Kamis, 31 Maret 2011

AS Temukan Radioktif di Susu Asal Jepang

AS Temukan Radioktif di Susu Asal Jepang
Pencemaran diduga berasal dari rumput yang dimakan oleh sapi.
KAMIS, 31 MARET 2011, 11:18 WIB
Denny Armandhanu

VIVAnews - Kandungan radioaktif iodine 131 ditemukan di produk susu asal Jepang yang dipasarkan di Amerika Serikat. Namun, kadar radiasi pada susu tersebut masih dalam taraf yang aman untuk dikonsumsi.

Seperti dimuat di laman The New York Times, Rabu, 30 Maret 2011, Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan iodine 131 dalam kadar kecil pada susu segar yang diproduksi 25 Maret lalu.

Pengukuran yang digunakan oleh badan ini menggunakan satuan pico-curies per liter, dan ditemukan kadar radiasi dengan jumlah 0,8 pico-curies per liter dalam produk susu tersebut. Angka ini masih tergolong sangat kecil, perlu 5.000 kali lipat tingkat radiasi lagi untuk Badan Obat dan Makanan AS menerapkan larangan distribusi.

"Temuan seperti ini akan dialami lagi dalam beberapa hari, namun masih jauh dari mempengaruhi kesehatan publik, termasuk kesehatan balita dan anak-anak," ujar pernyataan Badan perlindungan Lingkungan.

Tingkat iodine 131 yang mencemari udara dapat segera menipis, namun jika iodine mencemari rumput yang dimakan sapi lain lagi ceritanya.

Rumput yang dimakan sapi dilaporkan dapat mencemari susu hingga mengandung 1.000 pico-curies. Tapi ini hanya berlaku untuk susu segar, sementara produk olahan susu lainnya, seperti keju atau yogurt kemungkinan aman dari bahaya iodine, sebab sudah terurai.

Iodine 131 merupakan partikel beta menyerupai partikel elektron. Tidak terlalu bebahaya jika berada di luar tubuh manusia. Menjadi masalah besar jika zat ini tertelan atau masuk ke dalam tubuh.

Kasus terparah terjadi pada krisis nuklir Chernobyl pada 1986. Banyak dari warga di sekitar PLTN mengalami kanker tiroid, terutama anak-anak. (umi)

• VIVAnews

Jepang Menyerah, PLTN Akan Dinonaktifkan

Jepang Menyerah, PLTN Akan Dinonaktifkan
Keputusan diambil di tengah situasi yang tidak kunjung membaik di PLTN Fukushima Daiichi.
KAMIS, 31 MARET 2011, 13:41 WIB
Denny Armandhanu

VIVAnews - Pemerintah Jepang dan Tokyo Electronic Power Co (Tepco) mengatakan bahwa krisis di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi sudah tidak bisa ditanggulangi lagi. Untuk itu, empat reaktor di PLTN tersebut akan segera dinonaktifkan dan diabaikan.

Seperti dikutip dari laman The Guardian, Kamis, 31 Maret 2011, Direktur Tepco, Tsunehira Katsumata, mengatakan bahwa empat reaktor nuklir yang bermasalah di PLTN tersebut akan diabaikan karena usaha yang mereka lakukan tidak juga membuahkan hasil.

Jika tetap dilanjutkan, usaha akan memakan waktu hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, dengan tidak adanya kepastian situasi akan kembali normal. Katsumata mengatakan bahwa tidak ada pilihan lain selain mengabaikan dan menonaktifkan reaktor unit satu sampai empat di PLTN tersebut.

Penonaktifan dan pengabaian akan dilakukan pada empat unit reaktor, namun reaktor unit lima dan enam tetap akan beroperasi. Kedua reaktor yang terletak terpisah dari empat unit reaktor lainnya tersebut dilaporkan tidak mengalami kerusakan, karena tidak beroperasi saat gempa bumi dan tsunami terjadi 11 Maret lalu.

Namun, niatan untuk mempertahankan dua reaktor ini ditentang oleh pemerintah. Juru bicara pemerintah Yukio Edano, mengatakan bahwa semua reaktor di PLTN yang telah berusia 40 tahun itu akan dinonaktifkan. "Keputusan ini sangat jelas, melihat situasi yang berkembang saat ini," ujar Edano.

Belum dipastikan kapan penonaktifan ini akan dilakukan oleh pemerintah maupun oleh Tepco.

Keputusan penonaktifan diambil di tengah situasi yang semakin memburuk di PLTN tersebut. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan adanya perluasan cakupan radiasi hingga sejauh 40 kilometer. IAEA juga melihat adanya peningkatan tingkat radiasi pada air laut di sekitar PLTN.

Badan Keamanan Nuklir dan Industri Jepang (NISA) mengatakan per Kamis ini, tingkat radioaktif di laut sekitar PLTN mencapai 4.385 kali lebih tinggi dari pada batas normal. Angka ini meningkat setelah sebelumnya pada Rabu radioaktif terdeteksi 3.355 kali lipat lebih tinggi dari batas normal. (art)

• VIVAnews

Rabu, 30 Maret 2011

Jutaan Ubur-Ubur Raksasa Serbu Jepang

Jumat, 25 Maret 2011 18:02 WIB

Jutaan Ubur-Ubur Raksasa Serbu Jepang

Jutaan Ubur-Ubur Raksasa Serbu JepangWartaNews-Tokyo - Jutaan ubur-ubur berukuran sekitar dua meter dan berat 200 kg, berkumpul di lepas pantai barat Jepang akibat peningkatan suhu laut dan penurunan predator alami.

Ubur-ubur Nomura adalah salah satu spesies makhluk terbesar di dunia. Pada musim gugur tahun 2009 lalu, sebuah perahu nelayan berbobot mati 10 ton tenggelam saat para waknya mencoba menaikkan jaring berisi puluhan makhluk itu.

Meningkatnya jumlah ubur-ubur telah direkam di Laut Jepang sejak tahun 2002. Para ahli mengatakan ledakan populasinya dalam beberapa tahun terakhir ini disebabkan oleh peningkatan suhu sebesar 1,89 derajat Fahrenheit di perairan Cina, kondisi yang lebih menguntungkan untuk berkembang biak.

Menurut Profesor Shinichi Uye, ahli ubur-ubur di Graduate School of Biosphere Science Hiroshima University, ubur-ubur akan berkumpul dalam jumlah amat besar setiap 40 tahun atau lebih. Namun kini siklus tersebut nampaknya tidak berlaku lagi.

Pasalnya, perairan Jepang diserbu ubur-ubur dengan jumlah hampir sama pada musim panas tahun 2005. Mereka merusak jaring, menyambut umpan dengan sengatan beracun dan bahkan melukai nelayan. Pada tahun 2007, terdapat 15.500 laporan kerusakan peralatan penangkapan ikan yang disebabkan oleh makhluk itu.

Pada bulan November 2009, tiga orang awak kapal Daisan Shinsho-maru beruntung berhasil melarikan diri ketika kapal mereka terbalik saat berusaha mengangkut jaring berisi puluhan ubur-ubur itu.

Faktor lain peningkatan populasinya adalah penurunan jumlah predator, yang meliputi penyu laut dan jenis ikan tertentu. (*/dar)

http://www.wartanews.com/read/Techno/5f5b16f7-4d9c-9fb0-bef2-ac5b7579dc94/Jutaan-Ubur-Ubur-Raksasa-Serbu-Jepang

BPOM Siap Rilis Makanan Jepang Kena Radiasi

BPOM Siap Rilis Makanan Jepang Kena Radiasi
Saat ini, BPOM sedang berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait.
RABU, 30 MARET 2011, 11:16 WIB
Antique

VIVAnews - Badan Pengawas Obat dan Makanan berjanji akan membuat pengumuman jika ada produk makanan impor yang tercemar radiasi Kebocoran reaktor nuklir di Fukushima, Jepang, akibat gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu.

Saat ini, BPOM sedang berkoordinasi dengan Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta lembaga terkait lainnya.

"Kita pasti akan umumkan, bila ada produk makanan impor dari Jepang yang tercemar saat masuk ke Indonesia," ujar Kepala BPOM, Kustantinah
saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Rabu 30 Maret 2011.

Untuk itu, Kustantinah menuturkan, BPOM terus melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait seperti Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Tenaga Nuklir Nasional, maupun Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang ikut mengawasi masuknya bahan makanan impor dari negara Sakura.

Namun, ia mengatakan hingga saat ini, pihaknya maupun kementerian dan lembaga terkait tersebut belum menemukan adanya makanan yang diimpor dari Jepang terkena radiasi kebocoran reaktor nuklir di Fukushima. "Jadi, masih aman," kata Kustantinah.

Kustantinah melanjutkan, hingga saat ini belum ada pengapalan makanan pangan olahan dari Jepang yang masuk ke Indonesia setelah tanggal 11 Maret 2011. "Kalau ada, pastinya pihak Bea dan Cukai akan meminta surat keterangan impor dari BPOM," ujarnya.

Selain itu, dia menambahkan, dari Badan Karantina Kementerian Pertanian juga belum melaporkan adanya pangan segar seperti sayur dan daging segar yang diimpor dari Jepang tercemar radiasi nuklir Fukushima. "Begitu juga untuk ikan dan makanan laut dari Jepang, yang dilaporkan Badan Karantina Kementerian Kelautan dan Perikanan," kata Kustantinah.

Sebelumnya, untuk mengantisipasi makanan yang dikirim sesudah bencana kebocoran, 11 Maret, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan sudah meminta agar makanan impor Jepang harus dilengkapi sertifikasi bebas radiasi dan kontaminasi zat radioaktif. "Sertifikasi itu dikeluarkan otoritas yang berwenang di Jepang," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih beberapa waktu lalu.

Hal itu juga berlaku pada jenis pangan segar asal Jepang yang ada di Indonesia. "Semua yang masuk sesudah tanggal 11 harus sudah ada surat sertifikasi bebas radiasi," tuturnya. (umi)

• VIVAnews

Ini Kerasnya Hidup Para Samurai Nuklir Jepang

Ini Kerasnya Hidup Para Samurai Nuklir Jepang
Mereka harus hidup di tengah radiasi tinggi. Membawa beban tragedi yang sangat berat.
RABU, 30 MARET 2011, 10:38 WIB
Elin Yunita Kristanti

VIVAnews -- Berjuang sampai akhir, itu tekad para pekerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai-Ichi yang kini sedang bertaruh nyawa mengatasi krisis nuklir.

Kehidupan para 'samurai nuklir' -- demikian mereka dikenal pabrik, jauh dari nyaman. Mereka tidur di mana pun mereka menemukan tempat kosong -- di ruang rapat, koridor, bahkan di tangga -- di atas tikar bertimbal antiradiasi, dengan selembar selimut, tanpa bantal.

Setiap hari mereka hanya makan dua kali -- 30 biskuit dan jus sayuran untuk sarapan, dan makanan kaleng untuk makan malam. Tidak ada cukup air untuk mandi, para pekerja harus menggunakan tisu basah untuk membersihkan diri.

Inilah kondisi hidup para pekerja di dalam PLTN Fukushima yang lumpuh. Mereka yang rela hidup di tengah radiasi tingkat tinggi demi menyelamatkan Jepang, diakui sebagai pahlawan. Tak hanya oleh masyarakat Jepang, juga oleh dunia. Namun, hingga kini, hanya sedikit informasi yang diketahui soal rutinitas para pekerja.

Selasa lalu, inspektur keselamatan, Kazuma Yokota, yang sempat tinggal lima hari di dalam PLTN, kepada CNN, menceritakan penderitaan 400 pekerja yang tinggal di sebuah gedung yang berjarak sekitar 1 kilometer dari reaktor nomor 1. Padahal, pemerintah Jepang telah memerintahkan evakuasi terhadap siapapun yang tinggal dalam radius 20 kilometer dari reaktor.

"Para pekerja nampak lelah," kata Yokota, seperti dimuat CNN, 29 Maret 2011. Mereka sedang berusaha keras menghubungkan kabel-kabel elektrik, memperbaiki panel instrumen, dan memompa ke luar air radioaktif.

Para pekerja bekerja bergantian, tiga hari di dalam PLTN. Pekerjaan dimulai pukul 08.00 dan berakhir 12 jam kemudian.

Mereka bekerja dengan beban tragedi masing-masing akibat gempa dan tsunami 11 Maret 2011 lalu. "Orang tuaku tersapu gelombang tsunami, sampai sekarang aku tak tahu keberadaan mereka," kata salah seorang pekerja dalam sebuah surat elektronik yang diverifikasi otentik oleh Tokyo Electric Power Co, yang mengelola PLTN Fukushima.

Tapi, tambah dia, menangis tidak ada gunanya. "Kalaupun mereka masuk neraka, apa yang bisa kita lakukan adalah berusaha memasukkan ke surga," katanya.

Meski bekerja dalam kondisi sulit, para pekerja di dalam PLTN Fukushima adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan yang dituntut untuk pekerjaan berisiko tinggi seperti ini. Tak ada yang jatuh semangatnya, mereka tak menunjukkan tanda-tanda menyerah.

Pujian pada para pekerja sebelumnya diungkapkan Sekretaris Kabinet, Yukio Edano. "Para pekerja mempertaruhkan nyawa di bawah kondisi berbahaya dan keras. Bagi saya, mereka sangat terhormat."

Sampai saat itu, mereka akan terus bertindak pahlawan yang namanya tak dikenal. Identitas mereka sengaja ditutup. Namun, mereka adalah satu-satunya harapan Jepang untuk mencegah bencana nuklir yang lebih dahsyat.

• VIVAnews

Radioaktif Jepang Bisa Sampai Indonesia?

Radioaktif Jepang Bisa Sampai Indonesia?
Indonesia berada di sebelah selatan Jepang dan berjarak lebih dari 4.000 km.
RABU, 30 MARET 2011, 07:02 WIB
Arry Anggadha, Febry Abbdinnah

VIVAnews - Masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir akan adanya radiasi nuklir Jepang. Pasalnya arah angin tidak berhembus ke arah Indonesia melainkan ke arah timur Jepang.

"Kecil kemungkinannya Indonesia terkena radiasi dari Jepang karena angin tidak mengarah kepada kita," kata Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG, Kukuh Ribudiyanto, saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 29 Maret 2011 malam.

Indonesia yang berada di sebelah selatan Jepang dan berjarak lebih dari 4.000 km tidak akan terkena radiasi tersebut karena pada bulan ini angin berhembus ke arah timur. Sedangkan pada bulan April, angin akan berhembus dari Australia melalui Indonesia ke arah China.

Kukuh pun menegaskan bahwa posisi Indonesia yang membelakangi Jepang membuat Indonesia aman dari radiasi. Masyarakat dihimbau untuk tidak lagi khawatir dengan dampak radiasi nuklir Jepang yang menyebar ke beberapa negara.

Seperti yang telah diketahui terdapat tiga negara tetangga Jepang yang terkena radiasi yakni Filipina, China dan Korea Selatan. Hal ini dideteksi dari adanya partikel-partikel nuklir di udara.

• VIVAnews