VIVAnews - Meski Gunung Merapi sudah berhenti erupsi sejak tahun lalu, namun bencana masih mengancam perkampungan yang ada di sepanjang sungai-sungai yang berhulu di Merapi. Bencana susulan berupa banjir lahar dingin tersebut mulai terjadi saat musim penghujan tiba.
Peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menjelaskan beberapa faktor mengapa banjir lahar dingin sama dahsyat dan bahayanya dengan erupsi gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah-Yogyakarta tersebut, terutama di sisi barat Merapi.
"Banjir lahar dingin yang menyapu sejumlah wilayah di Kabupaten Magelang akhir-akhir ini bukanlah suatu kebetulan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dahsyatnya banjir lahar di kawasan barat Merapi," kata dia seperti dilansir dari laman BMKG.
Diantaranya: karakteristik endapan material vulkanik di sisi barat Merapi lebih ringan karena berupa abu, pasir, dan kerikil. Hal ini diperparah dengan tingginya intensitas curah hujan di kawasan Merapi saat ini.
"Jika kita menengok kembali peristiwa erupsi tiga bulan lalu, hujan abu akibat semburan material vulkanik letusan lebih dominan menyebar ke arah barat," tulis Daryono. Dampak dari dominasi aliran hujan abu ke arah barat ini menyebabkan di kawasan barat Merapi lebih banyak menyimpan material piroklastik ringan hasil letusan yang berarah vertikal seperti material abu, pasir dan kerikil.
Hal ini, sambungnya, berbeda dari kondisi endapan material di kawasan selatan Merapi yang relatif lebih berat. Ini disebabkan karena endapan material erupsi kawasan selatan Merapi lebih banyak dikontrol oleh tumpahan material piroklastik panas sehingga karakteristik materialnya berukuran lebih besar seperti pasir, kerikil, kerakal, dan bongkahan batu besar.
Meski membawa muatan bebatuan, banjir lahar dingin di sejumlah sungai yang bermuara di Gunung Merapi mampu mengalir deras. Aliran ini, bahkan lebih cepat dibanding aliran air biasa.
Peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menjelaskan kecepatan aliran lahar bisa mencapai lebih dari 65 kilometer (km)/jam dan dapat mengalir deras hingga jarak lebih dari 80 kilometer.
"Aliran debris dengan massa jenis besar ini meluncur dengan percepatan makin besar, karena laju alirannya ditopang gaya gravitasi," jelasnya.
Laju aliran lahar makin kencang dengan tenaga yang besar, apalagi Merapi merupakan gunung api strato sangat curam. Material erupsi yang lebih ringan seperti abu dan pasir yang banyak terendapkan di kawasan barat Merapi, bersifat ringan dan sangat mudah dilarutkan dan terbawa aliran air hujan.
Saat ini curah hujan di kawanan Merapi sangat tinggi selama puncak musim hujan. Sehingga potensi banjir lahar di lereng barat dan barat daya Merapi tetap mengancam seluruh daerah aliran Kali Krasak, Kali Putih, Kali Blongkeng, Kali Pabelan, Kali Senowo dan, Kali Apu. (hs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar