TOLITOLI, KOMPAS.com - Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah kembali dilanda banjir, Sabtu (10/10) sore meskipun tidak separah banjir pada Kamis (8/10) lalu tetapi areal persawahan dan jalur trans Sulawesi terendam hingga mengganggu kelancaran lalu lintas.
Banjir kali ini setidaknya melanda dua kecamatan yakni Baolan dan Lampasio. Hujan deras mulai mengguyur sekitar pukul 13.00 wita hingga pukul 16.00 dan pada Sabtu malam hujan mulai reda.
Di Kecamatan Baolan sejumlah ruas jalan seperti Jalan Veteran, Sultan Hasanuddin, Usman Binol dan Jalan Ladapi terendam dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Arus air di jalan-jalan tersebut juga cukup kencang. Namun ketinggian air tersebut jauh lebih rendah dibanding banjir Kamis lalu dengan ketinggian mencapai satu meter.
Selain itu di Dusun Pangi, Desa Dadakitan ketinggian air di desa tersebut mencapai paha orang dewasa. Tampak sebuah rumah panggung diikat ke pohon kelapa untuk menghindari rumah tersebut hanyut diseret banjir. Banjir tidak masuk ke rumah penduduk karena sebagian besar rumah terbuat dari rumah panggung.
Menurut warga lokasi tersebut memang sudah menjadi langganan banjir, tetapi banjir kali ini termasuk besar. Di Dusun ini terdapat tiga titik banjir. Air dari ketinggian melaju dengan memotong jalan sehingga mengganggu jalur transportasi dari dan ke Tolitoli.
Arus transportasi jalan trans Sulawesi tersebut sempat macet beberapa jam, namun Sabtu malam kembali normal setelah air banjir surut. Sebagian ruas jalan juga terhalang dengan bebatuan akibat longsor tetapi kondisi tersebut tidak menutup jalan namun kendaraan terpaksa mengambil sebagian bibir jalan yang tidak diaspal.
Sementara itu di Saladang dan dan Desa Tinading Kecamatan Lampasio puluhan hektar sawah tergenang banjir. Beberapa tempat tertentu, padi yang baru sebulan ditanam ikut disapu banjir.
Menurut warga Kamis lalu tempat-tempat tersebut justru tidak ada banjir. Banjir hanya melanda ibu kota Kabupaten dengan ketinggian bervariasi. Lokasi terparah terdapat di Kelurahan Panasakan dan Kelurahan Baru dengan ketinggian air 30 cm hingga nyaris mencapai atap rumah penduduk.
Banjir tersebut mengakibatkan lebih dari 1.000 orang mengungsi dan ratusan rumah terendam. Masyarakat kini sudah kembali ke rumah masing-masing namun masih dalam kondisi rumah yang kotor akibat lumpur.
Belasan sekolah hingga Sabtu belum melakukan aktivitas belajar mengajar. Bahkan dua sekolah yakni SD Negeri 17 dan SD Nurul Iksan masih lumpuh total. Hingga Sabtu siang SDN 17 masih dijadikan tempat penampungan barang oleh penduduk sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar