Rabu, 25 Agustus 2010

Pakistan hadapi krisis kesehatan

Selasa, 24/08/2010 09:53 WIB
Pakistan hadapi krisis kesehatan
BBCIndonesia.com - detikNews
Korban banjir Pakistan
Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani mengadakan pertemuan darurat dengan para pejabat bidang kesehatan untuk menangani kekhawatiran terjadinya krisis kesehatan.

Para dokter di banyak daerah dilaporkan berjuang keras menghadapi penyakit-penyakit seperti diare dan kolera.

Namun dengan jutaan orang kehilangan tempat tinggal, muncul kekhawatiran akan berjangkit penyakit yang lebih berat.

PBB menyatakan lebih dari 17 juta orang terkena banjir yang sekarang menutupi seperlima negeri itu.

Masih ada kekhawatiran akan terjadi banjir susulan karena permukaan air Sungai Indus di Hyderabad yang mencapai titik tertinggi dalam 50 tahun ini, diperkirakan akan naik lagi.

Pejabat badan pengungsi PBB (UNHCR) Andrej Mahecic mengatakan sekitar 80% kota Jacobabad di Provinsi Sindh digenangi air sampai setinggi 1,5 meter. Banjir ini cepat bergerak ke arah Balochistan di selatan.

Dia mengatakan, diperkirakan 3,6 juta orang tidak memiliki tempat tinggal di Provinsi Sindh saja dan jumlahnya akan meningkat dalam beberapa hari mendatang.

Banjir ini telah menewaskan hampir 1.600 orang namun jutaan orang terancam penyakit akibat air kotor seperti kolera.


KOORDINASI

PM Yousuf Raza Gilani mengadakan pertemuan dengan para dokter senior, pejabat kesehatan, wakil-wakil PBB dan anggota organisasi non pemerintah untuk menangani ancaman krisis kesehatan.

"Sementara penderitaan berlanjut semakin berat, kami sangat prihatin dengan berjangkitnya penyakit epidemik," kata PM Gilani.

"Ada kemungkinan penyakit yang disebabkan air kotor seperti kolera, diare dan disentri khususnya menimpa anak-anak yang sudah lemah dan rawan."

Wartawan BB Jill McGivering di Islamabad mengatakan, pertemuan itu tampaknya merupakan upaya untuk memperbaiki koordinasi setelah kritik dalam cara menangani krisis ini.

Para dokter di wilayah banjir tampaknya kewalahan oleh masalah kesehatan seperti gatal-gatal pada kulit, dehidrasi dan diare, kata McGivering.

Beberapa wanita yang kehilangan tempat tinggal karena banjir melahirkan di pinggir jalan tanpa bantuan.

Para pejabat berharap dapat merumuskan tanggapan darurat selama pertemuan itu yang memungkinkan mereka bisa mengerahkan sumber daya yang tersedia.


KEBUTUHAN MENINGKAT

Para pejabat PBB melukiskan situasi kemanusiaan di Pakistan sebagai hal yang kritis.

* 1.539 orang meninggal dan 17 juta terkena langsung

* 3,2 juta hektar panen tanaman hilang atau rusak

* 2.055 terluka

* 1,6 juta orang menerima bantuan makanan

* 2 juta orang menerima bantuan air namun "kebanyakan" tidak memiliki akses ke air bersih atau sanitasi

* Laporan-laporan menyebutkan meningkatnya perpindahan penduduk di Provinsi Sindh.

PBB telah mengumpulkan 70% dari target US$ 460 juta untuk bantuan darurat.

Di Inggris, lembaga-lembaga bantuan mengatakan sumbangan masyarakat mencapai US$45 juta.

Kamp-kamp bantuan telah dibangun di Provinsi Sindh namun akses ke tempat itu dikendalikan degan ketat. Sebagian kecil mereka yang menjadi korban bencana bisa masuk.

Sejumlah orang mengatakan kepada BBC karena mereka kehilangan kartu identitas ketika mereka meninggalkan rumahnya, mereka tidak diijinkan mendaftar ke kamp-kamp itu atau menerima bantuan.

Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan telah tersedia makanan yang cukup di Pakistan untuk memberi makan enam juta orang selama sebulan. Namun distribusinya terhambat oleh kurangnya sumber daya dan hancurnya infrastruktur di Pakistan.

Di Jenewa, juru bicara WFP Emilia Casella mengatakan truk pemasok harus mengambil jalan panjang dan bantuan dibawa langsung di beberapa kawasan. Helikopter juga dikerahkan untuk mengirimkan bantuan dari udara seperti biskuit ke kawasan terpencil.

(bbc/bbc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar