Kamis, 22 Juli 2010

NELYAN KUPANG MENGUNGSI KE BANGKA BELITUNG

NELYAN KUPANG MENGUNGSI KE BANGKA BELITUNG

23 Juni 2010 17:08 WIB


YAYASAN PEDULI TIMOR BARAT (West Timor Care Foundation) Jalan Perwira 33 Kupang-Timor Barat Email:westtimorcarefoundation@gmail.com-westtimorcarefoundation@yahoo.com.au NELAYAN KUPANG MULAI MENGUNGSI KE BANGKA BELITUNG Sebagian besar nelayan asal Oesapa Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang selama ini menjadikan Laut Timor sebagai sumber kehidupan, kini mulai mengungsi ke Bangka Belitung untuk mencari kehidupan baru di sana. "Setelah terjadi pencemaran minyak mentah di Laut Timor akibat meledaknya sumur minyak Montara pada 21 Agustus 2009, hasil tangkapan nelayan Oesapa Kupang turun drastis, sehingga mereka memilih mencari kehidupan baru di Bangka Belitung," kata Ketua Aliansi Nelayan Tradisional Laut Timor (Antralamor) NTT, H Mustafa kepada pers di perkampungan nelayan Oesapa Kupang, Rabu. Wilayah perairan Laut Timor menjadi basisnya ikan kakap merah, kata Mustafa, semakin sulit didapatkan oleh para nelayan setelah wilayah perairan Laut Timor dicemari minyak mentah akibat meledak sumur Montara milik PTTEP Australasia asal Thailand itu. Ia menambahkan sekitar 3.500 nelayan yang tergabung dalam Antralamor mengeluh karena hasil tangkapan mereka turun dratis pasca meledaknya sumur minyak Montara di Blok Atlas Barat Laut Timor. Sebagian besar bagan yang ditancapkan para nelayan di sepanjang perairan Kupang, kata Mustafa, kini sudah ditarik kembali ke darat karena tidak lagi mendapatkan ikan dalam jumlah banyak seperti dulu lagi. Sementara itu, pakar Biokimia Lipida (ilmu tentang lemak dan minyak pangan) dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dr Felix Rebhung mengatakan turunnya hasil tangkapan nelayan Kupang itu mengindikasikan bahwa wilayah perairan Laut Timor sudah tercemar sehingga ikan-ikan dasar laut migrasi ke tempat lain untuk mencari kehidupan baru. "Ikan-ikan dasar laut sangat peka dengan lingkungannya. Jika lingkungan atau habitatnya rusak atau tercemar, pasti akan bermigrasi ke tempat lain yang dirasakan lebih nyaman. Jika para nelayan kita mengeluh hasil tangkapannya turun, ya...masuk diakal juga," kata dosen jurusan perikanan Fakultas Pertanian Undana itu. Menurut dia, proses pemulihan ekologi laut membutuhkan waktu yang amat sangat lama jika wilayah perairan tersebut sudah dicemari minyak, kodesat dan zat timah hitam yang berbahaya. Pemerhati masalah Laut Timor Ferdi Tanoni mengharapkan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyikapi masalah ini secara serius seperti Presiden AS Barrack Obama menyikapi persoalan pencemaran minyak di Teluk Mexico oleh British Petroleum (BP). "Jika Barrack Obama menuntut BP harus ganti rugi minimal 20 miliar dolar AS akibat pencemaran tersebut, maka dalam kasus pencemaran di Laut Timor, operator ladang minyak Montara harus memberi ganti rugi kepada para nelayan di Timor bagian barat NTT serta pulau-pulau lainnya seperti Rote, Sabu dan Sumba minimal 15 miliar dolar AS," katanya. Tanoni yang juga Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) itu juga terus mendesak pemerintahan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd untuk segera mengumumkan hasil temuan tim investigasi pencemaran Laut Timor bentukan pemerintah Australia kepada publik agar bisa diketahui secara jelas. Persoalannya, kata mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu, pencemaran tersebut telah mengorbankan ribuan nelayan di Timor barat yang kehilangan mata pencaharian serta para petani rumput laut yang tidak bisa memanen hasilnya akibat pencemaran tersebut. "Ini masalah kemanusiaan yang sangat dahsyat yang harus diperhatikan secara serius oleh Jakarta seperti tindakan serta langkah yang diambil Barrack Obama dalam menangani kasus Teluk Mexico," kata Tanoni yang juga penulis buku "Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta" itu. Kupang,Rabu 23 Juni 2010 Yayasan Peduli Timor Barat Leo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar