Minggu, 18 April 2010

Pilot Inggris Kenang Insiden Galunggung 1982

Pilot Inggris Kenang Insiden Galunggung 1982
Pensiunan pilot di Inggris mendukung larangan terbang saat abu masih menyelimuti langit
SABTU, 17 APRIL 2010, 13:47 WIB
Renne R.A Kawilarang
Pesawat Qantas lepas landas meninggalkan British Airways (AP Photo/Mark Baker)

VIVAnews - Larangan terbang di sejumlah negara Eropa akibat pergerakan gumpalan asap abu dari ledakan gunung di Islandia dalam beberapa hari terakhir membawa Eric Moody kepada kenangan lama saat masih aktif menjadi pilot. Pasalnya, dia pernah mengalami bahayanya terbang di langit yang penuh abu.

Itulah sebabnya Moody mendukung larangan terbang saat abu masih menyelimuti langit. Selain mengganggu pandangan pilot, abu dari letusan gunung itu bisa membuat mesin pesawat mati mendadak di tengah penerbangan.

Kepada stasiun televisi
CNN, Moody teringat saat menerbangkan pesawat British Airways dari Inggris menuju Australia pada 24 Juni 1982. Moody tidak mengetahui bahwa pada saat itu terjadi letusan Gunung Galunggung ketika pesawat British Airways, dengan nomor penerbangan 9, berada di langit Jawa Barat, Indonesia.

Peristiwa yang tak mengenakkan pun terjadi saat pesawat Boeing 747-200 yang membawa 263 penumpang itu terbang di tengah kepulan asap abu dari letusan gunung. "Empat mesin pesawat semuanya mati," kata Moody, seperti yang dikutip laman CNN, Jumat 16 April 2010. Ketika itu pesawat berada di ketinggian 36.000 kaki (11.000 meter).

Bersama asistennya, Moody sepakat untuk melakukan pendaratan darurat di kota terdekat, yaitu Jakarta. Namun, masalah lain muncul. "Kami saat itu tidak bisa melihat pemandangan di luar lewat kaca depan dan sebagian dari panel elektronik untuk membantu pendaratan darurat tidak jalan," kata Moody melanjutkan.

Sebagai kapten pesawat, Moody pun berupaya tenang kendati semua mesin mati dan sebagian perangkat elektronik tidak berfungsi. Lewat pengeras suara, dia pun meminta semua penumpang bersiap mengalami pendaratan darurat.

"Selamat malam bapak-bapak dan ibu-ibu, di sini Kapten Eric Moody yang berbicara. Kita mengalami sedikit masalah karena empat mesin semuanya tidak berfungsi. Kita sedang berupaya keras untuk mengaktifkan mereka kembali. Saya harap Anda semua tidak terlalu resah," demikian pengumuman Moody yang legendaris itu.

Menurut serial film dokumenter,
Air Emergency: Air Crash Investigation, banyak penumpang saat itu sudah menulis pesan terakhir kepada kerabat. Mereka merasa pengumuman pilot itu pertanda pesawat bakal jatuh.

"Bu, kita lagi ada masalah. Pesawat mau jatuh. Akan berbuat yang terbaik untuk anak-anak. Kami cinta kalian. Maafkan aku, Pak," tulis seorang penumpang, Charles Capewell, dalam pesan untuk orang tuanya yang dia tulis di dompetnya.

Kekhawatiran para penumpang akhirnya tidak terwujud. Di ketinggian 13.000 kaki, tiga mesin pesawat kembali berfungsi. Moody dan asistennya berhasil melakukan pendaratan darurat di Jakarta.

"Saya tidak tahu seberapa tebal abu itu. Tapi yang jelas saya tidak mau berada di dekat hujan abu lagi," kata Moody kepada
CNN mengenai hujan abu kiriman gunung dari Islandia, yang meletus Rabu 14 April 2010 .

Bisa jadi pengalaman yang dialami Moody menjadi pelajaran berharga bagi otoritas penerbangan untuk tidak memaksakan diri menerbangkan pesawat di tengah hujan abu.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar