BENTENG, KOMPAS.com- Ekspedisi Takabonerate 2009 pada Sabtu-Minggu (25/10) malam menyimpulkan bahwa terumbu karang di sejumlah titik penyelaman Taman Nasional Laut Takabonerate, Sulawesi Selatan, umumnya telah mati akibat penggunaan bom ikan. Pendataan Balai Taman Nasional Laut Takabonerate pada tahun 2009 juga memperkirakan, luasan kondisi dan luasan terumbu karang lima tahun terakhir ini berkurang.
Survei tahun 2004 menunjukkan, tutupan terumbu karang di Takabonerate masih sekitar 78 persen. Namun, hasil sementara survei tahun 2009 menunjukkan, tutupan terumbu karang di kawasan itu tinggal 60-70 persen.
Ratusan penyelam peserta ekspedisi diberi waktu sekitar tiga jam untuk melakukan penyelaman di perairan Takabonerate. Waktu penyelaman tak sebanding dengan waktu tempuh pelayaran dari Benteng, ibu kota Kabupaten Kepulauan Selayar, menuju Takabonerate, lebih dari enam jam.
Salah satu penyelam, Kapten Jhonny Silalahi (45), menuturkan, tutupan terumbu karang di lokasi penyelaman pertama sudah jarang.
”Masih ada terumbu karang yang hidup, tetapi kerapatannya jarang. Di lokasi penyelaman kedua banyak karang mati karena bom ikan. Itu terlihat dari banyak karang berukuran besar yang roboh dan pecah. Kerusakan itu membuat penyelam sulit mendapatkan pemandangan bawah laut yang indah,” kata Silalahi di KRI Makassar, Minggu malam.
Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Laut Takabonerate, Ahmadi, menjelaskan, terumbu karang rusak karena proses alam dan ulah manusia.
Takabonerate memiliki potensi besar dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, mengingat daerah itu adalah kawasan konservasi dengan karang atol terbesar ketiga di dunia.
Data situs Departemen Kehutanan menunjukkan, sedikitnya ditemukan 261 jenis terumbu karang dari 17 famili. Sejumlah 15 pulau gosong karang di taman nasional itu dikitari titik penyelaman yang memikat. (ROW)
Sumber : Kompas Cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar