Hilangkan Trauma, Anak-anak Pengungsi Merapi Nobar Film Kartun
Meylan Fredi Ismawan - detikNews
Sleman - Dalam suasana mengungsi akibat letusan Merapi, anak-anak di posko pengungsian Umbulharjo, Cangkringan mendapatkan hiburan gratis guna menghilangkan ketegangan. Sejumlah relawan memutarkan film kartun untuk mereka.
Memanfaatkan mushola darurat di Posko Umbulharjo, beberapa relawan dari sejumlah ormas Islam memutarkan film kartun untuk anak-anak pengungsi letusan Gunung Merapi. Pemutaran film kartun ini digelar selepas salat Isya, tepatnya sekitar pukul 19.30 WIB.
Anak-anak sendiri sebelum pemutaran film tampak riang. Mereka terlihat 'ketawa-ketiwi' bermain selang air. Di posko Umbulharjo sendiri, anak-anak yang ikut mengungsi jumlahnya cukup banyak.
Pemutaran film ini bertujuan untuk memberi hiburan sekaligus mengurangi trauma mental anak-anak pengungsi korban letusan Merapi. "Kami berharap anak-anak tidak lagi sedih dan merasa saat ini berada di rumah sendiri," ungkap Abdurrozak dari Hizbut Tahrir Indonesia cabang Yogyakarta kepada detikcom, Kamis (28/10/2010) malam.
Dalam mushola berukuran sekitar 10 x 5 meter itu, sekitar 60 anak-anak berusia 3-10 tahun berjubel untuk menikmati film kartun yang akan diputar. Sambil menanti film dimulai, mereka tampak kagum dengan laptop dan proyektor yang dipakai oleh relawan untuk memutar film.
Sebelum film ditayangkan, relawan membagikan biskuit kepada tiap anak sebagai camilan sembari nonton film. Saat ditanya kabar, semua anak tampak kompak.
"Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar..yes..yes..yes," seru mereka.
Film yang mereka tonton adalah film kartun Seri Petualangan Tupi dan Ping-ping. Film yang dibalut dalam nuansa Islami ini bercerita tentang keajaiban lima panca indera.
Awalnya mereka antusias dan memperhatikan dengan seksama jalan cerita film tersebut. Namun setelah film berjalan sekitar 10 menit, mereka mulai bosan. Beberapa anak laki-laki pergi meninggalkan lokasi pemutaran film, sementara yang tersisa sibuk ngobrol dengan teman di sebelahnya.
"Ndak menarik," ujar seorang anak laki-laki bernama Indar sambil berlalu pergi.
Sementara anak-anak perempuan tampak lebih menikmati film kartun ini. Menurut mereka, film yang diputar bagus.
"Bagus kok," tutur anak perempuan bernama Bella.
Meski film ini bersifat edukatif, tampaknya jalan ceritanya terlalu berat untuk anak-anak. Buktinya, saat film pertama selesai dan mereka ditanya mau nonton film apa lagi, mereka menyebut sebuah judul film lain yang kini tengah populer.
"Upin Ipin...." seru mereka dengan kompak. Namun karena panitia tidak tidak membawa compact disc dari tayangan kartun asal Malaysia itu, permintaan anak-anak pun tak bisa dikabulkan.
(ape/ape)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar