SEBANGA, KOMPAS.com — Suaka Margasatwa Balai Raja di Desa Sebanga, Duri, Riau, lenyap. Kawasan hutan seluas 16.000 hektar yang pada awal 1990-an ditetapkan sebagai areal konservasi gajah itu kini hampir tidak ada lagi karena sudah menjadi perkebunan kelapa sawit.
Saat Kompas berkunjung ke Pusat Latihan Gajah (PLG) di Sebanga, Duri, yang berjarak 125 kilometer dari Pekanbaru, Sabtu (3/4/2010), kawasan yang masuk dalam Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja itu hanya tersisa sekitar 50 hektar. Lahan itu pun sudah diklaim sebagai kepunyaan warga.
PLG Sebanga pada Juni 1992 disahkan Gubernur Riau sebagai kawasan konservasi gajah seluas 5.873 hektar. PLG merupakan satu kesatuan kawasan dengan SM Balai Raja. PLG dibuat untuk tempat melatih gajah, sementara SM Balai Raja lebih diperuntukkan sebagai lahan relokasi gajah yang saat itu mulai memasuki permukiman penduduk, seperti di Desa Petani, Desa Balai Makam, dan Pangkalan Pudu, yang tidak jauh dari Sebanga.
Saat ini seluruh SM Balai Raja sudah hilang, sementara kawanan gajah tidak jadi direlokasi dan masih sering masuk permukiman penduduk.
Kawanan gajah liar saat ini kerap berkeliaran di Desa Petani, Desa Balai Makam, dan Pangkalan Pudu. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau tak mampu merelokasi gajah-gajah itu karena lokasi relokasi tidak ada lagi.
Menurut Herman Aruan, mantan pawang gajah yang masih bermukim di PLG Sebanga, sisa hutan yang 50 hektar pun tidak layak disebut hutan. Lahan itu berupa semak belukar dari rawa-rawa yang ada di sekeliling kawasan PLG. ”Kalau saja rawa-rawa itu berupa tanah keras, niscaya kawasan itu sudah lenyap seluruhnya,” katanya.
Kawasan perumahan pegawai PLG pun kini sudah ditanami kelapa sawit. Di lapangan, lahan yang tersisa hanyalah tempat bermain gajah seluas sekitar 2 hektar. ”Kami tidak berani mengungkit kepemilikan kelapa sawit di kawasan ini. Kami hanya bekerja sebagai pawang gajah. Lebih baik kami bekerja mengurus gajah daripada berkelahi dengan pemilik kelapa sawit,” ujar Irwansyah, pawang gajah senior.
Irwansyah menyebutkan, gajah di PLG Sebanga saat ini tinggal tujuh ekor.
Lintasan gajah
Syafriwan, Ketua RT 06 RW 10, Desa Petani, mengungkapkan, desanya adalah daerah lintasan gajah sepanjang tahun. Jumlah gajah itu diperkirakan 40 ekor sampai 45 ekor.
Gajah-gajah itu memiliki rute lintasan perjalanan tetap sepanjang tahun. Perjalanan gerombolan hewan bertubuh tambun tersebut biasanya dimulai dari Pelapit Aman di Pangkalan Pudu menuju Tegar. Setelah itu, kawanan tersebut akan kembali lagi ke Pelapit Aman. Perjalanan seperti itu terus berulang setiap tahun.
”Kami sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mengusir gajah-gajah itu. Jika hewan-hewan itu masuk desa kami, kebun dan rumah pasti dirusak. Kami tidak mampu melawan, sementara pemerintah hanya diam. Kalau kami membunuh gajah itu, kami juga dikejar-kejar polisi,” ucap Syafriwan.
”Mengapa kalau gajah-gajah itu yang menyerang kami sehingga kehilangan harta dan nyawa, pemerintah hanya diam?” tanya Syafriwan. (SAH)
http://sains.kompas.com/read/2010/04/05/09294633/Suaka.Margasatwa.Balai.Raja.Lenyap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar