoring terus," tambahnya.

Agus meminta masyarakat di sekitar lokasi tidak panik. Sebab, jarak antara gunung hingga ke perumahan warga cukup jauh.

"Anak Krakatau dari pantai Lampung dan Pantai Carita itu 40 Km. Kalau di sekitarnya kosong sama sekali," tutupnya.

Sebelumnya warga di Labuan, Banten, mendengar suara gemuruh yang dibarengi dengan getaran dari arah gunung anak Krakatau. Suara gelegar terdengar setiap 30 menit. Lava pijar juga kadang terlihat pada malam hari.

"Aktivitas ini terakhir setahun lalu. Sekarang baru terjadi lagi," ujar Fatur, warga yang tinggal di Pantai Carita, Banten.


(mad/asy)

Selasa, 26 Oktober 2010

BMKG Catat 47 Gempa Susulan di Mentawai

BMKG Catat 47 Gempa Susulan di Mentawai


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sampai Selasa (26/10) pukul 15.00 WIB mencatat telah terjadi 47 gempa susulan berkekuatan 3-6,2 pada skala Richter. Gempa susulan terjadi usai gempa berkekuatan 7,2 skala Richter berkedalaman 10 kilometer dibawah laut dan terjadi di 78 km barat daya Pagai Selatan, Mentawai, Sumatra Barat, Senin (25/10) pukul 21.42 WIB.

BMKG menyebutkan gempa susulan yang terjadi skalanya lebih rendah dibanding gempa pertama dan sangat jarang menimbulkan kembali tsunami. ''Gempa besar pasti diikuti gempa susulan. Berdasarkan pengalaman gempa yang sudah menyebabkan tsunami sangat jarang kembali menimbulkan tsunami,'' tutur Deputi Geofisika BMKG, Prih Harijadi kepada Republika, Selasa (26/10).

Terkait peringatan dini tsunami, Prih menjelaskan diakhiri setelah tsunami di Kepulauan Mentawai terjadi. Peringatan diakhiri 51 menit setelah gempa terjadi.''Gempa yang terjadi di Kepulaua Mentawai langsung disusul tsunami. Sehingga peringatan diakhiri sesudah terjadi tsunami di Kepulauan Mentawai (Pagai),'' tutur Prih.

Berdasarkan pantauan BMKG Stasiun Kepahiang, kemungkinan gempa menyebabkan tsunami dari sumber gempa ke Padang berdurasi 60 menit sedangkan potensi tsunami dari sumber gempa ke Kepulauan Mentawai (Pagai) berdurasi sekitar 30 menit sesudah gempa.

http://id.news.yahoo.com/repu/20101026/tpl-bmkg-catat-47-gempa-susulan-di-menta-97b2f71.html

Rabu, 11 Agustus 2010

BMKG: Musim Pancaroba Berlangsung Hingga September

BMKG: Musim Pancaroba Berlangsung Hingga September


REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengungkapkan bahwa musim Pancaroba akan terjadi di Indonesia hingga September mendatang. Musim yang menandai kondisi cuaca yang berubah-ubah tersebut berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas tinggi berdurasi singkat, serta diikuti angin kencang dan petir.

Hingga awal Agustus ini, BMKG menemukan peningkatkan yang cukup signifikan adanya hujan ekstrim. Misalnya, Juli lalu dalam sebulan terdapat 125 kali curah hujan ekstrim. Sedangkan pada 10 hari pertama Agustus ini, BMKG sudah mendapatkan 52 kali terjadi hujan ekstrim.

Deputi Bidang Klimatologi, Soeroso Hadiyanto, mengatakan, adanya musim pancaroba itu perlu diwaspadai oleh masyarakat Indonesia, terutama di beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami peningkatan curah hujan. Misalnya, Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Maluku, Aceh, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluka, dan Papua. “Dua bulan ke depan curah hujan di wilayah-wilayah itu masih tinggi,” kata Soeroso, saat konferensi pers di Kantor BMKG, Jalan Angkasa 1, Kemayoran, Jakarta, Rabu (11/8).

Menurutnya, hujan ekstrim itu ditandai dengan keberadaan curah hujan yang lebih dari 50 milimeter per hari. Bahkan, musim pancaroba juga berpengaruh pada kondisi gelombang laut yang akan naik dan berpotensi adanya angin puting beliung.

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Widada Sulistya, memrediksi musim tersebut akan menciptakan kondisi gelombang di laut meninggi, hingga di atas dua meter. Kondisi itu kata dia, akan mengganggu perahu-perahu kecil, terutama yang berukuran di bawah tujuh ton. “Untuk perkiraan eksaknya memang belum, tetapi dari kondisi cuaca diperkirakan ketinggian gelombang di atas dua meter,” ujarnya. Sementara kondisi udara juga kurang normal.

Curah hujan ekstrim, lanjut dia, umumnya terjadi sore hari, sebab kalau pagi maupun siang hari, kondisi awan belum terbentuk karena masih ada sinar matahari. “Kalau nanti hujan sudah pagi terus, maka itu berarti sudah hujan di musin penghujan, bukan pancaroba lagi,” jelas dia.

http://id.news.yahoo.com/repu/20100811/tpl-bmkg-musim-pancaroba-berlangsung-hin-97b2f71.html

Minggu, 25 Juli 2010

BMKG: Warga Harus Waspada Gempa

BMKG: Warga Harus Waspada Gempa


BMKG: Warga Harus Waspada Gempa

Liputan6.com, Jakarta: Meski tidak bisa memprediksi kapan terjadi gempa berikutnya, namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika meminta warga di Pulau Sumatra, Sulawesi, dan Papua lebih waspada. Sebab kawasan ketiga pulau rentan terkena gempa dibanding Pulau Jawa dan Kalimantan.

Menurut staf BMKG, gempa di Mandailing Natal, Sumatra Utara, Sabtu (24/7), disebabkan adanya patahan yang banyak terdapat di wilayah Sumatra. Gempa berkekuatan 6,0 skala Richter (SR) mengguncang Panyabungan, sekitar pukul 9.24 WIB [baca: Gempa 6,0 SR Landa Panyabungan, Sumut].

Indonesia memang rentan gempa, karena dikelilingi tiga lempeng besar. Yaitu Lempeng Euro-Asia, Indo-Australia dan Asia-Pasifik.(IDS)

http://id.news.yahoo.com/lptn/20100724/tpl-bmkg-warga-harus-waspada-gempa-9c562ac.html

Minggu, 25 Oktober 2009

BMKG: Peringatan Tsunami Telah Berakhir

Sabtu, 24/10/2009 23:25 WIB
Gempa 7,3 SR
BMKG: Peringatan Tsunami Telah Berakhir
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Jakarta
- Gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter (SR) yang mengguncang laut Maluku sempat dinyatakan berpotensi tsunami. Namun, Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akhirnya menyatakan peringatan potensi tsunami telah berakhir.

"Sudah tidak ada potensi tsunami, peringatannya sudah kita cabut," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Moch. Riyadi kepada detikcom, Sabtu (24/10/2009).

Riyadi menjelaskan, meski kekuatan gempa cukup besar, kedalaman pusat gempa cukup dalam. Hal ini dinilai sangat kecil berpotensi untuk timbulkan tsunami.

"Kekuatannya memang besar, tapi karena cukup dalam jadi sangat kecil timbulkan tsunami," tandasnya.

"Masyarakat kita imbau agar kembali ke rumahnya masing-masing dan tetap waspada," pungkasnya.

Sebelumnya, gempa terjadi pada kedalaman 165 km di bawah laut Maluku sekitar pukul pukul 21.40 WIB. Sedangkan, lokasi gempa berada pada 6.23 LS-130.60 BT dan 209 Km barat Laut Saumlaki, Maluku.


(ape/ape)

Sabtu, 10 Oktober 2009

BMKG Ralat Gempa Sumbar Jadi 7,9 SR

Sabtu, 10/10/2009 13:20 WIB
BMKG Ralat Gempa Sumbar Jadi 7,9 SR
Yonda Sisko - detikNews


Padang
- Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meralat gempa Sumatera Barat (Sumbar) yang sebelumnya 7,6 SR menjadi 7,9 SR. Sesaat setelah gempa The United States Geological Survey (USGS) merilis bahwa gempa Sumbar berkekuatan 7,9 SR.

"Sesaat setelah gempa peralatan kita merekam bahwa gempa Sumbar 7,6 SR. Namun setelah adanya proses updating dan bertambahnya data-data yang masuk disimpulkan bahwa gempa yang terjadi 7,9 SR," ujar koordinator BMKG Sumbar M Taufik Gunawan.

Taufik mengatakan itu dalam keterangan pers di Media Center Satkorlak Penanggulangan Bencana Sumbar, Jl Sudirman, Sabtu (10/10/2009).

Taufik juga membantah isu-isu yang tidak bertanggungjawab di tengah masyarakat mengenai gempa susulan berkekuatan besar yang akan terjadi di Sumbar. Isu-isu yang tidak bertanggung jawab itu membuat keresahan di tengah masyarakat.

"Itu semua isunya tidak benar dan masyarakat jangan terpancing dengan isu-isu seperti itu," tegas dia.

Isu-isu yang beredar itu secara detail menyebutkan besar dan waktu terjadi gempa. Bahkan ada isu gempa besar yang akan terjadi karena adanya percobaan nuklir.

"Itu tidak mungkin karena hingga saat ini tidak ada alat yang bisa memprediksi kapan sebuah gempa akan terjadi. Bila ada, kemungkinan hal itu dilakukan pun akan sangat sulit," kata Taufik.

Lebih lanjut Taufik mengatakan Sumatera memang sangat rawan terjadi gempa karena kawasan ini terdapat pertemuan dua lempeng di lautan dan adanya patahan Sumatera di darat. Namun demikian kapan sebuah gempa akan terjadi dan berapa kekuatannya sejauh ini belum ada alat yang mampu menprediksinya.

(nik/iy)

Minggu, 16 Agustus 2009

Gempa di Mentawai Karena Gesekan Lempeng Indo-Australia & Eurasia

Minggu, 16/08/2009 16:08 WIB
Gempa di Mentawai Karena Gesekan Lempeng Indo-Australia & Eurasia
Indra Subagja - detikNews


Jakarta
- Gempa yang menggoyang kawasan Padang dan sekitarnya berpusat di darat di kedalaman 32 km, sekitar 43 km tenggara Siberut, Mentawai. Gempa terjadi karena adanya gesekan lempeng di jalur gempa tersebut.

"Gempa terjadi di sekitar jalur barat Sumatera, adanya penujaman lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia," kata petugas Pusat Gempa Nasional Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Iman Suwardi, saat dihubungi melalui telepon, Minggu (16/8/2009).

Dia menjelaskan, gempa pertama terjadi sekitar pukul 14.38 WIB dengan kekuatan 6,9 skala Richter. Gempa selanjutnya pukul 15.13 WIB dengan kekuatan 5,2 SR dan pukul 15.23 WIB berkekuatan 5,6 SR.

"Karena besar dirasakan di Sibolga dan Padang 4 MMI (modified mercali intensity). Kalau seperti ini sampai tiang listrik sampai bergoyang. Bahkan di Sibolga ada yang putus," jelasnya.

(ndr/nrl)