Rabu, 23 September 2009

Badai Debu Lumpuhkan Sydney

Badai Debu Sempat Lumpuhkan Sydney
RABU, 23 SEPTEMBER 2009 | 12:53 WIB
BRISBANE, KOMPAS.com — Badai debu pekat kemerahan yang menyelimuti wilayah kota metropolitan Sydney dan sekitarnya sejak Selasa malam hingga Rabu (23/9) siang merupakan yang terburuk dalam tujuh tahun terakhir, demikian dikatakan Muhamad Arifin, warga Indonesia yang menetap sekitar tujuh tahun di Sydney.


"Selama sekitar tujuh tahun tinggal di Sydney, baru pertama kali ini badai debunya separah ini. Jarak pandang pendek. Saya perkirakan pagi tadi jarak pandang hanya sekitar 50 sampai 100 meter," kata Muhamad Arifin, yang sehari-hari bekerja di RS War Memorial Sydney ini.

Dampak badai debu yang sempat menghentikan sementara penerbangan di Bandar Udara Sydney itu tidak hanya sempat memperburuk jarak pandang, tetapi juga mengakibatkan dibatalkannya sementara operasi kapal feri dan ditutupnya sementara
tunnel (lorong) jalan raya menuju dalam kota Sydney.

"Saat bangun sekitar pukul 04.00 pagi tadi suasana di luar rumah sangat pekat. Karena
tunnel ditutup dan warna langit memerah dengan jarak pandang hanya sekitar 50 sampai 100 meter, saya putuskan ke kantor dengan KRL," kata Arifin.

Kepekatan badai debu berangsur menurun sejak pukul 13.00 dengan embusan angin yang juga tidak lagi sekencang pagi hari. "Sekarang ini suasana di luar sudah mulai terang, tapi debu masih terasa pekat," katanya.

Namun, Pusat Informasi dan Pelayanan PKS Australia-Selandia Baru (PIP PKS ANZ) ini mengingatkan bahwa dampak badai debu terhadap kesehatan pernapasan baru dirasakan warga dalam beberapa hari lagi.

Sementara itu, badai debu pekat yang menyelimuti kota Sydney dan sekitarnya itu tidak memengaruhi kegiatan pelayanan kantor Konsulat Jenderal RI Sydney.

Konsul Fungsi Kekonsuleran KJRI Sydney Fahmi Jamaludin Malik mengatakan, pihaknya tetap melayani warga Indonesia dan asing yang memerlukan kepengurusan kekonsuleran kendati badai debu merah itu sempat memengaruhi kegiatan penerbangan dan mengurangi jarak pandang.

Kegiatan pelayanan publik di kantor KJRI Sydney tak terpengaruh badai debu ini. "Setelah dua hari tutup karena libur Lebaran, hari ini kita mulai buka. Kita tidak ambil cuti bersama untuk memperlancar pelayanan kepada warga," kata Fahmi.

Fenomena alam ini menjadi obyek liputan langsung sejumlah stasiun televisi utama Australia. Stasiun TV Channel Seven misalnya melaporkan, akibat badai debu merah itu, kegiatan penerbangan di bandara domestik dan internasional Sydney terganggu.

Sejumlah penerbangan dari Bandara Sydney sempat ditunda dan sebagian lagi dialihkan ke Bandara Brisbane, tetapi ibu kota negara bagian Queensland yang juga kota terbesar ketiga Australia itu pun pada Rabu siang tak luput dari serangan badai debu yang membuat langit berwarna oranye disertai embusan angin kencang.

Pakar kesehatan setempat mengimbau warga masyarakat yang rentan terhadap penyakit saluran pernapasan agar tetap tinggal di rumah dan menutup jendela-jendela untuk menghindari masuknya debu ke dalam rumah.


BNJ
Sumber : Antara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar