Setahun Sudah Tsunami Jepang Berlalu, Banyak Hantu Gentayangan?
Selasa, 28/02/2012 13:16 WIB
Ilustrasi
Ishinomaki Setahun berselang pasca bencana mega tsunami melanda Jepang pada awal tahun 2011 lalu yang menewaskan belasan ribu orang. Kini, masyarakat Jepang yang tinggal di bekas lokasi tsunami dihebohkan oleh rumor hantu korban tsunami yang bergentayangan.
Bahkan, rekonstruksi sebuah proyek di lokasi bencana, Kota Ishinomaki, terpaksa dihentikan karena para pekerja konstruksi takut dengan arwah para korban tsunami. Mereka percaya bahwa hal tersebut bisa membawa kesialan bagi para pekerja.
"Saya dengar orang-orang yang bekerja memperbaiki toko di sana menjadi sakit karena hantu," kata seorang warga setempat, Satoshi Abe (64) sambil menunjuk ke arah sebuah supermarket yang baru setengah jadi.
"Orang tewas di mana-mana, di sini dan di sana. Kota ini penuh kisah-kisah semacam itu," imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (28/2/2012).
Di bagian lain kota pelabuhan ini, tanda-tanda kehidupan mulai kembali. Warga mulai membangun kembali rumah mereka yang hancur diterjang tsunami. Kegiatan bisnis pun kembali beroperasi, toko-toko mulai buka, dan anak-anak kembali bersekolah.
Namun mengingat seperlima dari total 19 ribu orang yang tewas, berasal dari kota kecil ini, sepertinya hanya sedikit warga yang yakin bisa menjalani kehidupan normal seperti sebelumnya. Seorang warga setempat bernama Shinichi Sasaki mengakui, memori akan kejadian 11 Maret 2011 lalu tidak pernah hilang dan hal itulah yang memunculkan rumor 'hantu' di masyarakat.
"Ingatan hari itu terus terkenang di pikiran Anda. Jika seseorang yang Anda kenal ikut tewas dan kematiannya begitu tiba-tiba, Anda pasti akan merasa orang tersebut masih ada. Saya tidak percaya hantu tapi saya bisa memahami kenapa kota ini dipenuhi rumor seperti itu," ujarnya.
Rumor hantu ini juga mempengaruhi para pengemudi taksi. Mereka jadi takut berkeliling dan mencari penumpang di kota kecil tersebut. Seorang pengemudi taksi yang enggan disebutkan namanya, mengaku khawatir jika ternyata penumpangnya bukan manusia.
Seorang penduduk wanita bahkan mengaku mendengar cerita mistis soal puluhan orang yang berusaha lari ke atas bukit untuk menyelamatkan diri seperti saat kejadian.
Menanggapi rumor ini, sejumlah akademisi dan konselor menyebutnya wajar. Pasca tragedi besar, masyarakat menjadi trauma dan mereka tengah berusaha untuk memulihkan diri dari trauma tersebut.
"Manusia memang terkadang sangat sulit menerima kematian, tidak peduli apakah mereka tergolong orang yang percaya takhayul ataupun yang berpikir sangat ilmiah. Kematian yang tiba-tiba atau tidak wajar, berbeda seperti meninggalnya seseorang di tempat tidur karena usia tua, menjadi sangat sulit untuk dipahami," tutur antropolog budaya, Takeo Funabiki.
"Ketika ada sejumlah hal yang sulit diterima oleh manusia, mereka bisa mengekspresikannya dalam bentuk rumor ataupun ritual bagi arwah yang tewas. Intinya, Anda harus mencoba berbagi dengan orang lain di lingkungan Anda," tandasnya.
(nvc/ita)
Bahkan, rekonstruksi sebuah proyek di lokasi bencana, Kota Ishinomaki, terpaksa dihentikan karena para pekerja konstruksi takut dengan arwah para korban tsunami. Mereka percaya bahwa hal tersebut bisa membawa kesialan bagi para pekerja.
"Saya dengar orang-orang yang bekerja memperbaiki toko di sana menjadi sakit karena hantu," kata seorang warga setempat, Satoshi Abe (64) sambil menunjuk ke arah sebuah supermarket yang baru setengah jadi.
"Orang tewas di mana-mana, di sini dan di sana. Kota ini penuh kisah-kisah semacam itu," imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (28/2/2012).
Di bagian lain kota pelabuhan ini, tanda-tanda kehidupan mulai kembali. Warga mulai membangun kembali rumah mereka yang hancur diterjang tsunami. Kegiatan bisnis pun kembali beroperasi, toko-toko mulai buka, dan anak-anak kembali bersekolah.
Namun mengingat seperlima dari total 19 ribu orang yang tewas, berasal dari kota kecil ini, sepertinya hanya sedikit warga yang yakin bisa menjalani kehidupan normal seperti sebelumnya. Seorang warga setempat bernama Shinichi Sasaki mengakui, memori akan kejadian 11 Maret 2011 lalu tidak pernah hilang dan hal itulah yang memunculkan rumor 'hantu' di masyarakat.
"Ingatan hari itu terus terkenang di pikiran Anda. Jika seseorang yang Anda kenal ikut tewas dan kematiannya begitu tiba-tiba, Anda pasti akan merasa orang tersebut masih ada. Saya tidak percaya hantu tapi saya bisa memahami kenapa kota ini dipenuhi rumor seperti itu," ujarnya.
Rumor hantu ini juga mempengaruhi para pengemudi taksi. Mereka jadi takut berkeliling dan mencari penumpang di kota kecil tersebut. Seorang pengemudi taksi yang enggan disebutkan namanya, mengaku khawatir jika ternyata penumpangnya bukan manusia.
Seorang penduduk wanita bahkan mengaku mendengar cerita mistis soal puluhan orang yang berusaha lari ke atas bukit untuk menyelamatkan diri seperti saat kejadian.
Menanggapi rumor ini, sejumlah akademisi dan konselor menyebutnya wajar. Pasca tragedi besar, masyarakat menjadi trauma dan mereka tengah berusaha untuk memulihkan diri dari trauma tersebut.
"Manusia memang terkadang sangat sulit menerima kematian, tidak peduli apakah mereka tergolong orang yang percaya takhayul ataupun yang berpikir sangat ilmiah. Kematian yang tiba-tiba atau tidak wajar, berbeda seperti meninggalnya seseorang di tempat tidur karena usia tua, menjadi sangat sulit untuk dipahami," tutur antropolog budaya, Takeo Funabiki.
"Ketika ada sejumlah hal yang sulit diterima oleh manusia, mereka bisa mengekspresikannya dalam bentuk rumor ataupun ritual bagi arwah yang tewas. Intinya, Anda harus mencoba berbagi dengan orang lain di lingkungan Anda," tandasnya.
(nvc/ita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar