Kisah Dramatis Korban Selamat Gempa Selandia Baru
Ken Yunita - detikNews
Getty Images
Jakarta - Di setiap musibah atau bencana alam, hampir selalu ada kisah-kisah penyelamatan korban yang dramatis. Begitu juga saat gempa dahsyat melanda kota terbesar kedua di Selandia Baru, Christchurch.
Salah satu korban yang mengaku mendapat 'keajaiban' adalah Rip Ramby yang saat gempa terjadi sedang berada di lantai tujuh Gedung Canterbury TV (CTV) yang berada di Jalan Madras. Saat itu, Ramby dan sejumlah rekannya sedang meeting.
"Saat itu kami sedang meeting di salah satu sudut ruangan saat gempa terjadi dan tak lama tiba-tiba gedung seperti kehilangan keseimbangan," cerita Ramby kepada Radio Selandia Baru seperti dilansir NZHerald, Selasa (22/2/2011).
Ramby menceritakan, 10 orang yang berada di ruangan tersebut tidak punya ide untuk menyelamatkan diri. Mereka hanya pasrah dan menunggu guncangan berhenti. "Susah untuh mengatakan apa yang terjadi," katanya.
Saat guncangan berhenti, barulah sejumlah orang yang berada satu ruangan dengannya mencoba berdiri dan mencari tahu apa yang terjadi. Dan Ramby sangat kaget saat mengetahui ruangan tempat mereka berada ternyata berada sangat dekat dengan tanah.
"Ketika itu berhenti, salah satu dari kami bisa melihat keluar, gedung ini ini ternyata sangat dekat dengan tanah. Kami berada sangat dekat dengan tanah," kata Ramby.
Ramby dan sejumlah rekannya pun lantas mencoba mencari pertolongan pada orang-orang yang berada di jalanan. Awalnya mereka hanya menonton saja. "Mereka lantas datang dan menolong kami keluar dari rongsokan gedung," katanya.
Menurut Ramby, korban pertama yang ditolong adalah seorang ibu bersama bayinya. Ramby pun berterima kasih kepada para penyelamat yang luar biasa gagah berani itu. Dari gedung itu dilaporkan tidak ada korban yang meninggal dunia, dua orang luka-luka, salah satunya kritis.
Kisah dramatis lain juga datang dari Tupi Emery, ayah tiga anak. Pria yang juga menunggu kelahiran anak keempatnya itu terjebak di dalam reruntuhan selama lima jam.
Selama Tupi Emery terjebak, ibunya, Tania, tampak khawatir di luar gedung. Saat itu, Emery akan menemui dokter yang berada di lantai empat gedung, sedang Tania sedang mencari makan siang saat gempa datang.
"Sungguh, tadi saya berpikir dia telah pergi," kata Tania. Namun pikiran itu menghilang saat Emery terus menerus mengirimkan pesan pendek untuknya.
Saat terjebak, Emery mengaku mendengar banyak teriakan minta tolong dari gedung yang sama. Selama belum dievakuasi, banyak penolong yang menanyakan bagaimana kondisinya saat itu.
"Hidup," kata Emery saat para penolong menanyakan kondisinya. Emery pun berterima kasih kepada para penolong yang telah membantunya dan juga para korban yang lain. Emery mengalami luka robek dan bakar.
Gempa di Selandia Baru berdampak hebat karena pusat gempa hanya sedalam 4 km. Musibah terjadi di tengah hari, saat sebagian besar masyarakat beraktivitas di tempat kerja. (ken/nrl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar