Minggu, 28 Februari 2010

Listrik di Tarutung Padam Digoyang Gempa 5,2 SR

Listrik di Tarutung Padam Digoyang Gempa 5,2 SR
Laporan wartawan KOMPAS Aufrida Wismi Warastri
Minggu, 28 Februari 2010 | 20:53 WIB
KOMPAS/AUFRIDA WISMI WARASTRI
ilustrasi
TERKAIT:

MEDAN, KOMPAS.com - Gempa berkekuatan 5,2 SR yang mengguncang pesisir barat Sumatera Utara terasa juga di Kota Tarutung, Minggu (28/2/2010) sekitar pukul 19.13. Bahkan akibat gempa, listrik di Kota Tarutung padam. Hingga pukul 20 .45 masih terjadi gempa susulan sementara hujan turun deras. Warga panik dan masih belum berani masuk ke dalam rumah. Belum diketahui adanya korban atau kerusakan akibat gempa ini.

Kepala Badan Kesbang Politik dan Linmas Kabupaten Tapanuli Utara Posma Sitompul yang dihubungi dari Medan mengatakan gempa utama berlangsung kurang dari satu menit namun sempat membuat warga panik. "Rasanya seperti orang pusing, bergoyang-goyang," tutur Posma.

Hingga pukul 20.45 belum ada laporan adanya korban baik fisik maupun manusia dalam gempa ini. "Masih ada gempa susulan kecil-kecil namun belum warga belum berani masuk ke rumah, masih berada di halaman," tutur Posma.

Kepala Bidang Data BMKG I Medan Hendra Suwarta mengatakan gempa dirasakan di Kota Tarututung hingga ke Sibolga. Sejumlah w arga Toba Samosir juga merasakan guncangan gempa.

Pusat gempa berada di darat tepatnya di 2,07 Lintang Utara, 98,91 Bujur Timur, sekitar sembilan kilometer Barat Laut Kota Tarutung, Sumatera Utara dengan kedalaman sekitar 10 kilometer dari permukaan tanah.

Kepala Pelayanan PLN Tarutung M Simbolon memastikan gempa bumi telah menyebabkan aliran lisrik di seluruh Tarutung padam. Namun pihaknya belum mengetahui di mana titik kerusakan jaringan listrik. "Kami masih memantau di mana letak kerusakan," kata Simbolon. Pantauan terkendala karena hujan turun cukup deras.

Sejumlah warga juga melaporkan RSUD Tarurung sempar gempar karena gempa itu.

Di Sibolga, gempa juga dirasakan warga. "Warga tenang-tenang, listrik juga menyala," tutur Pablo Sianturi, warga Sibolga.

Editor: wah

http://regional.kompas.com/read/2010/02/28/20533015/Listrik.di.Tarutung.Padam.Digoyang.Gempa.5.2.SR


Gempa Goyang Pesisir Barat Sumatera Utara

Gempa Goyang Pesisir Barat Sumatera Utara
Laporan wartawan KOMPAS Andy Riza Hidayat
Minggu, 28 Februari 2010 | 20:22 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Gempa berkekuatan 5,2 skala richter (SR) menggoyang kawasan pesisir barat Sumatera Utara. Gempa ini terjadi pada Minggu (28/2/2010) pukul 19.13 di lokasi 2,07 Lintang Utara (LU) dan 98,91 Bujur Timur (BT).

Pusat gempa ada di darat, sembilan kilometer barat laut Kota Tarutung, Tapanuli Utara. Pusat gempa ini ada di kedalaman 10 kilometer, tutur Kepala Pusat Data dan Informasi Balai Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Sumatera Utara Hendra Suwarta, Minggu (28/2/2010) di Medan. Hendra menegaskan gempa ini tidak ada kaitannya dengan gempa yang terjadi di Cile.

Gempa ini juga dirasakan di Kota Sibolga dan wilayah Tapanuli Tengah. Khotob Nasution, warga Tapanuli Tengah mengaku merasakan goyangan gempa. "Tetapi goyangan ini tidak begitu kuat karena saat gempa di sini terjadi hujan lebat disertai angin," tuturnya.

http://regional.kompas.com/read/2010/02/28/2022254/Gempa.Goyang.Pesisir.Barat.Sumatera.Utara

Puting Beliung Terjang Bandung

Minggu, 28/02/2010 16:58 WIB
Puting Beliung Terjang Bandung
Pemuda 18 Tahun Tewas Tertimpa Pohon Nangka
Tya Eka Yulianti - detikBandung



ilustrasi
Bandung - Hujan deras yang disertai angin puting beliung yang melanda Bandung sekitar pukul 13.30 WIB tadi memakan korban. Usep (18) warga RT 3 RW 3 Kampung Cigiringsing, Kelurahan Pasir Endah Kecamatan Unjungberung, tewas seketika karena tertimpa pohon nangka saat sedang berteduh di saung yang tak jauh dari rumahnya.

Hal tersebut dikatakan Camat Ujungberung, Maman Sukhman kepada wartawan saat ditemui di lokasi kejadian, Minggu (28/2/2010).

"Saat kejadian, korban sedang berteduh di bawah saung, di belakang saung ada pohon nangka. Angin puting beliung menyapu pohon nangka hingga tumbang dan menimpa leher korban. Korban pun tewas seketika," ujar Maman.

Lebih lanjut Maman mengatakan, Usep sempat dibawa ke RSUD Ujung Berung untuk memastikan penyebab meninggalnya Usep. "Tapi Usep sudah meninggal sebelum ke Rumah Sakit," ujarnya.

Dari keterangan Maman, kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 13.30 WIB, saat itu wilayah tersebut dilanda hujan besar dengan angin puting beliung setinggi 200 meter. Pusaran angin tersebut tampak dari kejauhan, menyapu genting rumah dan perabotan rumah lainnya.

"Angin puting beliungnya tingginya sekitar 200 meter dan berlari kesana kemari, terlihat ada genteng yang ikut terbawa," tutur Maman.
(avi/avi)

Sungai Cisaranten Meluap, 50 KK Korban Banjir di Evakuasi

Minggu, 28/02/2010 20:15 WIB
Sungai Cisaranten Meluap
50 KK Korban Banjir di Evakuasi ke Masjid dan Rumah Penduduk
Avitia Nurmatari - detikBandung



ilustrasi/detikbandung
Bandung - Sebanyak 50 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 180 jiwa yang merupakan korban meluapnya sungai Cisaranten, Minggu (28/2/2010) di evakuasi ke masjid, madrasah dan rumah penduduk yang tidak terkena banjir.

Hal tersebut dikatakan Camat Mandalajati Sarjani Saleh kepada detikbandung melalui telepon selular, Minggu (28/2/2010).

"Yang mengungsi dari RW 10 ada 10 KK dan 40 jiwa, dari RW 11 ada 40 KK dan 140 jiwa. Mereka kita evakuasi ke masjid, madrasah, dan rumah penduduk yang tidak terkena banjir," jelas Sarjani.

Sarjani juga mengatakan, pihaknya telah menyediakan posko dapur darurat di RW 10 dan RW 11. Posko kesehatan di RW 10 dan RW 11.

"Kita juga sudah meminta bantuan kepada Dinas Sosial, sekarang bantuannya sedang dalam perjalanan. Kita juga sudah melapor kepada Dinas Bina Marga dan pengairan untuk memperbaiki kirmir," terangnya.

(avi/avi)

Tergerus Air Sungai Cisaranten, 8 Rumah Rata dengan Tanah

Minggu, 28/02/2010 19:37 WIB
Tergerus Air Sungai Cisaranten, 8 Rumah Rata dengan Tanah
Avitia Nurmatari - detikBandung



ilustrasi/detikbandung
Bandung - Akibat hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur Bandung sejak pukul 13.00 WIB, sedikitnya 8 rumah rata dengan tanah dan 27 rumah terendam, akibat meluapnya sungai Cisaranten di RW 10 dan RW 11 Kelurahan Pasir Impun, Kecamatan Mandalajati, Minggu (28/2/2010).

Hal tersebut dikatakan Camat Mandalajati Sarjani Saleh kepada detikbandung melalui telepon selular, Minggu (28/2/2010).

"Sungai Cisaranten yang melintas di wilayah kami meluap. Di RW 10, 3 rumah rata dengan tanah, 7 rumah lainnya terendam. Di RW 11, 5 rata dengan tanah, 20 lainnya terendam," ujar Sarjani.

Dikatakan Sarjani, kejadian tersebut terjadi akibat tekanan air Sungai Cisaranten yang turun dari pegunungan Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, sangat tinggi. Air pun menggenangi pemukiman warga hingga setinggi tembok.

Kejadian ini pun berlangsung untuk yang kedua kalinya. "Ini udah dua kalinya, pertama kalinya minggu lalu," ujar Sarjani.

(avi/avi)

Hujan Es Guyur Bandung

Minggu, 28/02/2010 14:09 WIB
Hujan Es Guyur Bandung
Avitia Nurmatari - detikBandung



]Bandung - Hujan es disertai angin kencang mengguyur Kota Bandung, sekitar pukul 13.30 WIB, Minggu (28/2/2010). Hujan es tersebut berdiameter 1 centimeter.

Salah satu saksi mata yang melihat hujan es tersebut adalah Tri Widiyanti (27) warga Kebaktian, Jalan Mekarsari Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiara Condong.

"Kira-kira jam 13.30 WIB hujan, awalnya biasa saja, lama-lama jadi ada butiran esnya. Kebetulan saya sedang berada di kamar di lantai dua, terdengar jelas bunyinya. Anginnya juga besar kencang sekali," ujar Tri saat dihubungi detikbandung melalui telepon selular, Minggu (28/2/2010).

Untungnya hujan es tersebut hanya berlangsung sekitar 15 menit. "Enggak lama, cuma 15 menit," kata Tri.

Dihubungi terpisah, Nurroniah (55) warga Jalan Sukamiskin menyebutkan, butiran hujan es yang mengguyur Bandung tersebut diperkirakan hampir sebesar kelereng.

"Iya tadi hujan es, tapi tidak lama, sekitar 15 menit. Besarnya hampir sebesar kelereng, kira-kira 1 centimeter," kata Nur.

Tak hanya di dua lokasi tersebut, di Jalan Sukaasih Komplek Taruna Parahyangan pun mengalami hujan yang serupa. Bahkan sebagian atap dari seng dari beberapa rumah di daerah tersebut terhempas angin.

"Di Sukaasih juga hujan es dengan angin kencang, seng atap rumah juga ada yang terbang," ujar Arie (33).

(avi/avi)

Puting Beliung Terjang Bandung, 40 Rumah di Kampung Cigiringsing Rusak

Minggu, 28/02/2010 17:22 WIB
Puting Beliung Terjang Bandung
40 Rumah di Kampung Cigiringsing Rusak
Tya Eka Yulianti - detikBandung



Bandung - Hujan disertai angin puting beliung yang menerjang wilayah Bandung Timur sekitar pukul 13.30 WIB siang tadi juga mengakibatkan 40 rumah di Kampung Cigiringsing, Kelurahan Pasir Endah, Kecamatan Ujungberung, rusak.

Dari keterangan Camat Ujung Berung Maman Sukhman, rata-rata rumah tersebut rusak di bagian atap. Genting dan ata[ rumah terbang tertiup angin puting beliung. 40 rumah tersebut berada di RW 1, RW 4, dan RW 5.

"Berdasarkan laporan yang masuk dari satu kelurahan ada 40 rumah yang rusak, dari kelurahan lain saya belum nerima," ujar Maman saat ditemui di lokasi kejadian, Minggu (28/2/2010).

Tak hanya rumah, hujan disertai angin puting beliung tersebut juga mengakibatkan sungai yang berada di wilayah tersebut meluap.

"Sungai juga meluap dan menggenangi rumah warga dengan ketinggian satu meter," ujar Maman.
(avi/avi)

Ciputat Badai, Penumpang Alphard Bisa Keluar, Seng Beterbangan

Minggu, 28/02/2010 15:10 WIB
Ciputat Badai
Penumpang Alphard Bisa Keluar, Seng Beterbangan
Reza Yunanto - detikNews

Jakarta - Dua penumpang Alphard hitam berhasil keluar dari mobil mewah tersebut setelah tertimpa billboard raksasa di pertigaan Gintung mengarah ke Ciputat. Bagian depan mobil penyok. Cuaca buruk saat ini masih mendera kawasan itu.

Menurut pantauan detikcom, seng-seng di atas rombong pedagang kaki lima, juga diterbangkan angin kencang. Ranting-ranting pepohonan berukuran cukup besar rontok di sekitar perumahan kompleks dosen UI Ciputat, Minggu (28/2/2010).

Pengemudi mobil dan motor memilih menepikan kendaraannya karena khawatir menjadi korban cuaca buruk. Mereka menepi di sepanjang Hero Gintung hingga Kampung Utan.
(nrl/nik)

Ciputat Badai, 4 Orang Luka Akibat Billboard Ambruk

Minggu, 28/02/2010 17:30 WIB
Ciputat Badai
4 Orang Luka Akibat Billboard Ambruk
Nurul Hidayati - detikNews


Jakarta
- Hujan deras disertai angin kencang di Ciputat, telah berlalu. Yang tersisa tinggal dampaknya yaitu macet parah akibat 3 billboard dan pohon tumbang.

Dalam webnya, TMC Ditlantas Polda Metro Jaya menyatakan, empat orang terluka dalam insiden billboard ambruk, Minggu (28/2/2010).

Rinciannya, dua korban luka dilarikan ke RS Fatmawati sedangkan dua lainnya dibawa ke RS UIN. Belum diketahui identitas para korban luka.

Billboard ambruk menimpa sejumlah kendaraan antara lain Alphard, bus Koantas Bima, Mikrolet, sebuah sedan Corolla dan dua motor.

Ukuran billboard yang cukup besar menutup ruas Jl Ir Juanda dan menyulitkan petugas mengevakuasinya.

Insiden ini dilaporkan terjadi pukul 13.00 WIB dan hingga kini masih memicu kemacetan lalu lintas sangat panjang.

(nrl/nik)

Korban Selamat Mengalami Trauma

Korban Selamat Mengalami Trauma
Jumat, 26 Februari 2010 | 14:47 WIB
TRIBUN JABAR/DENI DENASWARA
Seorang warga melintas diantara reruntuhan rumah di perkampungan dan pabrik pengolahan teh hijau di Kampung Dewata, Kecamatan Pasir Jambu,Kabupaten Bandung, Selasa (23/2/2010). Longsor tersebut menimbun 80 kepala keluarga di wilayah sana.
TERKAIT:

TENJOLAYA, KOMPAS.com — Warga korban longsor di Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai mengalami trauma.


Seperti diakui Warlan, salah seorang korban selamat. Kepada
Tribun, ia mengaku tak mau lagi tinggal di Perkebunan Dewata karena takut longsor kembali terjadi.Sejumlah korban selamat mengaku memilih meninggalkan lokasi perkebunan, dan akan mencari pekerjaan lain.

"Di sini, saya juga selalu teringat keluarga yang meninggal akibat longsor Selasa lalu. Saya lebih baik keluar dan mencari pekerjaan lain di luar perkebunan Dewata," ujar Warlan, Jumat (26/2/2010), yang dibenarkan sejumlah rekannya. (Tribun Jabar/CEP/SOB)


http://lipsus.kompas.com/ciwidey/read/2010/02/26/14471271/Korban.Selamat.Mengalami.Trauma

Pemetik Teh Korban Longsor Dapat Santunan Jamsostek

Pemetik Teh Korban Longsor Dapat Santunan Jamsostek
Kamis, 25 Februari 2010 | 14:35 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Para pemetik teh di Perkebunan Dewata Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, yang menjadi peserta Jamsostek akan mendapat santunan kecelakaan kerja dari perusahaan jasa asuransi tenaga kerja itu.

"Saat ini baru terdata 11 pemetik teh peserta Jamsostek yang meninggal dunia. Mereka adalah peserta Jaminan Hari Tua (JHT) Jamsostek, saat kejadian mereka akan berangkat bekerja memetik teh, tunjangan yang diberikan 48 kali gaji yang mereka terima selama ini," kata Kepala Kanwil PT Jamsostek Jawa Barat HE Ilyas Lubis di sela peninjauan ke lokasi longsor Pasirjambu, Kamis (25/2/2010).

Para pemetik teh yang sudah terdata sebagai peserta Jamsostek dan menjadi korban longsor itu adalah Ina Herlina, Neni, Isman, Jajang, Cicih, Salma, Ida, Eka, Lilis, dan Entin. Semuanya sudah dimakamkan di kawasan Desa Tenjolaya.

Sementara itu, Juju Rustandi hingga hari ini belum ditemukan dan masih dalam pencarian bersama 19 korban tertimbun lain. "Setiap peserta yang menjadi korban meninggal dunia berhak atas santunan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, santunan pemakaman serta beasiswa untuk anak selama dua tahun," kata Ilyas.

Nilai tunjangan yang diterima setiap korban bervariasi tergantung pada besaran gaji yang dilaporkan oleh pihak perusahaan ke PT Jamsostek saat pendaftaran kepesertaan Jamsostek. "Yang jelas nilainya 48 kali gaji mereka selama ini," kata Ilyas.

Namun, dalam kasus pembayaran santunan kecelakaan kerja Jamsostek untuk pemetik teh di Perkebunan Dewata saat ini terkendala menemukan ahli waris korban karena tersebar di beberapa titik pengungsian.

PT Jamsostek, kata Ilyas Lubis, siap membayarkan santunan itu secepatnya bila data ahli waris dan kepesertaan sudah jelas. "Saat ini petugas kami masih melakukan pendataan di lapangan untuk mencari ahli warisnya, kalau sudah lengkap akan langsung dibayarkan," kata Ilyas.

Ia menyebutkan, jumlah peserta Jamsostek di Perkebunan Teh Dewata yang dikelola PT Kabepe Chakra sebanyak 483 orang. "Jadi kemungkinan masih ada pekerja teh peserta Jamsostek yang masih tertimbun, lebih dari 11 orang. Namun, saat ini baru terdata 11 orang," kata HE Ilyas Lubis.

Pada kesempatan itu PT Jamsostek juga menyampaikan sumbangan berupa paket sembako, susu cair, selimut, dan biskuit senilai Rp 70 juta ke lokasi longsor Pasirjambu dan lokasi banjir Kecamatan Baleendah.

http://lipsus.kompas.com/ciwidey/read/2010/02/25/14350937/Pemetik.Teh.Korban.Longsor.Dapat.Santunan.Jamsostek

Editor: Edj | Sumber : ANTDibaca : 610

LONGSOR DI TENJOLAYA, Longsor Sebenarnya Sudah Diperkirakan

LONGSOR DI TENJOLAYA
Longsor Sebenarnya Sudah Diperkirakan Terjadi
Laporan wartawan KOMPAS.com Kristianto Purnomo
Rabu, 24 Februari 2010 | 21:11 WIB
KRISTIANTO PURNOMO
Petugas mengevakuasi korban tanah longsor di kawasan Perkebunan Teh Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (24/2/2010). Akibat peristiwa ini sedikitnya 43 orang meninggal dan 28 bangunan tertimbun tanah longsor. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
TERKAIT:

BANDUNG, KOMPAS.com — Warga Kampung Datar Kiara, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Bandung Barat, Jawa Barat, cemas menyusul peristiwa tanah longsor yang menyapu puluhan rumah dan menelan korban jiwa hingga 43 orang di Perkebunan Teh Dewata.

Kampung yang dihuni 52 kepala keluarga ini termasuk satu di antara empat perkampungan buruh pemetik teh di kawasan Perkebunan Teh Dewata yang rawan bencana tanah longsor.

"Kalau yang dikhawatirkan longsor justru kampung ini. Bukit di belakang sudah retak, belakangan ini sering terjadi longsor kecil," ujar Encim (45), buruh pemetik teh di perkebunan tersebut.

Meski keretakan bukit pernah diteliti oleh pihak perkebunan pada tahun 2001, warga mengaku belum ada penanganan untuk mencegah longsor sejak jauh hari.

Encim mengaku, warga telah beberapa kali menyampaikan kejadian longsor kecil di kampung mereka. Namun, relokasi perkampungan yang lebih aman sangat tergantung kebijakan perkebunan.

"Kami inginnya dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Cuma, itu kan tergantung keputusan perkebunan. Kami tinggal ikut," katanya.
KP


http://lipsus.kompas.com/ciwidey/read/2010/02/24/21115742/Longsor.Sebenarnya.Sudah.Diperkirakan.Terjadi