Senin, 26 Desember 2011

3 Mayat Korban Longsor Wonosobo Ditemukan, Total Tewas 8 Orang


3 Mayat Korban Longsor Wonosobo Ditemukan, Total Tewas 8 Orang

Arbi Anugerah - detikNews
Selasa, 20/12/2011 15:43 WIB
Wonosobo - Korban banjir bandang dan tanah longsor Desa Tieng Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah hanyut jauh hingga mencapai aliran Sungai Serayu di Kabupaten Banjarnegara. Tiga mayat dan satu potongan kaki perempuan yang diduga korban banjir bandang dan tanah longsor Desa Tieng, Kejajar, Wonosobo di temukan puluhan kilometer dari lokasi kejadian yaitu di sekitar Waduk PLTA Jenderal Soedirman atau yang dikenal Waduk Mrican di Kecamatan Bawang, Banjarnegara.

"Ada tiga mayat yang ditemukan. Satu laki-laki dan dua mayat perempuan. Selain itu Kita juga menemukan satu potongan kaki perempuan," kata Komandan SAR Banjarnegara, Aris Sudaryanto, kepada wartawan, Selasa (20/12/2011).

Menurut dia, mayat tersebut ditemukan oleh warga sekitar pukul 07.00 WIB. Tim SAR langsung melakukan evakuasi dan menginformasikan ke Tim SAR Wonosobo untuk proses identifikasi dan pengambilan jenazah.

Kemungkinan terhanyutnya para korban banjir bandang Desa Tieng, Kejajar hingga memasuki aliran Sungai Serayu sudah diprediksi oleh Tim SAR. Senin (19/12/2011) sore kemarin Tim SAR melakukan pemantauan di Jembatan Demangan yang merupakan titik pertemuan alur antara Kali Putih atau Sungai Ngesong dengan Sungai Serayu. Pasalnya, sebelumnya Tim SAR juga menemukan potongan tubuh berupa potongan kaki dan kepala di Kecamatan Garung, Wonosobo.

Dengan ditemukannya sejumlah mayat tersebut berarti jumlah korban tewas menjadi delapan orang dan tiga korban lainnya masih dalam pencarian.

Sebelumnya pada Minggu (18/12) pukul 13.30 WIB. Banjir bandang dan longsor yang terjadi di Dusun Tieng terjadi akibat hujan deras yang turun sejak kemarin dan mengakibatkan longsor di gunung Pakuwojo hingga masuk ke Sungai Ngesong. Karena besarnya banjir lumpur membuat Dusun Sidorejo RT 01 dan 02 RW VIII Desa Tieng luluh lantak diterjang banjir lumpur mengakibatkan 13 rumah hanyut dan 7 rumah mengalami rusak berat serta membuat 11 warganya hanyut terbawa derasnya banjir.

(anw/anw)

Dalam Hitungan Detik, Banjir Bandang Hancurkan Puluhan Rumah di Wonosobo


Dalam Hitungan Detik, Banjir Bandang Hancurkan Puluhan Rumah di Wonosobo

Arbi Anugerah - detikNews
Senin, 19/12/2011 13:09 WIB

Wonosobo - Dalam hitungan detik, banjir bandang dan bencana tanah longsor meluluhlantakan puluhan rumah di tepian Sungai Ngesong Dusun Sidorejo, RT 1 dan 2, RW 8, Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah. Air bercampur lumpur terjadi secara tiba-tiba dan merobohkan rumah serta menyeret puluhan warga.

"Cuma 2 detik, air setinggi rumah bertingkat merobohkan rumah saya," kata Romadhon, warga yang selamat saat ditemui wartawan di tempat pengungsian Balai Desa Sitieng, Senin (19/12/2011).

Menurut dia, saat kejadian hujan turun dengan deras sekitar pukul 13.30 WIB, Minggu (18/12/2011) kemarin. Dia bersama kedua orangtuanya, Mustamid (52) dan Tuminah (46) berinisiatif keluar rumah.

"Saat itu tidak seperti biasanya, suasananya sangat tenang tapi tiba-tiba blurr!!! Air beserta lumpur hitam langsung menerjang rumah sehingga membuat tembok rumah menimpa bapak saya. Dalam sekejap langsung hilang terseret arus sungai," uangkapnya.

Rumahnya yang berjarak 2 meter dari pinggir kali membuat ayahnya langsung terseret derasnya arus sungai. Sementara ibunya yang tepat berada di depannya terkena bongkahan batu.

"Saat itu posisi saya di tengah di antara kedua orangtua saya. Ayah saya terseret arus sedangkan saya selamat karena saya sempat lari ketika kejadian, namun bapak saya tidak sempat lari," jelasnya.

Dia menuturkan, semua barang berharga yang ada di rumahnya hanyut tersapu banjir bandang dan longsor dan hanya tersisa pakaian yang melekat di tubuhnya.

"Ibu dan saya sempat pingsan setelah lelah mencari bapak saya yang hanyut. Hanya tersisa pakaian yang ada dibadan. Pakaian ini saja saya dapat dikasih oleh kawan," tuturnya.

Saat ini ibunya dirawat di RSU Wonosobo karena luka di bagian kakinya. Sedangkan dia masih menunggu kabar tentang nasib bapaknya yang hanyut.

(anw/anw)

Dihantam Gelombang Laut 6 Meter, Warga Natuna


Dihantam Gelombang Laut 6 Meter, Warga Natuna Mengungsi

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Senin, 26/12/2011 03:02 WIB
Kepri - Gelombang laut setinggi 6 meter menghantam perumahan penduduk di tepi pantai Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Akibatnya rumah penduduk rusak, dan warga terpaksa mengungsi.

Dalam hitungan sepekan ini, curah hujan dan angin kencang kerap terjadi di wilayah Kepri dan Riau. Badai gelombang juga dirasakan saat ini paling tinggi mencapai 6 meter. Kondisi ini menyebabkan warga di tepi pantai Kecamatan Pulau Laut, Natuna terpaksa mengungsi.

“Saat ini kondisi laut di tempat kami sangat tidak bersahabat. Gelombang pasang mencapai ketinggian 6 meter yang merusak 8 rumah penduduk. Warga sudah sepekan ini terpaksa mengungsi darat di tempat sanak familinya,” kata Zainal (45) warga setempat kepada detikcom, Senin (26/12/2011).

Menurut Zainal, selain gelombang laut menyebabkan kerusakan cukup parah, dua rumah penduduk juga hancur diterjang ombak. Dua rumah tersebut rata dengan tanah akibat hembasan gelombang laut.

“Tidak itu saja, akibat gelombang tinggi ini kapal juga tidak berani melaut. Imbasnya, sembako di tempat kami sudah susah dicari. Misalnya, telor, gula, minyak sayur, beras hilang dari peredaran,” kata Zainal.

Masih menurut Zainal, kondisi yang sama juga dialami warga di Kecamatan Pulau Tiga masih di kabupaten yang sama. Warga di sana juga terpaksa mengungsi.

“Sampai saat ini belum ada perhatian pihak Pemda Natuna terhadap warga yang mengungsi dan rumahnya yang rusak,” kata Zainal.

(cha/van)

Sabtu, 24 Desember 2011

Christmas Eve aftershock rattles tense N. Zealanders


Christmas Eve aftershock rattles tense N. Zealanders

A Christmas Eve aftershock rattled New Zealand's South Island after two earthquakes sent terrified people fleeing into the streets, 10 months on from a devastating quake that claimed 181 lives.
The 5.0 magnitude tremor, which was 7.6 kilometres (4.7 miles) deep, struck early Saturday 6:37 am local time, just 21 kilometres (13 miles) from the earthquake-devastated city of Christchurch.
It heralds a tense Christmas holiday for Christchurch residents after the city was rocked by a fresh series of powerful earthquakeson Friday, bringing back painful memories of the February disaster.
Two shallow quakes of magnitude 5.8 and 5.9 and a series ofaftershocks struck as malls were packed with afternoon Christmas shoppers, sending stock tumbling from the shelves and turning the festive mood to panic.
The quakes, which temporarily closed the international airport and disrupted communications, were the latest in a series that began 15 months ago and have destroyed much of the inner city.
Local news media reported people fleeing in fear as the quake and a first wave of aftershocks rattled the city, leading to liquefaction and flooding in some suburbs worst hit by previous earthquakes.
Liquefaction is caused when shaking loosens the bonds between soil particles, turning the ground into a quagmire.
"You can't underestimate the ongoing stress this has created for people," Christchurch Mayor Bob Parker said, while Prime Minister John Key described the impact as "frightening and disheartening" for the beleaguered residents.
The lives of people in New Zealand's second largest city have been shattered by the earthquakes that began in September last year when a 7.0 tremor struck.
That quake caused widespread destruction but because it hit just before dawn there were few casualties.
But on February 22, a lunchtime 6.3 quake killed 181 people and reduced much of the downtown area, including the city's Anglican cathedral, to rubble, while in the suburbs thousands of homes were damaged or destroyed.
The cost of repairing the city has been put at NZ$20 billion ($15.5 billion), and even after the latest quakes Key said the government's resolve to rebuild Christchurch remains unchanged.
Smaller earthquakes in the 3.0-4.0 range have become an almost daily occurrence in Christchurch but only a few thousand from a population of more than 350,000 people are reported to have left the city.
Deputy mayor Ngaire Button said the latest quakes coming at the end of a difficult year, were likely to prompt more people to consider leaving the city but she doubted many would go.
"Every aftershock we've had, there have been people who have felt that way, we can't blame them for that," she said.
One woman, Susan Holmes, told TV3 she was "sick" of the repeated tremors and threats to her home.
"It's beyond devastating, It's happened again. I'm sick of it," a sobbing Holmes said as she faced the prospect of clearing debris from her home for the fourth time in 16 months.
The US Geological Survey said a 5.8-magnitude quake struck at 1:58 pm (0058 GMT) Friday at a depth of less than five kilometres (three miles). It was followed 70 minutes later by a 5.9 tremor at about the same depth.
One person was rushed to hospital after being injured in a shopping mall and the National Crisis Management Centre was activated.
Civil Defence controller David Coetzee said the toll could have been much higher had the central business district not been cordoned off after earlier quakes.
Telephone services were cut in many areas and electricity supplies disrupted, but police said there were no reports of other injuries or widespread damage.
The international airport and shopping malls were all evacuated and closed as a precautionary measure.
New Zealand sits on the so-called "Ring of Fire" the boundary of the Australian and Pacific tectonic plates, and experiences up to 15,000 tremors a year.

Powerful quake rocks New Zealand's Christchurch


Powerful quake rocks New Zealand's Christchurch

The earthquake-devastated New Zealand city of Christchurch was rocked by a powerful 5.8 magnitude tremor Friday forcing evacuations from buildings, residents said.
New Zealand's second largest city was hit by a 6.3-magnitude quake in February, killing 181 people and destroying much of the downtown area.
Government seismologists measured the latest quake at magnitude 5.8 and said it struck at 1:58pm (0058 GMT) eight kilometres (five miles) deep.
Local news media reported people fleeing into the streets in fear as the quake, followed by four strong aftershocks, rattled the city.
Shopping malls were vacated and Television New Zealand said the international airport was shut down.
Telephone services and electricity supplies were disrupted but police said there were no immediate reports of structural damage.
Christchurch resident Jo Davis told Fairfax News her neighbours were screaming.
"I was terrified, I guess just because it's been so long since we've had a decent one. We've had a TV and glasses fall over but no repeat of liquefaction (when earth becomes fluid) like in June so I guess it's not so bad."
Scientists warned last month of an increased probability that another powerful earthquake would hit Christchurch.
New Zealand sits on the so-called "Ring of Fire" the boundary of the Australian and Pacific tectonic plates, and experiences up to 15,000 tremors a year.

Jumat, 23 Desember 2011

Banjir Filipina: Lebih dari 1000 orang hilang


Banjir Filipina: Lebih dari 1000 orang hilang

BBCIndonesia.com - detikNews
Jumat, 23/12/2011 20:39 WIB
banjir filipina
Lebih dari 1000 orang masih hilang pasca banjir di Filipina

Pemerintah Filipina mengatakan 1079 orang masih hilang pasca serangan Topan Washi.

Lebih dari 1000 orang lainnya meninggal dunia dalam badai yang terjadi pulau Mindanao Sabtu (17/12) pekan lalu.

Seluruh wilayah di kota Cagayan de Oro dan Iligan porak poranda tersapu badai.

Awalnya jumlah orang hilang diperkirakan hanya 51 namun para pejabat mengatakan angka yang terbaru meliputi para pekerja pendatang dan keluarga mereka tidak segera menyadari bahwa mereka hilang.

Pemerintah Filipina mengatakan jumlah korban terakhir masih akurat, seperti yang dilaporkan koresponden BBC Kate McGeown di Manila.

Menurut koresponden BBC, jelas bahwa skala bencana ini jauh lebih besar dari perkiraan semula.

Bantuan dari Indonesia

Angka kematian dari bencana ini adalah 1080, kata pemerintah. Dampak Topan Washi dirasakan oleh sekitar 338.000 orang dan merusak lebih dari 10.000 rumah.

Puluhan ribu orang kini tinggal di barak-barak pengungsian.

Banyak korban saat ketika Topan Washi mengakibatkan sungai-sungai meluap dan menyebabkan tanah longsor.

Badan-badan bantuan telah meminta dana untuk membantu warga setempat.

PBB mengupayakan bantuan sebesar US$ 28 juta untuk pengadaan air dan fasilitas sanitasi bagi para korban.

"Kita harus memperbaiki situasi ini secepat mungkin untuk menghindari wabah penyakit yang akan memperburuk kondisi para pengungsi, mereka sudah lemah karena kelaparan dan duka cita kehilangan keluarga dan kerabat," kata Soe Nyunt-U, koordinator kemanusiaan sementara PBB pada wartawan.

Indonesia telah memberikan bantuan sebesar US$500.000 untuk membantu para korban. Bantuan diserahkan kepada duta besar Filipina Rosario Aguinaldo.

(bbc/bbc)

Rabu, 21 Desember 2011

BMKG: Cuaca Buruk Dipicu Badai Tropis Vince


BMKG: Cuaca Buruk Dipicu Badai Tropis Vince

Nelayan diminta waspada. Sebab La Nina juga masih mengancam.

RABU, 19 JANUARI 2011, 06:48 WIB
Ita Lismawati F. Malau
VIVAnews - Cuaca buruk berupa hujan deras, angin kencang, dan gelombang laut tinggi yang melanda sebagian besar wilayah di tanah air akhir-akhir ini harus diwaspadai.
Hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika fenomena ini menunjukkan adanya gangguan.

"Ini disebabkan oleh gangguan tropisDampak menghangatnya suhu muka laut perairan Indonesia. Disamping faktor La Nina yang masih berlangsung hingga saat ini," kata salah satu peneliti BMKG Daryono yang dilansir dari laman BMKG.

Kondisi suhu muka laut yang menghangat dan berbarengan dengan pemanasan intensif oleh matahari di belahan bumi selatan bisa menumbuhkan pusat tekanan rendah. Pada akhirnya, udara dari subtropis yang bertekanan tinggi akan mengalir masuk ke wilayah tropis. "Selain meningkatkan pasokan hujan di kawasan selatan Indonesia, hal ini juga membawa pengaruh terjadinya cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang laut tinggi."

Akumulasi energi di atas normal di atmosfer ini, menurut dia, dapat mengubah pola tekanan rendah berkembang menjadi badai tropis di perairan selatan Jawa. Ini juga mengakibatkan labilitas kondisi atmosfir hingga terjadinya cuaca buruk yang melanda di berbagai daerah.
"Munculnya aktivitas badai tropis Vince di Samudera Hindia sejak tanggal 12 Januari 2011 telah terbukti mengacaukan sistem cuaca di atmosfir kita," jelasnya.

Potensi imbas badai tropis Vince terhadap Jawa dan Bali adalah terjadinya cuaca buruk. Dampak badai tropis menjadi kian besar karena kibasan 'ekor badai' yang cenderung akan lebih panjang sebagai dampak pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir.

Hingga saat ini masih berlangsung gangguan tropis berupa pusat  tekanan rendah di selatan Jawa. Dampak gangguan tropis, hingga kini di hampir seluruh daerah di Jawa dan Bali masih dilanda hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi.

Berdasarkan prakiraan BMKG, 18 Januari 2011 menunjukkan tinggi gelombang laut di perairan selatan Jawa hingga selatan Bali masih berkisar antara 3-4 meter, sementara di perairan Laut Jawa hingga Laut Bali tinggi gelombang laut berkisar antara 2-3 meter. Gelombang laut tinggi ini cukup membahayakan aktivitas pelayaran. Dampak cuaca buruk ini telah menyebabkan para nelayan berhenti melaut karena tingginya gelombang di Laut Jawa dan Samudera Hindia.

"Cuaca akhir-akhir ini cenderung mudah berubah dengan cepat. Diimbau kepada para nelayan maupun armada pelayaran antar pulau harus meningkatkan kewaspadaan," kata dia.  Bagi armada pelayaran, selain waspada juga harus menyediakan perlengkapan keselamatan pelayaran serta mengaktifkan sarana komunikasi untuk memudahkan koordinasi jika terjadi kondisi darurat. (umi)
• VIVAnews

http://nasional.vivanews.com/news/read/199987-cuaca-buruk-dampak-gangguan-tropis-vince

Cuaca Buruk, Kapal di Sulut Dilarang Berlayar


Cuaca Buruk, Kapal di Sulut Dilarang Berlayar

Angin bertiup kencang di laut sekitar Sulawesi Utara mengakibatkan gelombang besar.

KAMIS, 8 DESEMBER 2011, 10:01 WIB
Ita Lismawati F. Malau
VIVAnews - Pelabuhan Bitung Sulawesi Utara melarang kapal jenis apapun berlayar. Larangan ini menyusul kondisi gelombang besar di laut sekitar Sulawesi Utara dan disertai angin kencang.

Kepala Administrator Pelabuhan (Adpel) Bitung, Petrus Karel Singale mengatakan kondisi laut semacam ini sangat membahayakan awak kapal. "Kami tidak bisa mengijinkan kapal jenis apapun untuk berlayar. Kami khawatir dengan keselamatan," kata Petrus, kamis 8 Desember 2011.

Dia mengaku imbauan ini sudah ada sejak Oktober lalu dan datang langsung dari pusat. "Kapal yang ada di Pelabuhan Bitung, baik kapal petikemas, barang curah, kapal feri, kapal nelayan serta perintis tetap tidak bisa berangkat. Bagi kapal yang ada muatan harus dibongkar. Ini untuk keselamatan kita bersama."

Terkait cuaca yang buruk di laut sekitar Sulawesi Utara, Kepala BMKG Kota Bitung, Indra Waluyo menguraikan, tekanan rendah di Samudera Pasifik bagian selatan dan di Australia bagian utara, akan menimbulkan pergerakan angin dari belahan bumi utara ke daerah tekanan rendah di atas Papua dan Australia bagian utara.
"Akibatnya angin di daerah Sulut akan bertiup kencang dan menimbulkan gelombang cukup tinggi."

Laporan: Roger Wenas | Sulawesi Utara
• VIVAnews

Amankah Indonesia dari Badai Tropis?


Amankah Indonesia dari Badai Tropis?

BMKG memantau ada bibit badai di selatan Nusa Tenggara, tepatnya utara Darwin, Australia

RABU, 21 DESEMBER 2011, 00:07 WIB

Eko Huda S
VIVAnews - Sejumlah pemerintah daerah di Indonesia memberikan peringatan kepada warganya tentang ancaman cuaca ekstrem. Masyarakat diminta waspada dan siap menghadapi kemungkinan terburuk dari dampak yang ditimbulkan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat misalnya, telah mengeluarkan surat kepada 19 kabupaten yang dinilai rawan terjadi bencana akibat cuaca ekstrem itu.

“Kita sudah sampaikan surat agar kepala daerah mewaspadai bahaya cuaca esktrem dan badai tropis,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, Ade Edward kepadaVIVAnews.com, Selasa 20 Desember 2011.

Menurut Ade, bencana yang mengintai daerah di Sumbar akibat cuaca buruk ini berupa banjir, longsor, puting beliung, gelombang pasang, dan erosi tebing sungai. “Bencana ini mengancam 19 kota dan kabupaten di Sumbar, semua daerah berpotensi,” tambah Ade.

Peringatan dini ini disampaikan terkait prakiraan cuaca yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jakarta. BMKG mencatat, cuaca ekstrem dan ancaman badai tropis tersebut akan melanda sejumlah daerah di Indonesia -termasuk Sumbar- hingga Februari tahun depan.

BPBD Sumbar mengimbau sejumlah kabupaten dan kota membangun kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan terburuk. “Kerjasama dan membangun komunikasi menjadi hal mendasar untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi risiko bencana,” katanya.

Potensi badai

Pekan lalu, badai tropis Washi memporak-porandakan pesisir pantai di daerah Cagayan de Oro dan Iligan, Filipina. Ratusan bahkan diperkirakan lebih dari seribu orang tewas akibat terjangan badai berkecepatan 90 km/ jam itu.

Pemandangan akibat badai Washi sangat menyedihkan. Rumah warga hancur, pohon bertumbangan, dan mobil-mobil terbalik. Mayat-mayat terkubur lumpur, dan warga yang kehilangan rumah terpaksa berlindung di tempat-tempat pengungsian.

Di Indonesia, BMKG memantau adanya bibit badai di selatan Nusa Tenggara, atau tepatnya di sebelah utara Darwin, Australia. Bibit badai ini akan menimbulkan sejumlah gejala alam, seperti angin yang cukup kencang dan tingginya gelombang laut.

Namun, masyarakat Indonesia diminta tak terlalu mengkhawatirkannya. Pasalnya, badai tropis seperti Washi di Filipina, sangat sulit melewati daerah di sekitar ekuator. "Daerah ekuator tidak sampai dilewati oleh badai seperti itu," kata Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrim BMKG, Kukuh Ribudiyanto.

Menurut dia, badai tropis seperti hanya memiliki kekuatan di daerah yang letaknya di atas lintang 10 derajat ke atas, baik di belahan utara maupun selatan bumi.
"Dia kuatnya di lintang 10 ke atas. Badai sulit terbentuk di daerah ekuator karena efek rotasi bumi," ujar dia. Sehingga bibit badai yang terpantau BMKG itu tidak akan mendekat ke Indonesia.

Meski demikian, Indonesia tak sepenuhnya bebas dari imbas badai yang terjadi di kawasan sekitarnya. Wilayah Nusanatara akan menerima dampak tidak langsung. "Di beberapa daerah mungkin akan mengalami dampak tidak langsung. Pada lintasan pertemuan angin terjadi hujan lebat, namun tergantung posisinya, lama atau tidak angin itu di suatu wilayah," kata Kukuh.

Secara umum, tambah Kukuh, cuaca ekstrem memang mengancam Indonesia. Memasuki musim hujan pada Desember ini, telah menunjukkan tanda-tanda itu. "Bahwa Desember ini potensi ekstrem di beberapa daerah sudah terjadi, khususnya di wilayah selatan khatulistiwa, di Jawa sampai Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sumatera bagian selatan," kata dia.

"Dari perkiraan meteorologi, puncak cuaca ekstrem itu akan terjadi pada akhir Januari atau awal Februari tahun depan," kata dia.

Kejadian di beberapa daerah

Di Kalimantan Barat, peringatan dini telah disampaikan kepada masyarakat sejak jauh hari. BMKG setempat memperingatkan masyarakat agar berhati-hati dalam melaut. Pasalnya, cuaca ekstrem yang terjadi di penghujung 2011 ini menyebabkan gelombang laut bisa mencapai ketinggian 2 hingga 3 meter.
Daerah yang berpotensi terjadi gelombang tinggi itu antara lain di Perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan.

Kasi Observasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak, Giri Darmoko mengatakan dari pantauan satelit NOAA, gumpalan awan hitam terus berkumpul di perairan dan menuju daratan Kabupaten Kubu Raya, puncak musim hujan lebat akan terjadi pada bulan November dan Desember. BMKG juga menyatakan, curah hujan akan sangat tinggi, yakni 300-400 mm.

Peringatan BMKG Pontianak itu bukan isapan jempol belaka. Buktinya, Kapal Kargo KLM Jujur Harapan dengan 24 awak hilang di perairan Kendawangan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat pada Selasa 29 November 2011 lalu.  Diduga, kapal hilang setelah dihajar gelombang tinggi.

Tak hanya itu, Sabtu 3 Desember 2011, Kapal Express Cargo Super Mitra dengan bobot berton-ton tenggelam di sekitar Pulau Sempadeh Kabupaten Ketapang. Satu orang tewas. Selain itu, gelombang tinggi juga menenggelamkan kapal tug boat Makmur Abadi di sekitar Pulau Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, pada waktu yang hampir bersamaan.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat juga telah memperingatkan warganya. Pemerintah setempat menginstruksikan 33 kecamatan dari 47 kecamatan untuk siaga bencana. Jumlah ini merupakan 90 persen dari luas wilayah kabupaten yang total luasnya mencapai 419.970 hektar ini.

Sukabumi rawan akan bencana alam longsor, tsunami, gempa bumi, banjir, angin ribut hingga kebakaran hutan. Kontur tanah dan letak geografis menjadikan Sukabumi rawan terhadap banyak bencana.

Dari data BPBD kabupeten Sukabumi hingga bulan Oktober 2011 telah terjadi 85 kejadian bencana alam yang menimbulkan kerugian miliaran rupiah dan belasan korban jiwa. Adapun rinciannya adalah, 36 kejadian longsor, 15 kejadian angin ribut, 7 kejadian gempa bumi, 5 kejadian banjir, dan kejadian lain lain seperti kebakaran hutan, pohon tumbang dan pergesaran tanah ada 11 kejadian.

Saat peralihan musim ini semua harus waspada terutama pada pergerakan tanah dan longsor. Jumlah kejadian bencana ini seringkali muncul dan longsor merupakan bencana terbanyak sepanjang tahun ini.

“Kontur tanah dan kondisi geografis yang cendrung bergelombang menjadikan potensi bencana ini tinggi. Hal ini ditambah dengan kebiasaan masyarakat yang membuat rumah di bukit-bukit dan bantaran sungai," kata Usman Susilo Kepala Bidang Penaggulangan Bencana (BPP), Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupetn Sukabumi, kepada VIVAnews, 4 November 2011.

Laporan: Aceng Mukaram l Pontianak, Eka Permadhi l Sukabumi, Eri Naldi l Padang
• VIVAnews