Jumat, 15 Januari 2010

Haiti Mundur Lagi

Haiti Mundur Lagi
Jumat, 15 Januari 2010 | 08:37 WIB

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com — Tubuh-tubuh yang terjepit reruntuhan dan orang-orang yang tak berdaya menanti bantuan menjadi pemandangan memilukan di berbagai pelosok ibu kota Haiti, Port-au-Prince, Kamis (14/1/2010). Para penyelamat berkejaran dengan waktu untuk menolong mereka yang terperangkap atau tertimbun reruntuhan.

Bantuan mulai berdatangan. Petugas penyelamat, dokter, dan tentara dari sejumlah negara kemarin mulai diberangkatkan. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, dan lembaga-lembaga kemanusiaan mempersiapkan tim medik atau bahan pangan, obat-obatan, dan anjing pelacak untuk dikirimkan ke Haiti.

Sebuah pesawat kargo milik Air China yang mengangkut tim pencari dan penyelamat, obat-obatan, serta makanan mendarat di Bandara Port-au-Prince menjelang fajar. Mereka bergabung dengan tiga pesawat milik Perancis yang membawa bantuan dan rumah sakit berjalan. Tim penyelamat Inggris tiba dari Republik Dominika.

Perdana Menteri Haiti Jean-Max Bellerive mengatakan, gempa bumi berkekuatan 7,0 skala Richter yang mengguncang Port-au-Prince, Selasa, mungkin menewaskan hingga 100.000 orang. ”Kami memerlukan bantuan internasional segera,” katanya.

Pejabat PBB mengatakan, sedikitnya 16 staf Misi PBB di Haiti tewas, 56 orang terluka, dan 150 orang hilang karena gedung pusat yang mereka tempati hancur. Kepala Misi PBB di Haiti (MINUSTAH) Hedi Annabi dan wakilnya, Luis Carlos da Costa, diperkirakan tewas.

Karena kamar mayat penuh, mayat ditumpuk berdekatan dengan orang-orang yang terluka sehingga menimbulkan kekhawatiran terjangkitnya penyakit. Rumah sakit penuh, tenaga medik dan obat-obatan kurang. Truk-truk disulap menjadi ambulans dan pintu-pintu diubah menjadi tandu bagi korban yang terluka.

Menggunakan palu atau dengan tangan kosong, warga yang selamat mencoba mengeluarkan mereka yang terperangkap atau tertimbun reruntuhan bangunan. Tidak terlihat ada penyaluran bantuan makanan atau air yang terorganisasi.

Diperkirakan sekitar 2 juta anak akan terpengaruh dampak gempa, terutama karena trauma dan kehilangan keluarga.

Warga kembali melewatkan malam kedua di jalanan karena gempa susulan masih terus terjadi, setidaknya sampai 30 kali, dan karena mereka kehilangan rumah. Bahkan, Presiden Haiti Rene Preval pun tidak yakin di mana dia bisa tidur setelah istana negara dan kediamannya hancur.

Jungkir balik

Tak hanya mengambil banyak nyawa, gempa bumi dengan skala sangat besar itu telah menjungkirbalikkan pencapaian kecil Haiti dan membuat negara itu melangkah mundur lagi. Negara itu tengah mencoba bangkit dari keterpurukan akibat serangkaian bencana topan dan kekacauan politik pada tahun 2008.

”Ini tak hanya kerusakan dan kehancuran yang belum pernah terjadi, tetapi juga berhentinya banyak momentum,” kata Bob Perito dari Institute for Peace di AS.

Perito mengatakan, warga Haiti bisa merasakan berbagai hal mulai membaik. ”Perekonomian mulai menunjukkan pertumbuhan positif, 1 persen-2 persen. Investasi baru mulai berdatangan,” ujarnya. Semua itu runtuh lagi seiring dengan guncangan gempa.

Dalam jangka pendek, Haiti juga tidak mungkin menyelenggarakan pemilu legislatif yang dijadwalkan pada Februari mendatang. Pemilu presiden yang dijadwalkan pada tahun 2011 pun kemungkinan tidak bisa digelar.

Dengan rentannya kondisi Haiti—negara termiskin di belahan bumi Barat—menurut Helene Gayle dari lembaga pembangunan CARE, bencana gempa dan segala dampaknya tidak bisa direspons dalam jangka pendek saja. (AP/AFP/Reuters/FRO)

Editor: jimbon | Sumber : Kompas Cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar