[ Jum'at, 09 Oktober 2009 ]
Ledakan Dahsyat dan Misterius di Bone
Beruntun 10 Menit, Disertai Bola Api Raksasa di Udara
SENGKANG - Kemarin (8/10), menjelang pukul 11.00, terdengar ledakan dahsyat di Kecamatan Sajoanging, Kabupateng Wajo, Sulawesi Selatan. Belum diketahui secara pasti penyebab ledakan tersebut.
Yang pasti, ledakan itu mengakibatkan kepanikan di beberapa sekolah. Bersamaan dengan ledakan tersebut, terlihat bunga api raksasa di udara. "Suaranya mirip petir, diikuti beberapa kali dentuman," ungkap Andi Ulfa, siswa kelas VI SD 208 Sajoanging.
Menurut dia, rentetan kejadian itu berlangsung selama sepuluh menit. Ledakan tersebut, tambah Ulfa, membuat sekolahnya berguncang.
Saksi mata lain adalah Halkim, nelayan yang melaut di Palattae, Bone, saat ledakan tersebut terjadi. Pria 36 tahun itu menjelaskan, semula dirinya melihat bayangan kemerahan di air laut.
Ketika mendongak ke atas, dia melihat bara bergerak dengan cepat, disertai bunyi ledakan. Dia merasakan panas yang menjalar dari bara itu. "Air bergoyang dan panasnya terasa sekali," jelasnya.
Ledakan tersebut juga terdengar di Kota Watampone, Kabupaten Bone. Warga kota itu menyatakan mendengar empat kali ledakan pada jam yang sama. Begitu kuat ledakan tersebut sehingga barang-barang dalam rumah bergetar.
Warga lantas berhamburan ke luar karena mengira terjadi gempa. Seorang bocah berusia tujuh tahun, Cantikan, tewas karena kaget. Kamsir, sang ayah, menyatakan bahwa Cantikan memang menderita penyakit jantung dan kerap kaget. "Setelah ledakan pertama, dia lari, keluar dari rumah. Mukanya berubah pucat dan badannya demam," ungkap Kamsir.
Di MAN 2 Watampone, seorang siswi pingsan setelah berlari ke luar kelas dan menyaksikan sebuah bola api di langit. Sesaat setelah ledakan pertama, para murid SD 23 Jeppee, Tanete Riattang Barat, juga berlarian ke luar sekolah. Sebagian menangis karena ketakutan. "Anak saya pulang sambil menangis dan menceritakan ledakan itu," tutur Tanti, ibu murid bernama Nouval.
Getaran keras bahkan menjatuhkan lampu hias yang melekat di plafon rumah Najamuddin, warga Jalan Sungai Musi. Lampu kaca tersebut hancur dan menjatuhi meja tamu.
Tak jauh dari situ, dua kaca rumah warga bernama Rudi retak. Di Kecamatan Cenrana, warga menemukan keretakan di tanah tidak lama setelah gempa. Getaran yang mengikuti ledakan itu membuat panik warga di Pallime, Cenrana. "Mereka berbondong-bondong mengungsi ke desa tetangga karena takut ada tsunami," papar Supri, warga setempat.
Sementara itu, bola api disusul asap tebal jatuh dari langit. Bola api tersebut tampak jelas di atas Kelurahan Pallette, Kecamatan Tanete Riattang Timur. Seorang warga bernama Jufri mengatakan keluar dari rumah dan melihat bola api kecil setelah ledakan pertama. "Di belakang bola api itu, ada cahaya mirip petir yang berganti asap," jelas jufri.(rif/azh/jpnn/ruk)
SENGKANG - Kemarin (8/10), menjelang pukul 11.00, terdengar ledakan dahsyat di Kecamatan Sajoanging, Kabupateng Wajo, Sulawesi Selatan. Belum diketahui secara pasti penyebab ledakan tersebut.
Yang pasti, ledakan itu mengakibatkan kepanikan di beberapa sekolah. Bersamaan dengan ledakan tersebut, terlihat bunga api raksasa di udara. "Suaranya mirip petir, diikuti beberapa kali dentuman," ungkap Andi Ulfa, siswa kelas VI SD 208 Sajoanging.
Menurut dia, rentetan kejadian itu berlangsung selama sepuluh menit. Ledakan tersebut, tambah Ulfa, membuat sekolahnya berguncang.
Saksi mata lain adalah Halkim, nelayan yang melaut di Palattae, Bone, saat ledakan tersebut terjadi. Pria 36 tahun itu menjelaskan, semula dirinya melihat bayangan kemerahan di air laut.
Ketika mendongak ke atas, dia melihat bara bergerak dengan cepat, disertai bunyi ledakan. Dia merasakan panas yang menjalar dari bara itu. "Air bergoyang dan panasnya terasa sekali," jelasnya.
Ledakan tersebut juga terdengar di Kota Watampone, Kabupaten Bone. Warga kota itu menyatakan mendengar empat kali ledakan pada jam yang sama. Begitu kuat ledakan tersebut sehingga barang-barang dalam rumah bergetar.
Warga lantas berhamburan ke luar karena mengira terjadi gempa. Seorang bocah berusia tujuh tahun, Cantikan, tewas karena kaget. Kamsir, sang ayah, menyatakan bahwa Cantikan memang menderita penyakit jantung dan kerap kaget. "Setelah ledakan pertama, dia lari, keluar dari rumah. Mukanya berubah pucat dan badannya demam," ungkap Kamsir.
Di MAN 2 Watampone, seorang siswi pingsan setelah berlari ke luar kelas dan menyaksikan sebuah bola api di langit. Sesaat setelah ledakan pertama, para murid SD 23 Jeppee, Tanete Riattang Barat, juga berlarian ke luar sekolah. Sebagian menangis karena ketakutan. "Anak saya pulang sambil menangis dan menceritakan ledakan itu," tutur Tanti, ibu murid bernama Nouval.
Getaran keras bahkan menjatuhkan lampu hias yang melekat di plafon rumah Najamuddin, warga Jalan Sungai Musi. Lampu kaca tersebut hancur dan menjatuhi meja tamu.
Tak jauh dari situ, dua kaca rumah warga bernama Rudi retak. Di Kecamatan Cenrana, warga menemukan keretakan di tanah tidak lama setelah gempa. Getaran yang mengikuti ledakan itu membuat panik warga di Pallime, Cenrana. "Mereka berbondong-bondong mengungsi ke desa tetangga karena takut ada tsunami," papar Supri, warga setempat.
Sementara itu, bola api disusul asap tebal jatuh dari langit. Bola api tersebut tampak jelas di atas Kelurahan Pallette, Kecamatan Tanete Riattang Timur. Seorang warga bernama Jufri mengatakan keluar dari rumah dan melihat bola api kecil setelah ledakan pertama. "Di belakang bola api itu, ada cahaya mirip petir yang berganti asap," jelas jufri.(rif/azh/jpnn/ruk)
http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=94406
Tidak ada komentar:
Posting Komentar