Selasa, 11 Januari 2011

Diterjang Lahar Dingin, 4.187 Warga Mengungsi, 189 Rumah Hilang & Rusak

Selasa, 11/01/2011 18:50 WIB
Banjir Lahar Dingin Magelang
Diterjang Lahar Dingin, 4.187 Warga Mengungsi, 189 Rumah Hilang & Rusak
Parwito - detikNews

Jakarta - Akibat terjangan arus banjir lahar dingin yang terjadi di bantaran Kali Pabelan dan Kali Putih Magelang, Jawa Tengah, sebanyak 4.187 warga mengungsi. Sementara 189 rumah hilang dan rusak.

Ribuan pengungsi tersebut dari empat kecamatan meliputi Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid dan Muntilan, ke sembilan titik pengungsian berupa Balai Desa, Rumah Kepala Desa, Lapangan, shelter box dan Tempat Pengungsian Akhir (TPA) di Magelang.

Kesembilan titik pengungsian itu adalah di Balai Desa Jumoyo (1.005) yang terdiri dari warga Dusun Gempol, Dusun Seloiring, Dusun Tegalsari, Dusun Kadirogo, Dusun Kemburan.

Kemudian TPA Tanjung Muntilan (1.200) pengungsi warga Sirahan, Balai Desa Sriwedari Muntilan (702) pengungsi Desa Sirahan, Balai Desa Adikarto (48) pengungsi Sudisari, Masjid Al Huda Prumpung Muntila n(48) pengungsi warga Prumpung.

Di Balai Desa Ngrajeg (648) pengungsi siswa-siswi asrama SMK Negeri Pertanian, Rumah Lurah Kamongan (147) pengungsi warga Nggarong, Lapangan Jamblangan (111) warga Ngelorejo dan Rumah Kades Srumbung (67) yang merupakan pengungsi warga Dusun Krajan.

Rata-rata pengungsi yang ditemui detikcom di pengungsian merasa enggan dan tidak ingin pulang kembali ke rumah. Pasalnya mereka mengalami trauma dan ketakutan yang sangat dalam akibat terjangan banjir lahar dingin yang terjadi di Kali Putih dan Kali Pabelan.

"Saya sampai saat ini masih takut untuk pulang. Apalagi kondisi rumah saya masih terendam jadi saya tidak mau pulang lebih dulu," kata Erna (44) salah seorang warga Desa Jumoyo, Kecamatan Salam yang rumahnya sudah terendam 3 meter lebih saat ditemui detikcom Selasa (11/01/2011) di TPA Tanjung, Muntilan.

Kristina (35) pengungsi yang lain dari Dusun Sirahan, Desa Sirahan, juga mengalami trauma yang sama dan berharap agar pemerintah mau membangun talud kembali dan memindah sungai Kali Putih seperti pada tahun 1940.

"Kalau bisa pemerintah secepatnya membuat talud dan mengalihkan sungai Kali Putih yang masih jadi satu dengan Kali Druju ke tempat semula seperti tahun 1940 pada zaman Belanda. Biar kita aman dari banjir lahar dingin," pinta Kristina.

Sedangkan rumah para pengungsi yang rusak akibat terjangan banjir lahar dingin saat ini sudah mencapai 189 dengan spesifikasi; rumah rusak berat berada di empat desa yaitu Desa Jumoyo (62), Desa Adikarto (12), Desa Taman Agung (11), Desa Blongkeng (2) dan Desa Ngrajeg (2).

Rumah yang terendam berada di tujuh desa yaitu Desa Sirahan (69) Desa Ngrajeg (50) dan rumah yang hilang tersapu arus lahar dingin sebanyak lima desa yaitu Desa Jumoyo (12) Desa Adikarto (12), Desa Taman Agung (5), Desa Blongkeng (5) dan Desa Ngrajeg (5).

Kerugian Mencapai Rp 2 Miliar

Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten Magelang, Utoyo menyatakan akibat banjir lahar dingin yang terjadi sebanyak empat kali dalam kurun waktu satu bulan ini mengakibatklan kerugian kurang lebih Rp 2 miliar.

"Kalau dikalkulasi secara kasar ya sekitar antara Rp 1,5 miliar - Rp 2 miliar. Berupa infrastruktur dan terlepas dari kerugian akibat berhentinya perekonomian di sepanjang jalan raya Magelang-Jogja Km 23," kata Utoyo saat usai menggelar rapat koordinasi bencana lahar dingin di Pendopo Rumah Dinas Bupati, Magelang.

Soal ketersediaan logistik di Magelang, Utoyo menyatakan logistik masih mencukupi untuk kebutuhan pengungsi selama 44 hari ke depan. Saat ini telah ada dana tanggap darurat bencana sebanyak Rp 800 juta.

"Kalau ada sekitar 4 ribu pengungsi dan untuk per orangnya membutuhkan 4 ons beras sehari dan kebutuhan lauk pauk sebesar Rp 4.500 masih mencukupi, terang Utoyo.

(anw/anw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar