Jumat, 31 Desember 2010

Ternak Mati, Warga Bromo Diimbau Mengungsi

Ternak Mati, Warga Bromo Diimbau Mengungsi
Diduga, ternak-ternak ini mati setelah menyantap rumput yang bercampur abu vulkanik Bromo.
SELASA, 28 DESEMBER 2010, 13:39 WIB
Ita Lismawati F. Malau

SURABAYA POST - Meski Gunung Bromo masih berstatus siaga, Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan kepada masyarakat di sekitarnya untuk mengungsi. Apalagi, ada laporan 20 sapi dan 2 kambing mati akibat abu vulkanis Bromo.

Pemkab Probolinggo pun meminta semua hewan ternak warga Bromo dijual. Pemkab juga memberikan bantuan beras bagi 25.000 kepala keluarga (KK) di tiga kecamatan, Sukapura, Sumber, dan Kuripan. ”Benar, semua pemilik ternak di tiga kecamatan itu harus menjual ternaknya. Hukumnya wajib,” kata Bupati Hasan Aminuddin, Selasa 28 Desember 2010.

Soal penyebab matinya 20 sapi dan 2 kambing, Kepala Dinas Peternakan Probolinggo, Djaeni menduga karena makan rumput yang bercampur abu vulkanis. Sejak Bromo menyemburkan abu vulkanis, sebagian peternak mengaku kesulitan mendapatkan rumput segar. Mereka terpaksa membeli rumput dari kawasan ’bawah’ seperti dari Kecamatan Wonomerto dan Kecamatan Bantaran yang memang relatif bebas dari semburan hujan abu.

Sementara Kepala Bidang Mitigasi Bencana Geologi dari PVMBG, Gede Suantika menjelaskan abu Gunung Bromo sangat berbahaya bagi kesehatan terutama mengganggu pernafasan. "Karena alasan kesehatan inilah warga di sekitar Bromo yang terkena hujan abu dan pasir segera mengungsi, sebab abu Bromo mengganggu pernapasan," katanya.

Rekomendasi mengungsi, lanjut Gede, bukan karena aktivitas gunung Bromo tapi karena bahaya debu terhadap kesehatan. Jarak kawasan rawan bahaya (KRB) sendiri masih sama yakni 2 kilometer dari kawah gunung.

Gede juga menjelaskan, kelompok yang diutamakan untuk mengungsi adalah usia-usia rentan, seperti manula dan balita. Menurut Gede, pihak pemkab Probolinggo sudah menyediakan tempat pengungsian. Namun untuk teknisnya, Bupati Probolinggo, Hasan Aminuddin, sebutnya mengetahui secara detil. Dia juga meminta kepada warga yang atap rumahnya tertimbun abu dan pasir gunung Bromo segera dibersihkan agar tidak roboh.

Sementara dari pengamatan Pos Pantau Gunung Bromo di Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kec Sukapura, tercatat aktivitas gunung kian meningkat.

Sayangnya, rekomendasi tersebut ditolak warga. "Walaupun sudah disampaikan ke masyarakat, tetapi tetap saja ada yang menolak mengungsi. Pohon dan atap juga dibiarkan begitu saja. Soalnya takut kalau abunya dibersihkan nanti Bromo marah lagi. Padahal pihak TNI menawarkan untuk membantu membersihkan terpaan abu, tapi mereka tetap tidak mau," katanya.

Data seismik, gempa tremor terjadi terus menerus dengan amplituda 15 mm hingga 30 mm. Sedangkan semburan asap mencapai 1.200 meter dengan warna kecoklatan bergerak ke arah timur laut, sedangkan gempa vulkanik masih nihil.

Pakar vulkanologi dan mitigasi bencana asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Amien Widodo juga mendesak agar Pemda setempat dan Pemprov Jatim segera melakukan evakuasi. “Jangan ragu mengungsikan mereka, karena bahaya debu juga besar terhadap kesehatan,” katanya.

Meksi Diakuinya secara vulkanologi peningkatan muntahan abu masih normal. “Jika sudah berubah menjadi hujan batu dan sudah melewati kaldera (kawah pasir) itu sudah harus ditingkatkan menjadi awas,” kata Amien.

Laporan: Ikhsan Mahmudi

http://jatim.vivanews.com/news/read/196174-22-ternak-mati--warga-bromo-diimbau-mengungsi

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar