Sabtu, 24 April 2010

Kuda-kuda di Gili Trawangan yang Hidup Sengsara

Sabtu, 24/04/2010 06:30 WIB
Kuda-kuda di Gili Trawangan yang Hidup Sengsara
Reza Yunanto - detikNews

Foto: Ilustrasi
Jakarta - Kuda-kuda yang digunakan sebagai alat transportasi di Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat hidup dalam kondisi memprihatinkan. Kuda-kuda tersebut tidak mendapatkan perawatan yang baik. Kondisi demikian pun mengundang kritik para wisatawan asing yang mengunjungi salah satu pulau tujuan wisata itu.

Jumlah kunjungan wisatawan ke kepulauan yang terdiri dari tiga pulau yakni Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air itu terancam menurun jika pemerintah tidak segera menyikapi.

Organisasi Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengaku pada tahun lalu menerima banyak komplain dari para wisatawan tentang perlakuan buruk terhadap kuda yang menjadi satu-satunya alat transportasi di Kepulauan Gili. Hal yang sama juga didapatkan People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) yang menyebut Kuda-kuda yang harus tinggal dan bekerja di pulau-pulau menjalani hidup sengsara.

Karena banyaknya komplain itulah kemudian JAAN memutuskan untuk melakukan survei guna mengetahui kondisi kehidupan kuda-kuda di Gili Trawangan.

"Karena jumlah dan tingkat keparahan komplain itu mengejutkan, JAAN memutuskan untuk melakukan survey awal April 2010," demikian rilis JAAN, Sabtu (24/4/2010).

Hasil Survey pun menemukan kondisi yang menyedihkan. Kuda-kuda di Gili Trawangan terpaksa bekerja berjam-jam tanpa batas berat. Kuda tidak mendapat tempat perlindungan dari matahari selama jam kerja. Tidak ada dokter hewan dan tidak ada tukang besi di pulau tersebut.

Beberapa pemilik tidak memotong kuku kudanya menjadi lebih baik dan ini menyebabkan sebuah kondisi yang sangat menyakitkan bagi kuda karena harus menempatkan begitu banyak berat pada kaki mereka.

Yang menyedihkan, kuda-kuda di Gili Trawangan disediakan air asin dari sumur saja. Para pemilik kuda tidak membeli air bersih untuk kuda-kuda mereka.

"Masa hidup rata-rata kuda di Gili Trawangan hanya 3 tahun saja, sementara kuda biasanya dapat mencapai usia empat puluh tahun lebih. Pemilik kuda menggunakan terapi kuno dan mengerikan untuk kuda yang sakit-sakitan," lanjut JAAN dalam rilisnya.

Kondisi menyedihkan kuda-kuda di Gili Trawangan itu membuat turis yang berkunjung mengakhiri liburan mereka karena melihat perlakuan tidak manusiawi terhadap kuda-kuda itu. Jika ini dibiarkan saja, akan berdampak negatif pada pariwisata Gili tersebut ketika para turis memilih menghabiskan dolar mereka di tujuan wisata lainnya.

Kementerian Pariwisata diminta segera bertindak atas kondisi ini jika tidak ingin kehilangan kunjungan turis.

"Jumlah pengunjung di Gili Trawangan akan berkurang jika tidak ada tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi kuda-kuda. Pemerintah daerah seyogyanya menegakkan suatu Standar Operasional Prosedur untuk semua pemilik kuda tentang manajemen dan perawatan," harap JAAN.
(Rez/Rez)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar