BVMKG: Merapi Sudah Seperti Jalan Tol
Jika erupsi kembali terjadi, tidak ada lagi yang menghambat awan panas dan lahar.
RABU, 2 NOVEMBER 2011, 09:48 WIB
Aries Setiawan
VIVAnews - Efek erupsi Gunung Merapi akhir tahun lalu belum mengembalikan kondisi kawasan lereng Merapi seperti semula.
Hutan dan tumbuhan belum kembali tumbuh, yang bisa menahan laju awan panas dan lahar. Begitu juga dengan jurang serta sungai-sungai untuk menampung muntahan material merapi. Sehingga bisa menimbulkan ancaman yang lebih besar jika terjadi erupsi berikutnya.
"Letusan berikutnya awan panas itu akan tertampung dimana? Itu (kawasan merapi) sudah seperti jalan tol saja," kata Surono, Kepala Badan Vulkanologi Mitigasi Klimatologi dan Geologi (BVMKG), saat ditemuiVIVAnews.com, Yogyakarta, Selasa 1 November 2011.
Menurut dia, pada saat erupsi Merapi akhir tahun 2010 lalu masih ada hutan-hutan yang bisa menghambat luncuran awan panas. Kecepatan luncur awan panas dan lahar yang seharusnya 7 kilometer menjadi 5 kilometer. Begitupun dengan jurang-jurang yang berfungsi menampung material, sekarang jurang dan sungai telah terisi penuh.
"Nah sekarang tidak ada lagi yang harus di isi, tidak ada lagi yang harus dirobohkan, jadi meluncur dengan tanpa halang. Apakah itu bisa dihalangi oleh kita, tidak ada," ungkapnya.
Jika merapi ke depan menepati janjinya (erupsi kembali), kata Surono, bisa mengakibatkan jarak luncur yang lebih jauh dibandingkan tahun lalu.
"Kalau erupsi tanggal 5 November tahun lalu sampai 15 kilometer, jika terjadi lagi seperti tanggal 5 November dengan kondisi merapi seperti sekarang, o la-la, mungkin bisa sampai 20 kilometer (luncuran awan panas). Itu minimal," terangnya.
Surono menambahkan, magma dalam tubuh Merapi terisi penuh bisa dalam orde bulanan, bisa 3 tahun atau 4 tahun.
Hutan dan tumbuhan belum kembali tumbuh, yang bisa menahan laju awan panas dan lahar. Begitu juga dengan jurang serta sungai-sungai untuk menampung muntahan material merapi. Sehingga bisa menimbulkan ancaman yang lebih besar jika terjadi erupsi berikutnya.
"Letusan berikutnya awan panas itu akan tertampung dimana? Itu (kawasan merapi) sudah seperti jalan tol saja," kata Surono, Kepala Badan Vulkanologi Mitigasi Klimatologi dan Geologi (BVMKG), saat ditemuiVIVAnews.com, Yogyakarta, Selasa 1 November 2011.
Menurut dia, pada saat erupsi Merapi akhir tahun 2010 lalu masih ada hutan-hutan yang bisa menghambat luncuran awan panas. Kecepatan luncur awan panas dan lahar yang seharusnya 7 kilometer menjadi 5 kilometer. Begitupun dengan jurang-jurang yang berfungsi menampung material, sekarang jurang dan sungai telah terisi penuh.
"Nah sekarang tidak ada lagi yang harus di isi, tidak ada lagi yang harus dirobohkan, jadi meluncur dengan tanpa halang. Apakah itu bisa dihalangi oleh kita, tidak ada," ungkapnya.
Jika merapi ke depan menepati janjinya (erupsi kembali), kata Surono, bisa mengakibatkan jarak luncur yang lebih jauh dibandingkan tahun lalu.
"Kalau erupsi tanggal 5 November tahun lalu sampai 15 kilometer, jika terjadi lagi seperti tanggal 5 November dengan kondisi merapi seperti sekarang, o la-la, mungkin bisa sampai 20 kilometer (luncuran awan panas). Itu minimal," terangnya.
Surono menambahkan, magma dalam tubuh Merapi terisi penuh bisa dalam orde bulanan, bisa 3 tahun atau 4 tahun.
Sementara itu, hingga saat ini magma yang ada dalam tubuh merapi belum tampak signifikan, tapi sudah mengisi. "Untuk awan panas itu hanya satu, menghindar sebelum terjadi. Kalau sudah terjadi saya tidak tahu bagaimana cara menghindar," tandasnya. Laporan: Erick Tandjung | DIY
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar