MATARAM, KOMPAS.com
Kedua feri yang kandas hingga kemarin petang belum bisa ditarik ke dermaga. Rencananya, penarikan dilakukan saat air laut pasang naik.
Kepala Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Lembar Kaimudin M, yang ditemui di Pelabuhan Lembar, menjelaskan, pagi itu KMP Sindu dalam pelayaran dari Padangbai (Bali). Posisinya 300 meter-400 meter sebelum dermaga Lembar (Lombok). Feri kandas diduga karena nakhodanya salah mengambil haluan sehingga memasuki perairan dangkal dan berlumpur. ”Saat kejadian, air laut sedang surut,” ujarnya.
Mengenai kandasnya KMP Rodita, Kaimudin menceritakan, saat itu feri tersebut sebenarnya tengah sandar di dermaga. Feri terjebak dalam perairan dangkal dan kandas ketika bermaksud menarik KMP Sindu. ”Ini insiden kecil. Kandasnya masih di area kolam dermaga,” ujarnya.
Selain 164 penumpang yang sudah dievakuasi, KMP Sindu mengangkut 49 kendaraan bermotor, yakni 19 kendaraan roda empat dan 30 sepeda motor. Kemarin petang, semua kendaraan bermotor itu juga masih di atas kapal.
Kejadian itu tak mengganggu aktivitas bongkar muat dan hilir mudik angkutan laut di Pelabuhan Lembar. Posisi kedua feri tidak menghalangi jalur pelayaran.
Masih soal kelautan, dari Manado, Sulawesi Utara, dilaporkan, gelombang tinggi dan angin kencang yang disertai hujan selama dua hari terakhir melanda perairan Teluk Manado. Akibatnya, sejumlah fasilitas usaha di kawasan Boulevard rusak.
Terkait kondisi yang demikian, Dinas Perhubungan Sulawesi Utara melarang seluruh kapal motor penumpang melakukan pelayaran ke Sangihe, Talaud, dan Sitaro.
Kepala Dinas Perhubungan R Kenap di Manado, kemarin, mengatakan, larangan berlayar dari Pelabuhan Manado diberlakukan selama tiga hari, terhitung sejak Rabu. ”Belasan kapal motor yang menuju ke Sangihe, Talaud, dan Sitaro, sejak Selasa lalu bahkan tidak diperkenankan berlayar,” katanya.
”Kami menerima peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa cuaca buruk selama seminggu,” kata Kenap.
BMKG memprakirakan, tinggi gelombang laut mencapai 5 meter dengan kecepatan angin sekitar 45 km per jam selama pekan ini.
Akibat adanya larangan itu, kemarin ratusan calon penumpang yang akan bepergian ke Sangihe, Talaud, dan Sitaro tertahan di Pelabuhan Manado. Sebagian di antara mereka terpaksa menginap di terminal penumpang, menunggu keberangkatan.
Menurut sejumlah pengusaha di kawasan Bahu Mall dan Manado Town Square, yang berada di kawasan jalan pantai Boulevard, mereka mengalami kerugian miliaran rupiah akibat terjangan gelombang tinggi laut. ”Tiga kapal bernilai Rp 1,2 miliar yang biasa dijadikan sebagai rumah makan terapung rusak dihantam ombak setinggi empat meter. Satu kapal lainnya bahkan terbelah dua. Sebagian puingnya hanyut terbawa air laut,” kata seorang pengusaha yang tak bersedia disebutkan namanya.
Hengky Wijaya, pemilik Manado Town Square, menambahkan, penangkal ombak yang dibangunnya senilai Rp 1 miliar, di sekitar lokasi malnya, kini rusak sepanjang 100 meter.
Sumber : Kompas Cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar