Jumat, 05 Agustus 2011

Setelah Lokon, Kini Waspada Gunung Marapi

Setelah Lokon, Kini Waspada Gunung Marapi

Asap tebal membubung 1 kilometer, semburan abu mencapai radius 30 kilometer.

RABU, 3 AGUSTUS 2011, 20:25 WIB
Bayu Galih

VIVAnews - Gunung Marapi di Sumatera Barat kembali menggeliat dan menunjukkan tanda peningkatan aktivitas. Sejak Rabu dini hari, 3 Agustus 2011, gunung berapi ini meletus disertai hembusan asap dan abu vulkanik.

Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan sejak pukul 00.00 hingga pukul 10.00 WIB, setidaknya terjadi delapan kali letusan. Tremor pun meningkat.

"Asap tebal mencapai ketinggian 300 meter hingga 1 kilometer dari puncak. Terjadi juga empat kali gempa vulkanik dangkal," kata Sutopo saat dihubungi
VIVAnews.

Karena itulah gunung yang memiliki tinggi 2.891 meter di atas permukaan laut ini ditingkatkan statusnya--dari semula 'aktif normal' menjadi 'waspada'. "Sejak pukul 11.00 siang," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Merapi, Warseno.

Sutopo menjelaskan peningkatan status ini juga disebabkan faktor kegempaan. Sejak 1 Agustus 2011, terjadi peningkatan gempa vulkanik dangkal dan dalam yang dialami Gunung Marapi secara signifikan.

Pada tanggal 1 hingga 20 Juni 2011, misalnya, Marapi tercatat rata-rata mengalami gempa vulkanik dangkal kurang dari lima kali, sedangkan gempa vulkanik sedang kurang dari 10 kali. Namun, pada tanggal 1 Agustus 2011 terjadi 10 kali gempa vulkanik dangkal dan pada 2 Agustus sembilan kali gempa vulkanik dangkal.

Meningkatnya aktivitas vulkanik Marapi juga terlihat dari asap yang terus membubung dari kepundan, bau belerang yang menyengat, serta abu yang menyembur. Tebalnya abu vulkanik telah menutupi tanaman dan tanah di sekitar kaki gunung hingga ketinggian 1 sentimeter.

Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana Sumatera Barat mencatat semburan abu vulkanik Marapi mencapai hingga radius 30 kilometer dari kaki gunung. "Hingga saat ini, jangkauan abu vulkanik Marapi menjangkau Sicincin," kata Manajer Pusdalops PB Sumbar, Ade Edward.

Selain Sicincin, hujan abu juga sampai Nagari Sungai Sariak di Kabupaten Padang Pariaman. Menurut warga Sungai Sariak yang dihubungi
VIVAnews, ketebalan abu di nagari (desa) tersebut mencapai 0,5 cm.

Dilarang mendekat

Walau demikian, Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan Marapi masih termonitor dengan baik. Sebagai tindak pencegahan, BNPB melarang warga dan wisatawan untuk mendekati gunung itu.
Aktivitas pendakian dan perkemahan yang biasa dilakukan wisatawan kini dilarang.

"Tidak dibolehkan untuk mendekat hingga radius tiga kilometer dari puncak kawah," ujar Sutopo.

Sutopo melanjutkan, sesuai rencana mitigasi BNPB, warga belum diminta untuk pindah. "Mengungsi itu kan kalau sudah di level 3 (status 'siaga')," katanya.

BNPB meminta warga di sekitar Marapi untuk tetap tenang. "Agar tidak terpancing dengan isu letusan. Ikuti saja himbauan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah," Sutopo menghimbau.

BPBD Sumbar kini sebatas meminta warga untuk mengenakan masker. Letupan abu menyebabkan sebagian warga mengalami kesulitan pernafasan--termasuk dirasakan oleh warga yang tinggal di Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman; yang berlokasi jauh dari puncak gunung.

"Banyak warga meminta masker dan saya sudah teruskan ke Puskesmas. Tapi, jawabannya: masker habis," keluh Wakil Ketua Paga Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman, Suwardi Manto.

Untuk mengantisipasi situasi jadi memburuk, Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Sumbar terus memonitor perkembangan Marapi, apakah perlu ditingkatkan dari 'waspada' menjadi 'siaga'. “Penetapan status ini masih menunggu kepastian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung,” kata Ade Edward.

Di antara gunung berapi

Meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Marapi menambah panjang aktifnya sejumlah gunung berapi di Indonesia. Sebelum Marapi, sejumlah gunung lain juga mengalami peningkatan aktivitas. Dua di antaranya adalah Gunung Lokon dan Gunung Soputan, Sulawesi Utara.

Sutopo Purwo Nugroho mengatakan BNPB terus memonitor aktivitas sejumlah gunung berapi, berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Saat ini, setidaknya ada 25 gunung yang memperlihatkan adanya aktivitas vulkanik. Namun, dari jumlah itu, hanya dua yang berstatus 'siaga', yaitu Gunung Lokon di Sulawesi Tenggara dan Gunung Ibu di Halmahera, Maluku Utara.

"Gunung Lokon berstatus 'siaga' sejak 24 Juli 2011, sedangkan Gunung Ibu sejak 5 Agustus 2009," ujar Sutopo.

Adapun 16 gunung berapi lainnya kini berstatus 'waspada'. Selain Marapi, gunung berapi yang memasuki status yang sama antara lain Soputan, Bromo, Dieng, Merapi, Krakatau, Semeru, dan Sinabung.

Tujuh gunung lain berstatus aktif normal atau level satu, antara lain Gunung Batur, Gunung Rinjani, dan Gunung Slamet.

Berikut daftar gunung berapi berdasarkan data PVBMG yang sedang ketat dimonitor BNPB:

Status Siaga/Level 3:
- Lokon (sejak 24 Juli 2011)
- Ibu (sejak 5 Agustus 2009)

Status Waspada/Level2:

- Marapi (sejak 3 Agustus 2009)
- Soputan (sejak 19 Juli 2011)
- Bromo (sejak 13 Juni 2011)
- Karangetang (sejak 6 Juni 2011)
- Dieng (sejak 10 Juni 2011)
- Gamkonora (sejak 3 Mei 2011)
- Merapi (sejak 13 Desember 2010)
- Sinabung (sejak 7 Oktober 2010)
- Talang (sejak 17 April 2010)
- Kerinci (sejak 9 September 2010)
- Krakatau (sejak 31 Oktober 2009)
- Papandayan (sejak 16 April 2008)
- Semeru (sejak 16 Juli 2009)
- Sangeangapi (sejak 4 Juni 2009)
- Gamalama (sejak 11 mei 2008)
- Dukono (sejak 13 Juni 2008

Status Normal/Level 1:
- Kaba (sejak 12 Juli 2011)
- Seulawah Agam (sejak 11 Juli 2011)
- Slamet (sejak 11 Juli 2011)
- Rokatenda (sejak 17 Juni 2011)
- Egon (sejak 17 Juni 2011)
- Rinjani (sejak 19 November 2010)
- Batur (sejak 19 November 2010)

(Laporan: Eri Naldi, Padang | kd)

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar