VIVAnews - Gunung Merapi belum juga memberikan tanda-tanda tidur kembali. Setelah kemarin menurun, aktivitas gunung di perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah ini kembali naik, Selasa 16 November 2010.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Surono menjelaskan Merapi sampai kini masih fluktuatif. Meski hari ini aktivitas Merapi naik, namun tidak separah letusan 26 Oktober dan 5 November lalu. "Namun, arah letusan ini tidak bisa dilihat dari Yogyakarta karena awan mendung," kata dia dalam jumpa pers di kantor BPPTK.
Informasi ini, kata dia, sudah disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui teleconference. "Presiden minta jangan sampai ada korban jatuh lagi."
Surono menambahkan ancaman bahaya letusan masih ke arah selatan, yakni Cangkringan, Sleman, dan Yogyakarta. "Sialnya, tak terlihat dari Yogyakarta. Kami khawatir awan panas tiba-tiba muncul," kata dia.
Saat ini, kata dia, satu lubang di puncak Merapi tertutup. Sebagai gantinya, tiga lubang baru muncul dengan ukuran lebih kecil.
Dalam kesempatan itu, Surono meminta warga yang tinggal di sekitar lereng Merapi untuk bersabar dan tidak kembali ke desa masing-masing sampai dinyatakan aman. "Dua minggu atau dua bulan, harap bersabar karena Merapi memang masih fluktuatif," kata dia.
Radius steril pun masih sama seperti yang diputuskan terakhir. Ke arah Selatan, radius steril masih 20 kilometer (km). untuk daerah sepanjang Kali Boyong (10 km), Kali Kuning (15 km), dan Kali Gendol (15 km).
Surono juga menegaskan radius steril di sekitar Boyolali dan Klaten masih 10 km sehingga warga tidak direkomendasikan untuk mendekati jarak 10 km dari puncak Merapi. "Bersabar supaya happy ending."
Laporan: Erick Tanjung | Yogyakarta, umi
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar