SURABAYA POST – Aktivitas Gunung Bromo sepekan terakhir terus menunjukkan peningkatan. Rabu (29/12) malam, gunung ini kembali memuntahkan abu disertai batu pijar. Bahkan, suara menggelar membuat 60 warga Ngadirejo mengungsi ke kantor Kecamatan Sukapura.
Kekhawatiran juga mulai menghantui dukun-dukun Tengger sehingga melakukan penjagaan sejak Kamis (30/12) dini hari tadi. Namun, Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status tetap siaga, karena lontaran materi vulkanik hanya sampai bibir kawah.
"Mulai sekarang warga bersama para dukun dan perangkat desa berjaga-jaga, Gunung Bromo meletus lebih besar dibanding petang tadi," kata Ketua Dukun Suku Tengger, Mujono, tadi pagi.
Dia menambahkan, sekarang warga bersama tokoh masyarakat melakukan ronda malam untuk antisipasi. Sehingga bila ada bahaya besar mengancam segera melakukan pengungsian.
"Sudah saya imbau pada para dukun untuk mengungsi bila Bromo mengancam warga," tutur pria yang tinggal di Desa Ngadas itu.
Sementara, Camat Sukapura, Hudan Syarifuddin mengatakan pihaknya terus mengimbau kepada warga untuk mengungsi sesuai rekomendasi PVMBG. Namun, banyak warga masih enggan mengungsi dan menganggap situasi masih aman.
"Saya sudah melakukan imbauan bersama relawan, polisi dan TNI untuk mengungsi, karena mereka sulit diajak, kami bilang jika tidak merasa aman untuk cepat mengungsi Posko Pengungsian di Kecamatan Sukapura," ungkapnya.
Terpisah, Kapolsek Sukapura, AKP Wijaya Kusuma membenarkan adanya gelombang pengungsi tadi malam. Tapi pagi tadi beberapa orang telah kembali ke rumah masing-masing.
Warga Ngadirejo yang mengaku ketakutan mendengar suara gemuruh disertai guncangan gempa itu rumahnya rata-rata berjarak sekitar 5 Km dari kawah Gunung Bromo. Anehnya, ratusan warga Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari yang berjarak sekitar 3,5 Km dari kawah Bromo malah tidak mengungsi.
”Saat ada suara gemuruh tidak ada warga yang mengungsi. Justru warga bergerombol di dekat Hotel Cemoro Indah untuk menyaksikan kawah Bromo,” ujar Santoso, warga Dusun Cemorolawang. Dikatakan saat itu di kawah terlihat asap tebal disertai warna kemerahan.
Santoso menceritakan, Rabu (29/12) aktivitas Bromo sudah menunjukkan peningkatan. ”Siang hari gemuruh sekitar satu jam, kemudian malam harinya sekitar 15 menit,” ujarnya.
Pos Pengamatan Gunung Bromo sendiri melaporkan, Rabu sejak pukul 12.00-18.00 asap Bromo berwarna coklat keabu-abuan menyembur dengan tekanan sedang-kuat, setinggi 1.000-1.200 meter ke arah timur, terkadang timur laut.
Pada pukul 17.09 getaran gempa dirasakan sejumlah petugas di pos masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) di Cemorolawang. ”Muncul suara gemuruh hingga pukul 18.04 selama 55 menit,” ujar Mulyono, petugas Pos Pengamatan Gunung Bromo.
Saat itu semburan asap Bromo pun melesat tinggi hingga 1.500 meter. Awalnya asapnya berwarna putih kemudian berangsur-angsur menjadi kecoklatan. ”Pada pukul 18.02 muncul lontaran lava pijar yang jatuh di kaldera atau Laut Pasir Bromo,” ujarnya.
Gunung Bromo juga masih mengalami gempa tremor terus-menerus maksimal 15-35 mm. Sejak pukul 17.00 ada gempa letusan dengan aplitudo 40 mm dan lama gempa 9.521 detik. “Status Bromo tetap Siaga sejak diturunkan dari Awas, 6 Desember lalu,” ujarnya.
Sementara kondisi pagi ini, Bromo masih tetap stabil tinggi. “ Masih tetap erupsi tinggi," kata petugas pos pantau di Desa Ngadisari, Sikapura, Probolinggo, Ahmad Subhan.
Dia menambahkan, Bromo masih mengeluarkan abu deras. "Ibu-ibu dan anak-anak yang terkena dampak, diharapkan mengungsi dulu sampai abu mereda," ujar Ahmad.
941 Ha Hutan Rusak
Dampak abu vulkanik Gunung Bromo semakin meluas. Diprediksi kawasan hutan seluas 941 hektar pun, menurut catatan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTNBTS) rusak akibat abu vulkanik Bromo.
‘’Debu vulkanik Bromo itu dampaknya semakin meluas. Kawasan hutan yang rusak tidka hanya di Probolinggo dan Pasuruan. Namun, daerah lain sekitar Bromo seperti Lumajang dan Malang juga banyak,’’ kata Humas BTNBTS, Nova Elina.
Berdasarkan prediksi BTNBTS yang berkantor di Malang ini, khusus untuk wilayah Probolinggo ada sekitar 150 hektar lahan hutan yang rusak. Sedangkan hutan yang ada di kawasan Pasuruan lebih banyak lagi, yakni sekitar 791 hektar. Sehingga, total lahan hutan yang rusak itu sekitar 941 hektar.
Untuk lahan pertanian, sedikitnya 12 desa gagal panen. Dari hasil identifikasi tim tanggap darurat kerugian mencapai angka Rp 28 miliar.
Tanaman yang rusak adalah jagung, wortel, kubis, tomat, dan kentang. Tak hanya tanaman yang terganggu, hewan ternak warga di dekat gunung eksotik itu juga terkena dampak. Jumlah hewan ternak yang terpaksa diungsikan mencapai angka 4 ribu ekor.
"Untuk hewan ternak kita lakukan pendataan dan identifikasi sebagai data agar dalam penjualan ternak nantinya bisa dipastikan warga mendapatkan keuntungan," kata Petugas Tim Tanggap Darurat, Hendro
Di antara 12 desa di Kecamatan Sukapura, Probolinggo yang dekat dengan gunung itu, Desa Ngadirejo paling parah terkena dampak guyuran abu yang disertai pasir. Desa Ngadirejo berjarak 5 kilometerdari kawah Bromo dan berada di bukit yang paling tinggi di kawasan itu.
Ikhsan Mahmudi
• VIVAnews
http://jatim.vivanews.com/news/read/196632-bromo-menggelegar--warga-tengger-siaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar