Siaga Merapi
Penggemukan Merapi Capai 20 Cm/Hari
Bagus Kurniawan - detikNews
Yogyakarta - Deformasi atau penggemukan tubuh Gunung Merapi saat ini mencapai 20 cm/hari. Adanya deformasi dan munculnya guguran dari puncak itu menjadi salah satu faktor dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) untuk menaikkan status Merapi dari Waspada menjadi Siaga.
Pengamatan secara visual, deformasi di puncak sebagai salah satu dari beberapa metode pengamatan untuk menentukan status Merapi. Metode lainnya adalah pengamatan seismik, kegempaan, pemantauan bio kimia dan pemantauan suhu udara.
"Sebelumnya berkisar 6 mm/hari tapi kemudian terus meningkat hingga 16 cm/hari dan sekarang 20 cm/hari," kata Kepala BPPTK, Subandrio di kantor Jl Cendana, Yogyakarta, Minggu (24/10/2010).
Menurut dia pengamatan secara visual hingga tadi pagi mengalami kendala akibat kabut tebal yang menyelumuti tubuh Merapi hingga puncak. Meski demikian semua petugas di Pos Kaliurang, Pos Babadan, Magelang, Pos Jrakah, Boyolali, masih bisa melakukan pengamatan menggunakan alat lainnya.
"Adanya guguran maupun gempa multiphase masih bisa terpantau," katanya.
Dia mengatakan untuk melakukan mitigasi bencana pihaknya telah bekerjasama sama dengan empat kabupaten yang ada di sekitar Merapi yakni Klaten, Boyolali, Magelang dan Sleman. Pihaknya akan terus menyampaikan hasil perkembangan Merapi setiap hari kepada masyarakat melalui pemerintah setempat.
"Wajib latih bencana ini sudah terus kami lakukan dan sosialisakan. Yang penting masyarakat tahu dan waspada," katanya.
Secara terpisah Kepala Seksi Metode dan Teknologi Mitigasi BPTTK, IGM Agung Nandaka menambahkan BPPTK telah memasang kamera elektronik di bukit Plawangan Kaliurang. Pengamatan visual secara elektronik tersebut untuk menambah data visual dari pengamatan yang secara manual dilakukan petugas.
"Sengaja kita tempatkan di bukit Plawangan dengan pertimbangan ada ruang terbuka untuk memantau Merapi sewaktu-waktu, pengamatan visual berbasis internet bisa jadi alternatif sumber referensi untuk mengevaluasi aktifitas Merapi," kata Nandaka.
Pemasangan alat serupa juga telah dilakukan untuk memantau aktivitas di Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Melalui pengamatan visual secara elektronik diharapkan bisa mendapatkan gambar yang mendetail terkait aktivitas vulkanik yang terjadi di puncak Merapi. Petugas dan peneliti juga bisa mengakses data secara real time, dengan memanfaatkan data elektronik yang bisa diakses via internet.
"Tingkat akurasi alat cukup baik, semoga bisa kita andalkan untuk memantau tiap detik aktivitas Merapi sewaktu-waktu," katanya.
Dipilihnya bukti Plawangan untuk dipasangi alat tersebut, menurutnya, karena alasan adanya kemudahan akses dan pemeliharaan alat jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan. Pengiriman data dilakukan dengan teknologi broadband radio ke pusat informasi data di Yogyakarta.
"Alat ini sudah kita pasang. Kita harapkan bisa langsung berfungsi. Data langsung terkirim ke BPPTK Yogyakarta untuk diolah sebagai bahan evaluasi," kata Agung Nandaka.
(bgs/nrl)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar