VIVAnews - Warga Jerman dan seantero Eropa Tengah kian dihantui, bukan oleh teroris, tapi oleh makhluk mikroskopik yang menyerang sistem pencernaan hingga ginjal. Mentimun asal Spanyol awalnya dituding jadi penyebab. Tapi, usut punya usut, ternyata sayuran enak untuk acar ini disimpulkan bukan penyebab tewasnya belasan orang di Jerman.
Kasus pertama bakteri E Coli pertama kali mengemuka di wilayah utara Jerman pada 20 Mei 2011. Tidak sampai dua minggu, bakteri yang bersarang di usus besar ini menyebar ke seluruh Jerman dan beberapa negara tetangga. Warga Austria, Inggris, Denmark, Prancis, Belanda, dan Swedia ikut merasakan perihnya perut mereka digerogoti E Coli.
Terhitung pada Rabu, 1 Mei 2011, bakteri ini telah menewaskan 16 orang dan menjangkiti 1.200 orang di negara-negara tersebut. Korban tewas terdiri dari 15 warga Jerman dan seorang lainnya dari Swedia.
Kebanyakan penderita yang terjangkit E Coli di luar Jerman adalah mereka yang baru saja berkunjung ke negara ini. Diperkirakan, angka ini masih belum mencapai puncaknya dan masih akan terus bertambah.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Eropa (ECDP) yang berbasis di Stockholm, Swedia--sebagaimana dilansir laman CNN--mengatakan bahwa penyebaran bakteri E Coli ini adalah yang terbesar di dunia.
ECDP mengatakan bahwa yang paling beresiko terjangkit bakteri ini adalah anak-anak di bawah umur lima tahun. Namun, berdasarkan statistik pada 27 Mei 2010, dari 276 kasus, sebanyak 86 persen penderita adalah orang dewasa dan 68 persen di antaranya adalah wanita. Di Jerman sendiri, kasus terbanyak ditemukan di kota Hamburg dengan jumlah penderita mencapai 500 orang. Sebanyak 85 di antaranya beresiko gagal ginjal dan 30 dari mereka dalam keadaan kritis.
Kali ini, bakteri E Coli tidak bisa ditebak peredaran, masa inkubasi, maupun cara penanggulangannya. Ini karena bakteri yang sedang mewabah ini ternyata bukan sembarang E Coli. Bakteri ini dikenal dengan nama enterohemorrhagic Escherichia Coli atau EHEC. Thomas Alter, ahli keamanan makanan dari Institut Makanan Higienis, Free University, Berlin, mengatakan bahwa EHEC biasanya hanya menghinggapi berbagai produk susu maupun bir, jarang sekali menempel pada sayur-sayuran.
"Tantangannya saat ini adalah untuk mengidentifikasi sumber infeksi dan mencari tahu bagaimana sayuran dapat terkontaminasi oleh bakteri EHEC, yang biasanya ditemukan pada sapi," ujar Thomas.
Mentimun Spanyol
Mewabahnya penyakit akibat EHEC ini semula dinyatakan bersumber dari mentimun yang diimpor dari Spanyol. Hal ini didasarkan pada temuan beberapa ahli mengenai adanya kandungan bakteri E Coli pada mentimun-mentimun organik asal negara matador tersebut. Namun, penelitian tim ahli dari Kementerian Kesehatan Jerman berikutnya mematahkan anggapan ini.
Diberitakan Associated Press, memang benar telah ditemukan bakteri E Coli pada mentimun asal Spanyol. Namun, itu bukanlah E Coli pembawa maut, yaitu EHEC. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan penelitian pada feses korban.
Namun, apa lacur, predikat "mentimun maut" kadung tersemat pada mentimun Spanyol. Harian Christian Science Monitor mengatakan pemerintah Spanyol berang atas tuduhan itu. Terlebih lagi tuduhan tersebut disuarakan sebelum dilakukan penyelidikan menyeluruh terhadap sumber penyakit.
"Jerman menuduh Spanyol bertanggung jawab atas kontaminasi E Coli di Jerman, tapi itu dilakukan tanpa bukti, menyebabkan kerusakan yang tidak sedikit pada sektor produksi kami," ujar Menteri Pertanian Spanyol, Rosa Aguilar.
Akibat tuduhan dari Jerman itu, beberapa negara Eropa dipelopori oleh Rusia dan Belgia menghentikan dan melarang segala jenis produk sayuran asal Spanyol. Diprediksi, gara-gara ini Spanyol akan merugi hingga US$288 juta atau sekitar Rp2,4 triliun per minggu dari sektor industri pertanian.
Kerugian tidak dialami oleh Spanyol saja, tapi juga oleh para petani di Jerman. Akibat masyarakat ketakutan makan sayuran, para petani terancam merugi besar dan harus memusnahkan hasil panen mereka. Apalagi, pemerintah Jerman telah memutuskan tidak akan menarik semua peringatan akan bahaya sayuran, sampai sumber malapetaka diketahui.
"Selama para ahli di Jerman dan Spanyol belum berhasil menemukan sumber pembawa bakteri, peringatan memakan sayur akan tetap diberlakukan," ujar Menteri Agrikultur dan Perlindungan Konsumen Jerman, Ilse Aigner, sebagaimana diberitakan Time.
Bakteri EHEC
Bakteri yang menyebkan 16 orang tewas di Jerman bukanlah bakteri E Coli biasa. Bakteri E Coli kebanyakan tidak berbahaya bagi manusia. Namun, bakteri enterohemorrhagic Escherichia coli atau EHEC dinilai paling mematikan di antara semua evolusi E Coli. Menurut laman WHO, EHEC menular melalui makanan, di antaranya adalah makanan mentah, daging yang tidak matang dimasak dan susu segar.
Pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada 1982, bakteri EHEC mengeluarkan racun yang dikenal dengan nama verotoksin yang menyerang sistem pencernaan.
EHEC berkembang biak pada temperatur antara 7 hingga 50 derajat Celcius. Beberapa dasri bakteri ini mampu hidup di makanan asam dengan pH hingga 4,4.
EHEC sangat mematikan. Gejala terjangkit bakter ini antara lain adalah kram perut dan diare--dalam beberapa kasus bahkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Demam tinggi dan muntah-muntah juga sering terjadi. Masa inkubasi bakteri ini antara tiga hingga delapan hari. Kebanyakan pasien pulih di hari ke 10, namun dalam kasus yang parah, infeksi EHEC bisa mematikan.
Salah satu penyakit mematikan yang timbul akibat EHEC adalah haemolytic uraemic syndrome (HUS). HUS menyebabkan gagal ginjal, haemolytic anaemia (hancurnya sel darah merah) and thrombocytopenia (berkurangnya trombosit secara drastis). Selain itu HUS dapat merusak sistem syaraf, beberapa yang terjangkit berisiko mengalami kejang, stroke,dan koma.
Agar tidak terjangkit
Kementerian Pengawas Makanan dan Obat-obatan (FDA) AS dalam situsnya memberikan petunjuk untuk menghindari kontaminasi EHEC di tubuh manusia.
Pertama, dalam memilih makanan. FDA menghimbau agar konsumen tidak memilih makanan yang rusak maupun lebam. Ketika memilih makanan yang telah dipotong, seperti semangka atau sayuran, pastikan sayuran telah disimpan di lemari pendingin. Tempatkan sayuran dan buah-buahan dalam kantong terpisah dari daging maupun susu.
Soal penyimpanan di rumah, sebaiknya produk pertanian disimpan di lemari es dengan suhu di bawah 40 derajat Celcius.
Dalam hal penanganan makanan, cuci tangan selama 20 detik dengan air hangat dan sabun sebelum mempersiapkan sayuran, buah atau daging. Buang bagian sayur atau buah yang rusak dan lebam. Cuci sayuran di air mengalir sebelum disiapkan. Terakhir, sayuran dan buah yang dikeringkan dengan handuk bersih akan mampu mengurangi resiko kontaminasi bakteri.
Mau membunuh bakter sialan ini? Gampang. Masak saja dengan kematangan yang pas. Bakteri EHEC akan mati pada suhu lebih daru 70 derajat Celcius. (kd)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar