Selasa, 30 Maret 2010

Juta Balita Terancam 'Goblok' Permanen

Juta Balita Terancam 'Goblok' Permanen

Vera Farah Bararah - detikHealth


img
(Foto: bbc)
Jakarta, Balita yang mengalami gizi buruk masih cukup banyak meskipun di beberapa daerah telah terjadi penurunan angka statistik. Setidaknya ada 1,5 juta balita Indonesia yang kini mengalami gizi buruk yang akan membuatnya mengalami kebodohan permanen.

Jika hal ini terus menerus dibiarkan, maka Indonesia bisa kehilangan generasi muda yang optimal di masa mendatang.

Hingga tahun 2009 terdapat 5,3 persen balita dari 28 juta anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami gizi buruk. Artinya sekitar 1,5 juta balita mengalami gizi buruk sedangkan balita yang mengalami gizi kurang sekitar 15 persen.

"Jika anak di bawah usia 5 tahun mengalami gizi buruk, maka ia kehilangan periode emasnya dalam hal perkembangan otak sehingga mengakibatkan otaknya mengecil. Jika hal ini terjadi maka anak bisa menjadi goblok permanen dan sulit untuk diperbaiki," ujar DR Dr Tb Rachmat Sentika, SpA, MARS dalam acara Pfizer Journalist Class dengan tema Gizi dan Masa Depan Generasi Muda di Wisma GKBI, Jakarta, Selasa (30/3/2010).

Dr Rachmat menuturkan penyebab balita mengalami gizi kurang sekitar sepertiga diakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), sebesar 48 persen balita tidak mendapatkan ASI dan sisanya tidak tersentuh oleh layanan kesehatan seperti posyandu sehingga asupan gizinya tidak terpantau.

"Salah satu cara untuk mendeteksi dini anak gizi buruk atau tidak adalah melalui KMS (Kartu Menuju Sehat), karena dari kartu tersebut bisa dilihat grafik pertumbuhan anak. Makanya setiap anak harus memiliki KMS," ujar dokter kelahiran Sukabumi 54 tahun silam.

Dr Rachmat menambahkan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah balita yang mengalami gizi buruk serta mencegah balita yang gizi kurang agar tidak semakin terpuruk, yaitu:
  1. Melakukan gerakan untuk menyosialisasikan ASI, karena ASI eksklusif sudah terbukti bisa mengurangi angka kematian bayi dan juga meningkatkan gizi bayi.
  2. Semua bayi harus memiliki KMS, saat ini posyandu hanya memberikan layanan timbang bayi pada bulan April dan September saja. Padahal seharusnya bayi tersebut ditimbang setiap bulannya.
  3. Jangan ada perbedaan pendistribusikan vitamin A dan tablet Fe untuk anak di setiap provinsi serta antar kabupaten atau kota. Vitamin A berguna untuk meningkatkan kadar serum retinol yang berguna untuk imunitas, sedangkan tablet Fe berguna untuk mencegah anemia pada anak.
  4. Menggiatkan kembali fungsi posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar.

"Kalau jumlah balita yang mengalami gizi buruk terus menerus meningkat, maka 10 tahun ke depan kita akan kehilangan generasi (lost generation) sebesar 1,5 juta. Selain itu gangguan gizi di masa periode emas anak akan mempengaruhi perilaku anak nantinya, karena ada penelitian yang menunjukkan anak yang suka tawuran atau berantem setelah ditelusuri 5-6 tahun ke belakang ternyata mengalami gizi kurang," ungkap dokter yang juga menjabat sebagai Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

Untuk menciptakan generasi muda yang sehat diperlukan 4 hal, yaitu:
  1. Gizi yang sehat, faktor ini mempengaruhi sekitar 30 persen.
  2. Lingkungan di sekitarnya, faktor ini mempengaruhi sekitar 30 persen.
  3. Perilaku dari orang tersebut, faktor ini mempengaruhi sekitar 30 persen.
  4. Obat dan alat kesehatan, faktor ini mempengaruhi sekitar 10 persen.

Jika status gizi tidak segera diperbaiki, maka sel-sel otak anak tidak akan dapat berkembang secara maksimal dan terdapat ruang-ruang kosong yang bersifat permanen dan kondisi ini tidak dapat dipulihkan atau diperbaiki. Selain itu kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh dua hal yaitu asupan nutrisi (protein, asam amino AA dan DHA) dan juga stimulasi yang diterimanya.
(
ver/ir)

Senin, 29 Maret 2010

123 trapped in flooded coal mine in northern China

123 trapped in flooded coal mine in northern China


123 trapped in flooded China coal mineAFP/File – File photo shows miners entering a coal mine in China. At least 152 workers have been trapped when a …

BEIJING – At least 123 people were trapped underground Sunday after water gushed into a coal mine in northern China, a government agencysaid.

The Wangjialing coal mine in Shanxi province was flooded byunderground water as 261 miners were working in the pit, the State Administration of Work Safety said on its Web site.

The administration said 138 of the miners were lifted safely to the ground but the others remained trapped and rescue work was under way. It said the cause of the flood was still under investigation.

Although China's mine safety record has improved in recent years, it is still the deadliest in the world, with blasts and other accidents common.

The mine is located between Xiangning county and the city of Hejin and covers an area of 70 square miles(180 square kilometers), the official Xinhua News Agency said. Calls to the mine rang unanswered.

State broadcaster CCTV said the heads of the country's coal mine and work safety administrations were leading a team of workers on their way to the site to assist with rescue efforts.

According to China's Work Safety Administration, 2,631 people died in coal mine accidents in 2009. Many accidents were blamed on lax safety methods and poor training as mining companies scramble to feed the country's voracious demand for coal.

http://news.yahoo.com/s/ap/20100328/ap_on_re_as/as_china_mine_flood

Minggu, 28 Maret 2010

Korban Lumpur Doa Bersama Agar Masuk Peta Terdampak

Korban Lumpur Doa Bersama Agar Masuk Peta Terdampak


Lumpur Lapindo

Ratusan warga Siring Barat, Porong, Sidoarjo menggelar istighosah atau doa bersama mendukung perwakilan warga yang ke Jakarta demi memperjuangkan wilayahnya agar masuk peta terdampak.

Istighosah itu digelar selama 4 hari mulai Selasa (23/3/2010) hingga Jumat (26/3/2010) mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB, di Jalan Flamboyan yang juga jalan alternatif menuju ke Malang.

"Warga Siring melakukan doa bersama ini mendukung perwakilan warga yang ke Jakarta agar diperhatikan pemerintah," kata Ketua RT III Gandu Suyanto (51) kepada detiksurabaya.com, Jumat (26/3/2010).

Selain pemerintah, pihaknya berharap kepada orang-orang yang ada di lapangan yakni Badan Pelaksana Lumpur Sidoarjo (BPLS) memberi jawaban status wilayah Siring Barat. Sementara menurut salah satu warga RT II RW I Siring, Ikhwan (45) bahwa seharusnya pemerintah memberi perlindungan kepada warganya dengan jalan memperhatikan kondisi wilayah Desa Siring Barat yang saat ini sering muncul bubble dan semburan api.

"Seharusnya pemerintah memberi perlindungan kepada warganya dengan jalan memperhatikan kondisi wilayah Desa Siring Barat yang saat ini sering muncul bubble dan semburan api. Desa Siring ini seperti neraka, karena banyak muncul semburan api di mana-mana," jelasnya.

Dia mengharapkan, agar warga Desa Siring segera mendapat ganti rugi yang selama ini hanya diberi bantuan sosial (Bansos) berupa uang kontrak Rp 2,5 juta per KK, biaya evakuasi Rp 500 ribu dan jatah hidup Rp 300 ribu per jiwa selama 6 bulan. Namun uang itu hanya dibayar selama 5 bulan saja.

Hingga pukul 10.00 WIB, warga masih khusyu mengikuti doa bersama yang diikuti wanita, pria dan anak-anak. Sementara beberapa polisi terlihat berjaga di lokasi.

http://id.news.yahoo.com/dtik/20100326/tid-korban-lumpur-doa-bersama-agar-masuk-b1ae096.html

Sabtu, 27 Maret 2010

Ambles Seperti Ditelan Bumi, Rumah Idi Utuh

Rabu, 24/03/2010 13:04 WIB
Tanah Ambles di Girimekar
Ambles Seperti Ditelan Bumi, Rumah Idi Utuh
Pradipta Nugrahanto - detikBandung



Bandung - Dari delapan rumah yang dinyatakan ambles di RT 2 RW 9, Kampung Legok Hayam Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, satu rumah terlihat seperti ditelan bumi. Rumah tersebut saat ini hanya terlihat atapnya.

Rumah tersebut diketahui milik Rasidi (55) atau yang akrab dipanggil Idi. Ia biasa menempati rumah tersebut setiap Sabtu dan Minggu. Jika rumah lainnya terlihat hancur, rumah Idi justru berdiri kokoh meski terlihat seperti ditelan bumi, masuk ke tanah sampai 4 meter.

"Tadi pagi rumahnya seperti ditelan bumi. Pak Idi sendiri hanya Sabtu-Minggu di sini," kata salah seorang warga Kosasih (48), saat ditemui di lokasi kejadian, Rabu (24/3/2010).

Menurutnya, kejadian tersebut terbilang unik sehingga menyedot perhatian warga yang ingin menyaksikan lebih dekat. Namun, hal tersebut segera dapat dicegah oleh warga sekitar yang berjaga.

"Kenapa dilarang, karena khawatir orang yang dekat nantinya ikut ambles," terang Kosasih.

Delapan rumah ambles pada Selasa (23/3/21010), sekitar pukul 22.00 WIB. Rumah tersebut adalah milik Ala Sunarya, Kosasih, Robandi, Dase, Ma Acih, Rasidi, Oma, dan Iman.

Retakan dan amblesnya tanah di Girimekar diketahui warga sejak Minggu (21/3/2010) pagi. Amblasan makin parah terjadi keesokan harinya. Curiga dengan pergerakan tanah, warga berinisiatif mengungsi dan membongkar material rumah yang masih bisa diselamatkan.

Kondisi terakhir, warga masih merasakan ablesan susulan mengingat sebagian warga masih merasakan adanya pergerakan tanah.
(ahy/lom)

Tanah di Desa Girimekar Terus Ambles

Sabtu, 27/03/2010 09:50 WIB
Tanah di Desa Girimekar Terus Ambles
Andri Haryanto - detikBandung



Bandung
- Amblesnya tanah di Kampung Legok Hayam Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung, terus berlanjut. Warga menghitung amblesan bertambah satu meter.

Salah seorang warga RT 2 RW 9, Andri (35), mengatakan kembali amblesnya tanah di wilayah tersebut berlangsung sejak hari jumat (26/3/2010) kemarin. "Setelah hujan, warga yang berjaga di lokasi merasa jika tanah kembali ambles," kata Andri saat dihubungi detikbandung via telepon, Sabtu (27/3/2010).

Penasaran, warga mengukur manual tanah yang dirasa ambles tersebut dengan batang bambu yang telah disiapkan. "Ada yang satu meter bahkan lebih dari satu meter," jelasnya.

Kondisi terakhir di lokasi amblesan, warga sekitar lokasi yang penasaran ingin mengetahui bencana tersebut masih berbondong-bondong datang. Berbeda dengan hari sebelumnya, lokasi amblesan mulai kemarin dipasangi garis polisi.

"Tapi mereka yang penasaran tetap saja nerobos garis polisi," ujar Andri.

Hitungan sementara petugas Geoteknologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Kamis (25/3/2010), amblesan tanah mencapai kedalaman empat meter. Kejadian amblesan tersebut diduga terjadi karena gempa yang sempat mengguncang Jawa Barat 2009 lalu.

Retakan dan amblesnya tanah di Girimekar diketahui warga sejak Minggu (21/3/2010) pagi. Amblasan makin parah terjadi keesokan harinya. Curiga dengan pergerakan tanah, warga berinisiatif mengungsi dan membongkar material rumah yang masih bisa diselamatkan.

Sementara warga yang terancam dan terkena langsung dampak bencana mengungsi di posko yang disiapkan tak jauh dari lokasi amblesan tanah.
(ahy/ahy)

Derasnya Arus Sungai dan Usia Kirmir Diduga jadi Penyebab

Sabtu, 27/03/2010 15:35 WIB
Kirmir Ambrol
Derasnya Arus Sungai dan Usia Kirmir Diduga jadi Penyebab
Pradipta Nugrahanto - detikBandung



Bandung
- Peristiwa ambrolnya kirmir anak sungai Cikapundung di Jalan Pungkur Belakang Pegadaian, RT 5 RW 5, Kelurahan Balong Gede Kecamatan Regol diduga dikarenakan arus air yang terlampau deras dan umur kirmir yang sudah mulai tua.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Binamarga Kota Bandung Iming Ahmad ketika ditemui detikbandung di lokasi kejadian Sabtu (27/3/2010).

"Umur kirmir disini sudah 20 tahun. Dulu dibuat tahun 1990. Artinya sudah cukup tua," tuturnya.

Ditambahkanya, curah hujan tahun 2010 yang cukup tinggi membuat volume air di anak sungai meningkat drastis. "Curah hujannya tinggi, volume airnya meningkat dan arusnya sangat deras. Ini juga salah satu pemicu jebolnya kirmir," terangnya.

Namun begitu, pintu air yang sudah ada sejak tahun 1966 tetap berdiri kokoh meski dihantam arus yang sangat deras.

"Itu yang aneh, mungkin konstruksi Belanda jadi sangat kuat," tandasnya.

Kirmir yang dilintasi anak Sungai Cikapundung ambrol, Sabtu pagi, sekitar pukul 08.30 WIB. Tiga rumah rusak akibat peristiwa tersebut. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang kesekian kali terjadi di Bandung.

(dip/ahy)

Kirmir Kali Citepus Ambrol

Sabtu, 20/03/2010 16:15 WIB
Kirmir Kali Citepus Ambrol
Cegah Kejadian Lebih Parah, 6 Rumah Dibongkar
Sopan Sopian - detikBandung



ilustrasi/detikbandung
Bandung - Enam dari 8 rumah terpaksa dibongkar pihak Kecamatan Astanaanyar setelah sebagian bangunannya kembali ambruk. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah kejadian yang lebih parah.

"Enam rumah warga kembali roboh malam tadi, ini diakibatkan hujan. Melihat kondisi demikian, enam rumah itu terpaksa harus diratakan dengan tanah. Kalau dibiarkan takut ambrol lagi," ujar Ketua RT 5, Nana Rochmana, saat ditemui di lokasi, Sabtu (20/3/1010).

Nana menambahkan, awalnya dua rumah warga sekitar roboh sebanyak dua kali pada pukul 21.00 WIB kemarin dan pukul 01.00 WIB tadi. Akibatnya, empat rumah warga lain yang bangunannya saling berdempetan ikut terkena dampaknya.

"Yang pertama di rumah H Isa Ansori (59) dan kedua di rumah Atep Gunawan (35)," ujar Nana.

Pembokaran rumah tersebut dilakukan oleh warga setempat dengan menggunakan alat-alat berat seperti linggis, palu, dan kayu.

Ditemui di lokasi yang sama, Camat Astanaanyar Asep S Gufron mengatakan, sejauh ini pihaknya belum mengetahui apakah rumah yang dibongkar tersebut nantinya diganti atau tidak.

"Kalau masalah diganti atau tidak saya belum tahu. Soalnya belum ada informasi dari atas (Wali Kota-red)," jelasnya.

"Sebenarnya kalau bangunan yang berada di atas kirmir atau di pinggir sungai, melanggar peraturan dan tidak ada penggantian," tambah Asep.

Diberitakan sebelumnya, kirmir yang berada di Kali Citepus ambrol pada Jumat (19/3/2010), sekitar pukul 10.30 WIB. Lokasi tepatnya berada di kawasan Inhoftank, RW 6 RT 5, Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung. Delapan bangunan ambruk akibat kejadian tersebut.
(avi/lom)

Warga yang Tinggal di Sepanjang Kirmir Diimbau Pindah

Sabtu, 27/03/2010 15:15 WIB
Kirmir Ambrol
Warga yang Tinggal di Sepanjang Kirmir Diimbau Pindah
Pradipta Nugrahanto - detikBandung



Bandung - Warga di sekitar ambrolnya kirmir di Jalan Pungkur Belakang Pegadaian, RT 5 RW 5, Kelurahan Balong Gede Kecamatan Regol, diimbau pindah. Hal ini demi menghindari ambrol susulan.

"Kondisinya cukup membahayakan. Jangan-jangan yang di sebelahnya menyusul ambrol kalau tidak segera pindah," tutur Kepala Dinas Binamarga Bandung Iming Ahmad ketika ditemui detikbandung di lokasi kejadian Sabtu (27/3/2010).

Menurut Iming, penambalan kirmir dengan karung pasir bukan solusi permanen. "Itu kan hanya sementara saja. Tidak mungkin bisa terus-terusan begitu," imbuhnya.

Disinggung apakah Dinas Binamarga akan membantu proses relokasi warga, Iming belum bisa memastikannya. "Warga disini harus di cek dulu IMB-nya ada atau tidak. Soalnya saya tidak yakin. Kalau tidak ada kami imbau untuk pindah sendiri sebelum ada bencana yang lebih besar," ungkapnya.

Kirmir yang dilintasi anak Sungai Cikapundung ambrol, Sabtu pagi, sekitar pukul 08.30 WIB. Tiga rumah rusak akibat peristiwa tersebut. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang kesekian kali terjadi di Bandung.
(dip/ahy)

Jumat, 26 Maret 2010

Matikan Listrik Saat Badai Matahari Tiba!

Matikan Listrik Saat Badai Matahari Tiba!
Selain teknologi, badai matahari juga mempengaruhi perubahan iklim.
SELASA, 9 MARET 2010, 16:31 WIB
Umi Kalsum
Badai Matahari (BBC)

VIVAnews - Banyak masyarakat yang menghubungkan fenomena badai matahari dengan isu kiamat di tahun 2012 yang berasal dari ramalan suku maya. Namun dari hasil pengamatan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), badai matahari tidak secara langsung menghancurkan bumi.

Kepala Bidang Aplikasi Geomagnet dan Magnet Antariksa Lapan Clara Yono Yatini menjelaskan, pengaruh badai matahari terhadap manusia kemungkinan kecil, namun lebih berpengaruh terhadap sistem teknologi seperti satelit karena partikel badai matahari yang meletup mengenai satelit secara langsung.

Sosialisasi badai matahari ini disampaikan dalam seminar Centre for Remote Sensing and Ocean Sciences (Cresos) International Symposium on South East Asia and Pasific Environment Problems and Satelite Remote Sensing di Universitas Udayana, Denpasar, Selasa 9 Maret 2010.

“Matahari ini kan memiliki aktivitas, sehingga memiliki letupan-letupan yang sampai ke bumi, namun tidak besar pengaruhnya terhadap manusia, karena letupan matahari tersebut mengenai satelit yang ada di angkasa,” jelasnya.

Matahari memiliki aktivitas seperti medan magnet, bintik matahari, flare (ledakan matahari), lontaran massa korona, angin surya dan partikel energetic. Lapan memperkirakan puncak aktivitas matahari akan terjadi antara tahun 2012 hingga 2015. Pada puncak siklusnya, matahari akan tinggi dan terjadi badai matahari.

“Matahari memang memiliki siklus untuk mengalami badai matahari setiap 11 tahun sekali, namun tepatnya tidak bisa diprediksikan kapan terjadi badai matahari, tapi bisa diprediksi antara satu hingga tiga hari sebelum terjadi badai matahari,” katanya.

Selain mempengaruhi satelit dan mengganggu sistem teknologi yang di gunakan manusia di bumi, badai matahari juga dapat mempengaruhi perubahan iklim yang memanas dan kemarau panjang, hal tersebut masih dikaji oleh para peneliti. Untuk mengantisipasi gangguan , masyarakat yang berkepentingan dengan teknologi diimbau agar mematikan satelit, listrik, serta segala bentuk teknologi saat terjadi badai matahari nanti.


Laporan : Peni Widarti | Bali

• VIVAnews

Tinjau Ulang Privatisasi Air

HARI AIR INTERNASIONAL
Tinjau Ulang Privatisasi Air
Senin, 22 Maret 2010 | 20:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Air bersih merupakan hak setiap warga, namun hanya sebagian kecil warga yang bisa menikmatinya. Di Sukabumi, hanya16 persen warga yang punya akses air bersih, sebagian besar sumber air bersih dikuasai perusahaan air kemasan . Ancaman krisis air bersih sudah di depan mata, karena itu privatisasi air bersih harus ditinjau ulang.

Demikian dikatakan Ketua Umum Vanaprastha Adhyaksa Dault pada diskusi terbuka Air Bersih adalah Hak Setiap Warga, Senin (22/3/2010) di Jakarta. Vanaprastha sebagai organisasi yang konsern dengan kelestarian dan kelanjutan hidup dan planet ini, akan menggugah pembuat keputusan, pebisnis, dan warga dunia untuk meninjau ulang dan memberlakukan regulasi yang lebih ketat dan adil serta berprilaku bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan air dalam kehidupan sehari-hari, katanya.

Bekerjasama dengan Parfi, diskusi menghadirkan Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sumarto, dan Koordinator Perubahan Cuaca WWF Indonesia. Chrisandini, dan artis Ray Sahetapi.

Adhyaksa menjelaskan kondisi Indonesia yang sudah mendekati krisis air. Dari data penelitian Walhi, 125 juta (65 persen) penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang kapasitas kandungan airnya hanya 4,5 persen saja. Kemudian, 60 dari 470 Daerah Aliran Sungai yang ada di Indonesia dalam kondisi krisis. Data lain dari Kompas, 85 persen sumur di Jakarta tercemar bakteri e-coli. Hanya 40 persen warga perkotaan dan 30 persen warga pedesaan yang tersambung jaringan PAM.

Sumarto mengatakan, lebih dari 20 perusahaan air dalam kemasan yang berada di hilir Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Bogor dan Sukabumi) memanfaatkan potensi air dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) , yang menghasilkan 231 miliar liter per tahun. Keberadaan TNGGP menguntungkan perusahaan air dalam kemasan. "Akses masyarakat terhadap air bersih menjadi terbatas. Walau belum pernah memberikan kontribusi untuk konservasi TNGGP, namun perusahaan air dalam kemasan diharapkan bisa melestarikan air," katanya.

Menurut Sumarto, perkembangan pembangunan wilayah Bogor, Sukabumi dan Cianjur sebagai daerah belakang DKI Jakarta, khususnya di bidang property/perumahan, infrastruktut, agribisnis, dan wis ata pegunungan/hutan, cenderung menekan kawasan konservasi.

Chrisandini yang berbicara tentang pemanasan global mengingatkan bahwa dampak pemanasan global semakin mencemaskan. "Terjadinya perubahan iklim, naiknya suhu, menimbulkan bencana di sejumlah negara. Indonesia harus menjaga keseimbangan lingkungan, yang kini dalam ancaman," ujarnya.

Anhar Jamal, Ketua Penyelenggara Peringatan Hari Air Sedunia dari kelompok Vanaprastha pegiat alam terbuka dan aktivis lingkungan, mengatakan , kemampuan bumi dalam menyediakan air berbanding terbalik dengan kebutuhan penghuni planet ini akan air.

"Karena itu, selain menggelar diskusi terbuka, Vanaprastha yang sudah berkiprah sejak 30 tahun lalu, juga menggelar kampanye penyadaran, dalam bentuk himbauan simpatik dalam bentuk spanduk, brosur, dan aksi teaterikal yang berisi pernyataan, ajakan, dan himbauand alam mengelola dan penggunaan air di Bundaran Hotel Indonesia," katanya.



Penulis: NAL | Editor: Edj

http://sains.kompas.com/read/2010/03/22/20580139/Tinjau.Ulang.Privatisasi.Air

Maleo Terancam Punah

Maleo Terancam Punah
Kamis, 25 Maret 2010 | 09:21 WIB

MANADO, KOMPAS.com — Sejumlah ahli satwa nasional menyatakan prihatin atas menurunnya populasi burung maleo 20 tahun terakhir. Mereka mendesak pemerintah mencegah kepunahan satwa langka itu.

Dalam konferensi internasional mengenai maleo di Tomohon, Sulawesi Utara, Rabu (24/3/2010), sejumlah ahli satwa menyatakan, perlindungan terhadap maleo adalah hal mendesak mengingat maraknya perburuan maleo oleh masyarakat.

John Tasirin, Ketua Kelompok Kerja Maleo di Sulawesi Utara, mengatakan, maleo tergolong satwa liar yang endemik (hanya hidup di suatu lokasi tertentu saja) di dataran Sulawesi, lebih khusus di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. "Perlu ada tindakan tegas kepada orang yang berburu maleo," ujar John.

Populasi maleo turun drastis dalam beberapa dekade terakhir dari sekitar 25.000 menjadi kurang dari 14.000 ekor. Aktivitas pengumpulan telur adalah penyebab utamanya dan ini mengakibatkan menghilangnya maleo dari sejumlah tempat di Sulawesi. Sekarang, maleo dikategorikan "terancam punah" (endangered).

Maleo hidup di hutan hujan tropis Sulawesi dan menimbun telurnya di tanah yang hangat atau di pantai yang terpapar panas matahari. Masyarakat lokal mengumpulkan telur untuk dikonsumsi, diperdagangkan, dan dijadikan cendera mata.

Daerah sebaran yang terbatas dan perilaku peneluran yang unik menjadikan maleo simbol satwa liar Sulawesi. Gambar dan kata maleo telah menghiasi prangko, kartu telepon, nama jalan, nama perusahaan, bahkan nama mobil nasional. Saat ini, maleo telah menjadi target wisata utama para pencinta satwa dan alam liar.

John mengatakan, ancaman kepunahan maleo didengungkan pertama kali pada 1949. Hal itu dilanjutkan dan dipertegas dalam program konservasi maleo pada 1978 di Panua (Gorontalo), di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara) tahun 1985, dan kemudian di Taman Nasional Lore Lindu (Sulawesi Tengah) 1990.

Tahun ini, Kelompok Kerja Maleo Indonesia berinisiatif melaksanakan Konferensi Internasional Maleo yang pertama untuk memberikan landasan pengelolaan konservasi maleo bagi lembaga swadaya masyarakat, badan pemerintah, dan masyarakat luas. Konferensi ini merupakan upaya diseminasi 25 tahun konservasi maleo di dunia. (zal)

Editor: wsn | Sumber : Kompas Cetak