Sabtu, 15 Januari 2011

Lebih Selektif Saat Menikmati "Seafood"

Lebih Selektif Saat Menikmati "Seafood"
Rabu, 12/1/2011 | 16:04 WIB

KOMPAS.com — Siapa yang tak suka menikmati seafood, atau hidangan laut? Selain bisa diolah menjadi berbagai hidangan lezat, ikan juga memberikan manfaat kesehatan yang tak ternilai. Kandungan omega-3 pada ikan berguna untuk mencegah berkembangnya penyakit degeneratif pada manusia. Konsumsi ikan laut pada trimester pertama kehamilan juga disarankan untuk meningkatkan pertumbuhan otak bayi.

Namun, saat menikmati ikan bakar atau udang bakar, pernahkah Anda bertanya, mengapa harga ikan-ikan tertentu semakin mahal? Tahukah Anda bahwa konsumsi seafoodyang tidak bijak berdampak pada rusaknya ekosistem laut? Tahukah Anda bahwan semakin populernya hidangan sushi ternyata berakibat menurunnya jumlah populasi sejumlah spesies laut? Tahukah pula Anda bahwa kerapu dan kakap sering kali ditangkap menggunakan bom dan sianida, atau sebagian besar budidaya udang sangat merusak berhektar-hektar lahan mangrove?

Menurut WWF Indonesia, saat ini dunia tengah mengalami krisis perikanan yang memengaruhi ketahanan, keberlanjutan, dan keamanan pangan. Telah terjadioverfishing, atau penangkapan yang berlebihan terhadap jenis spesies tertentu. Hal ini mengakibatkan beberapa spesies tertentu menjadi langka, bahkan terancam punah. Pemintaan yang terus-menerus akan berbagai jenis ikan karang (coral fish) secara tak langsung juga menyebabkan nelayan menggunakan cara apa saja untuk mendapatkannya.

"Kita semua suka makan ikan, dan ini harus diteruskan. Tetapi sejauh mana hobi makan ikan ini harus dipuaskan? Nelayan di beberapa tempat sekarang ini mulai bangkrut karena susah mencari tuna di laut. Bluefin tuna (tuna sirip biru, RED) harganya makin mahal karena makin susah dicari," ujar Imam Musthofa Zainuddin, koordinator nasional program kelautan WWF Indonesia.

Saat Anda ramai-ramai makan ikan di Muara Karang, misalnya, sesekali cobalah bertanya kepada para nelayan. Apakah hasil tangkapan mereka sejak pertama melaut hingga sekarang mengalami perubahan atau penurunan? Jika jumlah tangkapan masih sama, apakah ikan yang ditangkap kebanyakan berukuran besar atau kecil?

"Kalau besar, biasanya diekspor ke Jepang. Kemudian lokasi tangkapannya ada perubahan enggak? Kalau lokasi nelayan mencari ikan semakin jauh, berarti di lokasi yang dekat sudah tidak ada," tutur Imam, saat talkshow "Choose Your Seafood Right! di @america, Pacific Place, Jakarta, Selasa (11/1/2011) lalu.

Banyak permasalahan dalam dunia perikanan yang merugikan Indonesia. Pemusnahan ekosistem adalah salah satunya. Ikan karang, seperti disebut tadi, adalah ikan yang hidupnya bergantung pada terumbu karang sebagai ekosistemnya. Ada ribuan jenis ikan karang, antara lain ikan hiu, ikan pari, kerapu, kakap, tuna, barakuda, baronang, ekor kuning, hingga lobster.

Nah, terumbu karang ini menjadi tempat tinggal dan berkembang biak berbagai biota laut termasuk ikan, dan terumbu karang Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar perikanan laut dunia. Menurut data dari World Resource Institute (WRI), pada tahun 1997 produksi perikanan laut Indonesia sebesar 3,6 juta ton. Sayangnya, persediaan karang dan ikan karang yang berlimpah ini terancam oleh cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Bayangkan bila ikan ditangkap dengan cara mengebom terumbu karang! Padahal, terumbu karang itu sendiri sudah terancam punah akibat pemanasan global.

Kemudian, banyak dari produksi perikanan laut Indonesia yang dinikmati oleh masyarakat luar. Ikan tuna dari Bali dengan grade A (kualitas terbaik), misalnya, ternyata diekspor ke Jepang. Ikan dengan grade B umumnya diekspor ke negara-negara Asia lainnya. "Sedangkan yang grade C, atau yang 'reject-an', baru dikonsumsi orang Indonesia. Kita hanya kebagian 'terasinya' karena kita lebih suka menjual ikan ke luar negeri," tambahnya.

Kerusakan-kerusakan yang terjadi di atas sebenarnya dapat kita hentikan kalau kita memilih jenis ikan yang populasinya masih tergolong aman. Perlu Anda ketahui, jika satu makhluk dibiarkan punah, seluruh ekosistem akan punah. Bila hal ini dibiarkan, bukan tak mungkin ramalan para peneliti yang menyebutkan pemanasan global pada tahun 2050 akan mendegradasi 98 persen terumbu karang dan 50 persen biota laut akan menjadi kenyataan.

Untuk mendapatkan daftar ikan yang aman, dan yang perlu dihindari, buka artikel Hindari Kerapu dan Kakap Saat Makan Seafood.


DIN

Editor: Dini

http://female.kompas.com/read/xml/2011/01/12/1604002/Lebih.Selektif.Saat.Menikmati.Seafood-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar