Minggu, 27 Maret 2011

Radiasi Jepang 10 Ribu Kali Batas Normal

Radiasi Jepang 10 Ribu Kali Batas Normal
Pekerja yang berjuang menstabilkan sistem reaktor di Fukushima sungguh bertaruh nyawa.
SABTU, 26 MARET 2011, 16:42 WIB
Pipiet Tri Noorastuti

VIVAnews - Kebocoran reaktor nuklir di provinsi (prefektur) Fukushima Daiichi, Jepang, masih menjadi ancaman serius. Tingkat radiasi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir itu bahkan telah mencapai 10 ribu kali dari batas normal.

Seperti dikutip dari laman Telegraph, kondisi itu meningkatkan kekhawatiran terjadinya kebocoran pipa baja dan beton penahan di sekitar reaktor.

Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, mengatakan, pekerja yang berjuang menstabilkan sistem reaktor di Fukushima sungguh bertaruh nyawa. "Situasi Fukushima Daiichi saat ini masih sangat serius dan kita harus tetap waspada," katanya.

Pejabat Jepang mengatakan perlunya penyelidikan lebih lanjut untuk menjelaskan bagaimana genangan air yang dilintasi tiga pekerja saat sedang mengganti kabel di reaktor nomor 3 bisa tercemar iodine, caesium, dan cobalt dengan kadar 10 ribu kali dari ambang batas normal.

"Saat ini, data pemantauan kami menunjukkan reaktor nomor 3 masih mempertahankan fungsi penahanan tertentu, tetapi kemungkinan besar telah rusak," kata Hidehiko Nishiyama, juru bicara badan nuklir Jepang.

Potensi kerusakan baja penahan di reaktor nomor 3 itu memicu keprihatinan dan kecemasan baru. Namun belakangan, pejabat pemerintah menjelaskan bahwa peningkatan tingkat radiasi yang melambung itu akibat kebocoran pada ventilasi reaktor.

Sebanyak 700 pekerja yang terdiri dari pakar nuklir, teknisi, dan pemadam kebaran, masih berjuang untuk menstabilkan kondisi enam reaktor nuklir di PLTN yang rusak parah akibat gempa 9 Skala Richter dan tsunami pada 11 Maret otu.

Tiga pekerja yang terluka menambah jumlah pekerja yang menjadi korban menjadi 17 orang. Mereka terpapar lebih 100 millisieverts radiasi di pabrik, tingkat eksposur tahunan yang sudah berpotensi memicu kanker.

Dampak kebocoran radiasi juga telah menyasar ke sejumlah produk makanan dan air. "Bencana nuklir ini telah mengakibatkan polusi serius terhadap makanan lokal dan produk pertanian," kata pejabat badan karantina China, yang tengah meningkatkan pengawasan pada produk impor asal Jepang.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar