| Kepulan asap abu dari letusan gunung di Eyjafjallajokull, Islandia (AP Photo/Brynjar Gauti) |
|
VIVAnews - Letusan gunung di kawasan gletser Eyjafjallajokull, Islandia, Rabu lalu telah menimbulkan masalah bagi warga di mancanegara. Kepulan asap abu dari letusan itu hingga akhir pekan ini menyebabkan jadwal penerbangan komersil dibatalkan di banyak negara, sebagian besar di kawasan Eropa.
Akibatnya, banyak warga dunia terpaksa menangguhkan rutinitas maupun rencana yang sudah mereka buat. Seorang ibu di Rumania, Nancy Price, khawatir tidak bisa menghadiri pernikahan putra mereka di Texas, Amerika Serikat (AS). Nancy, yang merupakan warga Amerika, tadinya dijadwalkan terbang dari Bukares menuju Munich (Jerman) sebelum akhirnya menuju AS untuk menghadiri ibadah pernikahan putranya, yang berlangsung hari Sabtu.
Situasi pun tambah runyam karena pendeta yang bakal memimpin ibadah pernikahan putra Nancy ternyata juga sedang berada di Inggris, yang juga menerapkan larangan terbang akibat asap abu. "Bagaimanapun juga kami tetap berkemas-kemas," kata si pendeta, Bert Clayton.
Selain itu, para pasien di Nigeria masih menunggu datangnya tim dokter yang akan merawat mereka. Pasalnya, tim beranggotakan 30 dokter yang bertolak dari AS direncanakan singgah di Bandara Frankfurt, Jerman, sebelum meneruskan perjalanan ke Nigeria. Namun, otoritas di Bandara Frankfurt masih menutup semua layanan penerbangan.
Para pelaku industri penerbangan pun merugi ratusan juta dolar setiap hari karena ribuan pesawat yang seharusnya telah mengangkut jutaan penumpang dalam tiga hari terakhir tidak kunjung berangkat karena asap abu yang gentayangan di langit bisa membahayakan jiwa mereka.
Tidak hanya mengangkut penumpang, banyak pesawat juga rutin membawa barang-barang dagangan yang menjadi lahan penghidupan banyak pebisnis. Seorang tukang bunga di New York pun resah menanti pasokan barang dari Belanda yang belum datang.
Padahal, pedagang itu sudah menerima banyak pesanan bunga untuk menjadi hiasan berbagai pesta di akhir pekan. "Kami harap situasi ini tidak berlangsung terlalu lama," kata Andrew D'Amore, pedagang toko kembang Fischer and Page.
David Pilat, pedagang ikan di Whole Foods Market di New York, juga khawatir bahwa kiriman ikan salom dari Eropa bakal terlambat datang. Pasalnya, selama ini dia mengandalkan layanan kargo lewat udara. (Associated Press/umi)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar