Sabtu, 19 Februari 2011

PVMBG: Getaran dan Dentuman di Trenggalek Bukan Gempa Tektonik

Sabtu, 19/02/2011 16:54 WIB

PVMBG: Getaran dan Dentuman di Trenggalek Bukan Gempa Tektonik

Samsul Hadi - detikSurabaya


Trenggalek - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung mementahkan hasil penelitian Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes, terkait getaran dan dentuman di 4 kecamatan di Kabupaten Trenggalek.

Kejadian tersebut dipastikan bukan gempa tektonik, melainkan sebuah dampak dari terjadinya pergerakan tanah lambat.

"Kalau istilah teknisnya, kami biasa menyebut kriting. Di Indonesia, khususnya yang memiliki kemiringan tanah sedang, itu biasa terjadi," kata Kepala PVMBG Surono kepada detiksurabaya.com saat dihubungi, Sabtu (19/2/2011).

Dalam catatan PVMBG, kejadian yang sama di Kabupaten Trenggalek pernah terjadi di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara dan Bandung Utara, Jawa Barat. Kejadian itu biasanya akan selalu terjadi saat musim penghujan, dan akan berhenti dengan
sendirinya saat kemarau tiba.

"Itu adalah gesekan antara tanah dengan kelembapan tinggi karena air hujan, dengan lapisan dalam yang kedap air. Gesekan dan gerakannya sangat lambat, makanya disebut pergerakan tanah lambat dan getarannya tidak begitu keras," jelas Surono.

Untuk mempermudah penjelasan, Surono mencontohkan sebuah meja dengan beban berat di atasnya, bila ditarik secara tiba-tiba dapat dipastikan akan memunculkan suara yang merupakan hasil pergesekan antara kaki meja dengan lantai. Getaran juga dipastikan muncul di bagian atas meja, juga sebagai akibat gesekan tersebut.

Ditanya mengenai hasil penelitian Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes, Pasuruan, yang menyebut kejadian tersebut adalah gempa tektonik, dengan tegas Surono membantahnya. "Gempa tektonik tidak mungkin ada di kedalaman 33 Km," sangkalnya.

Dalam penjelasannya Surono juga membantah adanya kemungkinan tanah longsor dalam skala besar, sebagai akibat getaran dan dentuman di Kabupaten Trenggalek tersebut. Ancaman tanah longsor tetap ada, namun tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

"Dampak yang paling mungkin terjadi adalah tanah retak. Kalau longsor kemungkinannya kecil, kecuali daerah tempat kejadiannya memiliki kemiringan yang curam," tandasnya.

Sebelumnya, dalam 2 pekan terakhir masyarakat di 4 kecamatan di Kabupaten
Trenggalek, masing-masing Watulimo, Munjungan, Kampak, dan Panggul, dikagetkan
dengan munculnya suara dentuman menyerupai bom dan getaran ringan di permukaan tanah.

Kejadian yang juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo
tersebut, berdasarkan penelitian oleh Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika
Kelas II BMKG Tretes, Pasuruan, dianggap sebagai gempa tektonik di kedalaman kurang dari 33 Km.


(fat/fat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar