VIVAnews - Letusan dahsyat Merapi Sabtu tadi malam, 30 Oktober 2010, membuat warga di sekitar panik. Di langit yang merah, asap hitam Merapi terlihat membubung setinggi 3,5 kilometer, lalu disusul hujan abu lebat sampai radius 20 kilometer.
Menurut Komandan posko penanggulangan bencana Merapi Sleman, Widi Sutikno, kepanikan tadi tak urung memakan korban jiwa. "Ada korban yang meninggal, satu orang. Ini bukan karena letusan gunung Merapi, tapi karena kepanikan ketika mau dievakuasi," kata Widi.
Dijelaskan dia, korban tewas tertabrak truk saat hendak menyelamatkan diri. Saat itu ia mengendarai motor. "Entah truk atau motornya yang terlalu kencang. Lokasinya di Candi Binangun, Pakem, Sleman," kata Widi. Siapa identitas korban, masih belum jelas.
Selain satu korban tewas, petugas juga menemukan dua lainnya luka-luka.
Ditambahkan dia, warga di lereng gunung belum diungsikan karena situasi yang belum memungkinkan.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Mafilindati Nuraini mengungkapkan, instansinya telah membagikan 105 ribu masker pada para pengungsi dan warga masyarakat.
"Karena kondisi debu sangat tebal dibandingkan letusan sebelumnya, kami menginstruksikan rumah sakit dan puskesmas untuk membagikan masker pada siapa saja yang berkunjung," kata dia. Masker juga dibagikan di sekolah-sekolah. "Ini untuk mencegah penyakit pernafasan."
Saat ini bantuan masker masih berdatangan, di antaranya dari Kementerian Kesehatan, TNI, dan lainnya.
Pada letusan pertama, awan panas 'wedhus gembel' yang dimuntahkan Merapi menghanguskan Dusun Kinahrejo, kampung halaman Mbah Maridjan. Sebanyak 35 orang menjadi korban letusan Merapi, termasuk sang juru kunci dan redaktur VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho. Yuniawan tewas saat mencoba menjemput Mbah Maridjan untuk turun ke lokasi yang aman. (Laporan: Fajar Sodiq| Yogyakarta | kd)
http://id.news.yahoo.com/viva/20101030/tpl-panik-pengungsi-merapi-tewas-tertabr-fa55e98.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar