Jumat, 29 Oktober 2010

Kisah di Balik Keberanian Relawan

Jumat, 29/10/2010 01:23 WIB
Merapi Meletus
Kisah di Balik Keberanian Relawan
Reza - detikNews



Sleman - Peran relawan dalam proses evakuasi warga di sekitar Gunung Merapi cukup besar. Meski dituntut untuk berani melawan maut, sebagai seorang manusia biasa, ada rasa was-was dan ketegangan luar biasa juga di benak mereka.

Meski himbauan akan bahaya Merapi telah dikumandangkan sejak beberapa hari sebelum gunung teraktif di Indonesia itu meletus, sudah bukan menjadi rahasia bahwa tidak sedikit warga yang memutuskan untuk tetap bertahan di kediamannya.

Dan pada saat gunung Merapi meletus pertama kali pada Selasa 26 Oktober pukul 17.02 WIB, kepanikan pun terjadi. Dan di sinilah peran besar para relawan tampak. Mereka berjasa besar dalam membantu proses evakuasi yang karena tidak sedikit warga yang harus dipindahkan.

Akan tetapi di balik keberanian para relawan, sebagai manusia biasa, mereka juga sempat dilanda kepanikan. Namun rasa tegang tersebut mereka sembunyikan begitu saja karena tugas evakuasi adalah yang utama.

"Saya sempat panik ketika mengatur perjalanan evakuasi dari Kinahrejo yang merupakan desa dari Mbah Maridjan menuju barak pengungsian di Umbulharjo" ungkap Suryana, salah seorang relawan ketika ditemui detikcom di halaman barak pengungsian Umbulharjo, Sleman, Kamis (28/10/2010).

Pria berusia 38 tahun itu mengaku panik dan merasa takut terjadi kecelakaan antara kendaraan yang bolak-balik mengevakuasi para pengungsi. Apalagi kala itu dia sendirian dalam mengatur lalu lintas pada saat kejadian.

Pengalaman itu sangat menegangkan dari pada saat mengevakuasi para korban jiwa dari gunung Merapi. "Kalau mengevakuasi korban jiwa saya sudah mempunyai bayangan tentang orang yang kulitnya terbakar terkena awan panas gunung merapi" jelas pria yang sudah menjadi relawan selama 18 tahun tersebut.

Meski begitu dia mengaku senang bisa menjadi seorang relawan karena bisa lebih dekat dengan masyarakat dan bisa memahami derita dari korban bencana alam. Selain itu, menjadi relawan juga membuatnya senang karena bisa membuatnya dekat dengan alam.

Namun dasar kemantapan hati semata sebetulnya belum cukup untuk membuat Suryana terjun sebagai relawan. Dia juga telah mendapat izin dari istrinya tercinta.

"Istri saya juga slalu mendukung dan memberi semangat kepada saya,dan dia juga tidak begitu khawatir karena ini merupakan pekerjaan saya," jawab Suryana ketika ditanya tentang perasaan istri dan anaknya di rumah ketika dia sedang bertugas.

(fjr/ape)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar